Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mengevaluasi stunting untuk menambah tinggi dan berat badan anak guna menjamin tumbuh kembang mereka menjadi lebih terukur.
“Evaluasi akan kita lakukan akhir bulan ini dalam rapat konvergensi stunting,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Yudi mengatakan evaluasi dilakukan selama tiga bulan untuk menghitung penambahan tinggi badan atau telah melewati batas usia.
Terlebih adanya perbedaan antara penanganan stunting dan gizi buruk.
Penanganan gizi buruk jika diberikan asupan maka akan langsung ada perubahan perbaikan gizi. Berbeda dengan stunting, ada beragam faktor yang mempengaruhi.
“Stunting itu penambahan tinggi badan butuh waktu lebih lama dan banyak faktor lainnya,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang melibatkan peran seluruh komponen masyarakat menjadi salah satu strategi mengatasi masalah stunting.
Program yang merupakan bagian dari Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) ini juga bertujuan memberdayakan masyarakat melalui edukasi dan pelatihan terkait gizi, kesehatan, pelatihan pengolahan makanan sehat.
Tim pelaksana DASHAT terdiri dari berbagai pihak, termasuk lurah sebagai penanggung jawab, kepala puskesmas sebagai wakil ketua, kader PKK, posyyandu dan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Kemudian, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta optimis Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) mampu untuk menekan angka stunting pada anak-anak.
Prevalensi stunting di Jakarta masih di bawah angka nasional, yakni nomor dua terendah di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan. Pada 2022 tercatat sebesar 14,8 persen, sedangkan pada 2023 mencapai 17,6 persen.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024