Jakarta, Beritasatu.com – Artis senior Dina Mariana meninggal dunia pada usia ke-59 tahun, Minggu (3/11/2024) di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta. Dalam sebuah podcast disebutkan, sebelum mengembuskan napas terakhirnya Dina telah berjuang melawan kanker endometrium atau kanker dinding rahim sejak 2021.
Lalu, seberapa ganas kanker dinding, sehingga dapat membuat nyawa Dina Mariana harus terenggut akibat menderita penyakit tersebut?
Dilansir dari Mayo Clinic, Selasa (5/11/2024), kanker endometrium merupakan jenis kanker yang berasal dari pertumbuhan sel-sel abnormal di rahim yang mengalami perubahan pada struktur DNA-nya.
Namun, penyebab pasti dari kanker ini belum diketahui, tetapi perubahan pada sel-sel di dinding rahim dapat menyebabkan sel-sel tersebut menyerang jaringan tubuh yang sehat dan berpotensi menyebar ke bagian tubuh lain.
Selain kanker endometrium, ada juga kanker lain yang bisa berkembang di rahim, yaitu sarkoma rahim. Namun, kanker jenis ini lebih jarang dibandingkan dengan kanker endometrium.
Kanker endometrium sering kali terdeteksi pada tahap awal karena gejalanya, seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, pendarahan setelah menopause, dan nyeri panggul. Apabila terdeteksi pada stadium awal, pengangkatan rahim melalui operasi biasanya dapat menyembuhkan kanker tersebut.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker endometrium antara lain perubahan hormon dalam tubuh, usia lanjut, obesitas, serta sindrom genetik tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker ini.
Selain itu, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah kanker endometrium. Salah satunya adalah berdiskusi dengan dokter mengenai risiko terapi hormon setelah menopause.
Bagi yang mempertimbangkan terapi penggantian hormon untuk mengatasi gejala menopause, penting untuk bertanya tentang potensi risiko dan manfaatnya. Terapi hormon yang mengandung kombinasi estrogen dan progestin diketahui dapat menurunkan risiko kanker endometrium, meskipun terapi ini juga membawa risiko lain yang harus diperhitungkan dengan hati-hati.
Langkah pencegahan lain adalah dengan mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi oral, karena mengonsumsi pil KB selama minimal satu tahun dapat mengurangi risiko kanker endometrium.
Meskipun demikian, kontrasepsi oral juga memiliki efek samping, sehingga diskusikan manfaat dan risikonya dengan dokter.
Selain itu, menjaga berat badan tetap sehat juga sangat penting, karena obesitas merupakan faktor yang meningkatkan risiko kanker endometrium. Oleh karena itu, penting untuk berusaha mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.