Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas turun di bawah zona resistensi yang berubah menjadi zona support penting di US$ 2.700 pada Rabu (7/11/2024) menghapus keuntungan yang telah dibuat selama 3 minggu terakhir.
Dilansir dari Invezz, Senin (11/11/2024), di tengah kepastian Donald Trump akan menjabat presiden AS, kekhawatiran utang dan kebijakan fiskal negara tersebut terus mendukung permintaan aset safe haven, seperti emas. Dalam pidatonya, Ketua Fed Jerome Powell mencatat defisit yang meningkat merupakan ancaman bagi perekonomian AS.
Harga emas anjlok setelah Trump menang pemilu AS
Harga emas telah naik lebih dari 30% sepanjang tahun ini, mencatat kenaikan bulanan dalam delapan kali dari 10 bulan terakhir. Kenaikan harga emas semakin tajam dalam beberapa bulan terakhir sehingga mencapai rekor tertinggi baru pada beberapa kesempatan.
Pemicu kenaikan harga emas adalah konflik di Timur Tengah, ketidakpastian pemilihan presiden AS, dan utang negara AS. Namun, kepastian atas presiden ke-47 AS telah meredakan permintaan lindung nilai emas.
Meskipun demikian, kekhawatiran keberlanjutan utang AS dan prospek ekonomi diperkirakan akan terus mendukung logam mulia tersebut. Di bawah pemerintahan Trump, investor memperkirakan pengeluaran pemerintah lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).
Selain itu, dalam kampanyenya, Trump mengancam akan menaikkan tarif perdagangan secara signifikan, menurunkan pajak, dan meningkatkan defisit fiskal. Usulan ini bertentangan dengan pendekatan The Fed untuk mempertahankan inflasi rata-rata pada 2% sehingga bisa mendongkrak harga emas.
Prakiraan harga emas
Grafik harian menunjukkan harga emas melonjak ke level tertinggi US$ 2.790 awal bulan ini dan mengalami pembalikan tajam setelah Donald Trump memenangi Pilpres AS. Harga emas bergerak di bawah sisi bawah pola grafik rising wedge. Pada sebagian besar periode, ini adalah salah satu tanda pembalikan bearish paling populer di pasar.
Harga emas bertahan di atas exponential moving average (EMA) 50 hari dan 100 hari. Relative strength index (RSI) dan MACD telah membentuk pola divergensi bearish. Oleh karena itu, harga emas kemungkinan akan terus turun, karena penjual menargetkan support utama di US$ 2.600.
Pandangan ini akan menjadi tidak valid jika harga bergerak di atas level tertinggi tahun ini yaitu US$ 2.790. Pergerakan di atas level tersebut akan mengarah pada keuntungan lebih lanjut, dengan titik berikutnya yang perlu diperhatikan adalah US$ 3.000.