Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak global terangkat pada awal perdagangan Kamis (1/2). Penguatan didukung oleh sinyal dari bank sentral AS The Federal Reserve AS (The Fed) mengenai kemungkinan dimulainya penurunan suku bunga.
Selain itu, China yang meluncurkan langkah-langkah dukungan baru untuk mengatasi krisis pasar properti juga mendorong harga minyak.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 46 sen atau 0,6 persen ke US$81,03 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 47 sen, atau 0,6 persen, menjadi US$76,33 pada pukul 01.40 GMT, setelah turun lebih dari US$2 per barel di sesi sebelumnya.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya dan akan turun dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terus turun disertai ekspektasi lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Memperkuat pandangan suku bunga AS bisa turun pada Juni, data menunjukkan biaya tenaga kerja AS naik kurang dari perkiraan pada kuartal keempat dan kenaikan tahunan tersebut merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.
Suku bunga yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi mendukung permintaan minyak.
Sementara itu, China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, meluncurkan langkah-langkah dukungan properti baru di tengah kekhawatiran mengenai dampak likuidasi raksasa pengembang Evergrande.
Analis JPMorgan memperkirakan China akan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini, dan memperkirakan permintaan minyak di sana meningkat 530 ribu barel per hari pada 2024, menyusul lonjakan 1,2 juta barel per hari pada tahun lalu.
“Selain geopolitik, pandangan kami tetap bahwa tahun 2024 pada dasarnya akan menjadi tahun yang sehat bagi pasar minyak dan kami merekomendasikan penggunaan aksi jual pada Desember sebagai peluang pembelian,” kata JPMorgan dalam catatan kliennya.
Di Timur Tengah, kekhawatiran mengenai serangan pasukan Houthi yang bermarkas di Yaman terhadap pelayaran di Laut Merah kini meningkatkan biaya dan mengganggu perdagangan minyak global.
Houthi sendiri menegaskan akan terus melakukan serangan terhadap kapal perang AS dan Inggris di wilayah Laut Merah.
“Pasar energi masih gelisah karena menunggu tanggapan AS terhadap serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan Amerika di Yordania,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.
(sfr/sfr)