Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Kelompok perlawanan Hamas melancarkan taktik gila untuk menghadapi agresi Israel di Gaza, walaupun sudah digempur selama dua bulan.
Perang kini tidak hanya terjadi utara Gaza, tetapi mulai menyebar ke Gaza selatan yang dahulu dianggap aman.
Pejuang milisi Hamas terus merancang taktik yang lebih canggih dengan menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza sejak gencatan senjata berakhir, dikutip dari Institute for the Study of War (ISW).
Pertempuran sengit yang berlanjut di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel membuktikan bahwa kekuatan kelompok militan ini tidak bisa diremehkan.
Berikut deret taktik gila Hamas hadapi agresi Israel di Gaza.
1. Gunakan drone peledak hingga amunisi anti-tank
Saat konflik semakin berpusat di Gaza selatan, kelompok Hamas meluncurkan senjata yang lebih canggih, termasuk drone peledak dan amunisi anti-tank.
Kelompok Islam dan militan Palestina yang bersekutu berusaha menyesuaikan taktik mereka pasca gencatan senjata untuk melawan musuh dengan belajar dari satu bulan perang di Gaza, dikutip dari France 24.
Salah satu perubahan paling mencolok adalah penggunaan eksplosif penetrator (EFP), bahan peledak proyektil yang dirancang mampu menembus lapisan baja.
Alexandre Vautravers, pakar keamanan di Global Studies Institute di Universitas Jenewa, mengungkapkan bahwa dari tiga jenis EFP yang digunakan saat ini, yang paling umum adalah meledakkan dan meluncurkan pecahan peluru baja ke segala arah yang menimbulkan dampak mematikan dalam radius 10-40 meter.
Jenis EFP modern milik Hamas berkecepatan hipersonik yang bisa menembus lapisan baja tanpa mampu dicegat oleh pertahanan Trophy Israel.
Hamas juga terlihat menggunakan drone satu arah untuk menargetkan pasukan Israel di Jalur Gaza utara.
“Hamas telah mengembangkan drone selama beberapa dekade dan telah menggunakannya, namun tidak pernah secara efektif dan terutama untuk tujuan pelatihan,” kata Veronika Poniscjakova, spesialis aspek militer dalam konflik Israel-Palestina di Universitas Portsmouth di Inggris.
Hamas menyatakan bahwa mereka meledakkan beberapa ranjau anti-personel jenis claymore dalam penyergapan di timur Khan Younis pada tanggal 5 Desember.
Brigade Al Qassam menargetkan sebuah tank Israel dengan EFP di utara Khan Younis pada tanggal 4 Desember.
Brigade Al-Qassam juga mengklaim kelompoknya berhasil membunuh 10 pasukan Zionis dan menghancurkan lima kendaraan lapis baja Israel, termasuk tiga buldoser, satu tank, dan sebuah pengangkut personel di wilayah utara Khan Yunis di selatan Gaza.
2. Sengaja melancarkan operasi di Gaza utara
Selain meningkatkan persenjataan, Hamas diduga sengaja melancarkan operasi di Gaza utara untuk menunda perang di Gaza selatan.
“Hamas dan milisi Palestina lainnya telah beralih dari melakukan operasi yang tertunda menjadi melakukan pertahanan yang disengaja,” tulis ISW.
Operasi di Gaza utara bertujuan memperlambat kemajuan Israel dan memberikan waktu yang cukup bagi Hamas untuk memindahkan pemimpin serta persenjataanya ke Gaza selatan.
Hamas lebih berani menghadapi Israel di Gaza selatan karena gudang amunisi dan senjata utamanya berada di sana.
“Di Jalur Gaza utara, kita telah melihat Hamas beroperasi lebih seperti kekuatan gerilya – menghindari pertempuran besar, menyelinap pergi dan kemudian kembali menyerang dan menyelinap lagi,” ungkap Ahron Bregman, spesialis masalah keamanan di Timur Tengah di Kings College London.
“Orang-orang Israel juga kurang mengenal Jalur Gaza selatan dibandingkan dengan Jalur Gaza utara,” imbuhnya.
3. Membuat Israel perpanjang perang
Terdapat dugaan bahwa Hamas sengaja mengulur waktu masa perang untuk menjatuhkan citra Israel.
Peristiwa yang terjadi beberapa hari ini menunjukkan bahwa strategi militer Hamas semakin maju.
“Waktu adalah sahabat Hamas. Semakin lama perang berlangsung, semakin banyak korban sipil yang akan jatuh, dan ini menguntungkan Hamas karena menurunkan citra Israel,” ungkap Poniscjakova.
Tujuan perang yang dibawa oleh Israel berbeda dengan Hamas.
“Hamas tidak harus meraih kemenangan besar atas Israel,” kata Bregman. “Yang harus mereka lakukan adalah mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri ketika perang ini selesai. Kemenangan Hamas adalah kemampuan untuk mengatakan, ‘Kami masih di sini’,” kata Poniscjakova.
4. Meledakkan pasukan barak Israel dari terowongan
Lembaga think tank asal Washington D.C., Institute for the Study of War (ISW), membeberkan kelompok Hamas sempat merekam isi barak militer Israel. Dalam rekaman itu, mereka mendapati tentara Zionis sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.
Hamas kemudian memanfaatkan informasi itu untuk menyiapkan serangan balasan, hingga mengklaim berhasil meledakkan bom ketika ada sekitar 60 pasukan Israel dari dalam terowongan.
“Kelompok [Hamas] ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakkannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Analisis ISW menyebutkan bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Strategi ini disebut dengan strategi pembersihan atau clearing operations.
Hamas, dalam analisis ISW, juga semakin sering memakai peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.
(cpa/bac)
[Gambas:Video CNN]