Jakarta, Beritasatu.com – China mendorong masyarakat untuk mendongkrak angka kelahiran setelah terjadi penurunan hingga mencatat rekor terendah. Sebelumnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada Juli meramal China akan kehilangan lebih dari separuh populasi pada 2.100.
Mengutip CNBC International, Senin (11/11/12204), Pemerintah China mengeluarkan rencana subsidi dan keringanan pajak untuk rumah tangga dengan usia 3 tahun. Kebijakan ini menargetkan keluarga yang sudah memiliki anak.
Para keluarga ini akan didorong untuk memiliki anak kedua dan ketiga, sehingga program ini akan meringankan biaya hidup mereka.
Profesor madya Pusat Studi Tiongkok di Universitas Sydney Lauren Johnston mengatakan, upaya China untuk mendorong angka kelahiran ini bukan terletak pada mendukung mendorong rumah tangga baru, tetapi lebih mendukung keluarga yang sudah ada.
“Langkah kecil dari China yang dilakukan untuk agenda jangka panjang,” ucapnya.
Diketahui, jumlah angka kelahiran di China menurun dengan rekor terendah mencapai 9 juta bayi lahir di negara itu pada 2023. Diketahui, angka kelahiran bayi di China pada 2014 mencapai 17 juta.
Sementara, jumlah pendaftaran pernikahan baru China anjlok sebesar 25% tahun ke tahun pada kuartal III. Hal ini menunjukkan total selama setahun akan turun menjadi 6,4 juta, terendah sejak 1979.
Pada Oktober, Pemerintah China mengumumkan rencana untuk memberikan subsidi dan keringanan pajak bagi rumah tangga dengan anak-anak berusia di bawah 3 tahun.
Langkah-langkah tersebut juga memperpanjang cuti hamil dari 98 hari menjadi 158 hari. Pada 2023, China menggandakan keringanan pajak pengasuhan anak menjadi 2.000 yuan atau US$280, yang setara Rp 4,3 juta per bulan.
Angka kelahiran di Tiongkok mengalami tren penurunan yang drastis sejak pemerintah menerapkan kebijakan satu anak secara nasional pada 1980.