Jakarta, Beritasatu.com – Ekonomi Indonesia mengakhiri masa deflasi yang terjadi selama lima bulan beruntun atau dari Mei hingga September 2024. Adapun inflasi pada Oktober sebesar 0,08% secara bulanan ditopang oleh pembelian komoditas emas perhiasan. Hal ini mencerminkan daya beli masyarakat untuk barang nonprimer relatif membaik.
Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menuturkan, selain karena ada faktor pengaruh harga emas global yang naik, tidak bisa dimungkiri hal ini juga dapat menggambarkan kapasitas daya beli masyarakat terhadap barang berkategori luxury tersebut.
“Pasalnya kalau mereka tidak mampu, misalkan ada daya beli relatif lemah tentu untuk pembelian dari sisi kapasitas untuk emas juga relatif terbatas,” ucapnya kepada Beritasatu.com, Senin (14/10/2024).
Dengan kontribusi utama emas perhiasan, angka inflasi secara tahunan tentu sudah mulai terlihat optimismenya bahwa daya beli masyarakat untuk pembelian barang nonprimer sudah cenderung pulih.
Maka dari itu, Myrdal menyatakan ini merupakan sinyal yang positif terlebih indikator-indikator ekonomi lain, seperti indeks kepercayaan konsumen (IKK) masih berada di zona optimistis hingga periode September.
Kemudian penjualan retail yang juga masih mencatatkan growth lebih dari 4,6% di periode yang sama sehingga secara umum sinyal pemulihan itu sudah mulai menampakkan diri.
“Apalagi kita kan banyak mengandalkan aktivitas berbasis konsumsi domestik,” jelasnya.
Namun, Myrdal tak bisa menampik daya beli masyarakat untuk aspek barang durable goods masih cukup seret, dengan data penjualan otomotif, seperti mobil dari Januari sampai September tidak pernah lebih dari 80.000 unit. Padahal beberapa tahun lalu penjualan mobil per bulannya bisa mencapai lebih dari 90.000 unit.