Jakarta, CNN Indonesia —
Bank Indonesia (BI) menggelontorkan insentif Rp165 triliun untuk bank yang rajin menyalurkan kredit atau pinjaman ke sektor hilirisasi pada 2023.
Bank penerima insentif likuiditas makroprudensial tersebut mencakup Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS).
“Kami terus tingkatkan penambahan insentif likuiditas ini hingga sekarang jumlah insentif likuiditas mencapai Rp165 triliun, ini angka sampai dengan Desember 2023,” ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa (30/1).
Insentif makroprudensial merupakan insentif yang diberikan oleh BI berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dalam rupiah. Insentif ini diperuntukkan kepada bank yang menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas.
“Sektor prioritasnya apa? Hilirisasi, baik minerba maupun pertanian, perkebunan, perikanan, sektor perumahan termasuk perumahan rakyat, sektor pariwisata, serta sektor UMKM KUR (kredit usaha rakyat),” ujar Perry.
Ia menuturkan insentif makroprudensial diberikan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Perry, kredit pembiayaan bisa mendorong aktivitas ekonomi di Tanah Air.
“Dan terus kami akan perkuat efektivitasnya baik pada sektor dan pada perbankan dengan koordinasi yang erat dengan KSSK, pemerintah dan dengan perbankan dan pelaku usaha,” kata Perry.
BI sebelumnya telah menaikkan besaran insentif makroprudensial dari paling tinggi 280 basis poin (bps) menjadi 400 bps mulai 1 Oktober 2023.
Terpisah, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M. Juhro mengatakan kebijakan ini diberikan demi meningkatkan kredit, dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
“Kami ingin melakukan penajaman untuk bisa mendorong ekonomi lebih tinggi lagi, jadi memberikan daya ungkit,” ucapnya dalam acara Taklimat Media di Kantor BI, Jakarta Pusat, pertengahan 2023 lalu.
Adapun peningkatan insentif dari 280 bps menjadi paling tinggi 400 bps itu yang terdiri dari insentif untuk penyaluran kredit kepada sektor prioritas yang ditetapkan oleh BI, paling besar 2 persen. Angka ini meningkat dari yang sebelumnya 1,5 persen.
Kemudian, insentif kepada bank penyalur kredit inklusif ditingkatkan dari sebelumnya 1 persen menjadi 1,5 persen. Rinciannya, 1 persen untuk penyaluran kredit UMKM/KUR dan 0,5 persen untuk penyaluran kredit UMi.
Terakhir, insentif terhadap penyaluran kredit hijau paling besar 0,5 persen, meningkat dari sebelumnya 0,3 persen.
Dengan kata lain, insentif likuiditas naik dari semula 2,8 persen menjadi 4 persen. Selanjutnya, insentif itu dilakukan melalui pengurangan giro di BI dalam rangka pemenuhan GWM dalam rupiah yang saat ini sebesar 9 persen.
Jika perbankan mampu memberikan kredit kepada sektor-sektor prioritas tadi secara maksimal, maka bank tersebut mendapat insentif 4 persen. Artinya, bank tersebut hanya perlu memenuhi GWM dalam rupiah di BI sebesar 5 persen saja.
(mrh/pta)