Melihat Tradisi Potong Rambut Gimbal Bocah di Lereng Gunung Merbabu
Tim Redaksi
UNGARAN, KOMPAS.com
– Novis Nova Andika (4,5) terlihat tenang di pangkuan ibunya, Sumarni.
Dia seolah tak menghiraukan keramaian di sekelilingnya, karena sibuk bermain
remote control
.
Tak berapa lama, datang sesepuh Dusun Thekelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Sarju.
Setelah menyalakan lilin dan dupa, dia langsung berdoa dan dilanjutkan memegang gunting serta mencukur rambut Novis.
Ya, Novis adalah bocah berambut gimbal di permukiman yang berada di lereng Gunung Merbabu tersebut.
Novis pun menangis dan berontak, bujukan dari orangtuanya tak berhasil menenangkan.
KOMPAS.com/Dian Ade Permana Novis Nova Andika menjalani prosesi potong rambut gimbal di Thekelan, Rabu (6/11/2024)
Beruntung, prosesi
potong rambut gimbal
tersebut tak berlangsung lama. Sehingga tangis Novis tak semakin menjadi-jadi.
“Alhamdulillah, acara potong rambut gimbal berjalan lancar,” kata Sutimin, ayah Novis, Rabu (6/11/2024).
Sutimin mengatakan, pemotongan rambut gimbal Novis dilakukan untuk melestarikan adat istiadat, yang sudah turun-temurun di Thekelan.
“Tukang cukurnya itu khusus, tidak boleh sembarangan orang. Karena tentu ada doa yang dipanjatkan terlebih dulu,” ujarnya.
“Kami juga mengundang sesepuh dan tokoh agama untuk minta doa restu atas acara ini. Tetangga dan kerabat juga datang untuk makan bersama, bersyukur atas rezeki yang diterima,” katanya lagi.
Menurut Sutimin, untuk melengkapi jalannya prosesi potong gimbal, juga dibuat tangga dari tebu serta, jalan membawa payung dan keranjang, serta tradisi ‘nguwur-uwuri’ atau membuang beras dan uang receh.
Novis adalah anak kedua pasangan Sutimin-Sumarni.
Keluarga ini dulu semuanya berambut gimbal, termasuk kakaknya.
“Saya juga gimbal, ibunya ini juga gimbal. Semua juga menjalani prosesi pemotongan seperti Novis ini,” ujar Sutimin.
“Kalau saat kecil, rambut Novis biasa saja. Tapi memang saya tidak pernah mencukurnya dan saat semakin panjang, ternyata malah gimbal. Itu juga biar diberi kesehatan, tidak sakit-sakitan, kalau gimbal memang dipercaya begitu,” paparnya.
Sutimin mengaku, menjalankan prosesi pemotongan gimbal tersebut menunggu saat yang tepat, yakni saat anaknya mau dan dirinya mampu.
“Kalau pas saya ada rezeki artinya mampu, dan anaknya juga mau maka itu adalah waktu yang cocok. Harus segera dipotong,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Thekelan Supriyo Tarsan mengatakan, saat ini jumlah anak berambut gimbal di wilayahnya sudah berkurang.
“Tapi setiap tahun selalu ada prosesi potong rambut gimbal ini, istilahnya untuk buang celaka, agar anak selalu diberi kesehatan dan rezeki,” kata dia.
“Soal potong rambut gimbal ini selalu diadakan sendiri-sendiri oleh keluarga, tidak bisa bersama-sama atau bebarengan. Karena itu berhubungan dengan kemampuan setiap orang, karena ini kan seperti mengadakan hajatan,” kata Sutriyo.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.