FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Hari pencoblosan pemilihan wali kota dan wakil wali kota Makassar sudah semakin dekat. Perang opini di tengah masyarakat pun semakin kencang.
Seperti pilkada-pilkada sebelumnya, pekan-pekan krusial seperti ini dimanfaatkan kubu pasangan calon untuk menggiring opini publik lewat berbagai cara.
Salah satu yang paling sering terjadi dan dilakukan adalah memunculkan hasil survei orderan atau abal-abal. “Jadi, tujuannya adalah ingin menjaring dukungan meski dengan bohong,” ujar salah satu warga Minasa Upa, Rahman.
Berdasarkan pengalaman, survei pesanan ini kebanyakan melibatkan pasangan calon yang elektabilitasnya tertinggal jauh dan mencoba membalikkan keadaan dengan berusaha mempengaruhi opini publik.
Tujuannya, selain untuk menyemangati tim pemenangannya yang mungkin sudah putus asa, juga sebagai upaya mengambil hati pemilih yang masih belum menentukan pilihan.
Dengan angka-angka yang diramu sedemikian rupa, mereka akan berusaha memperlihatkan bahwa pasangan itu bisa mengejar ketertinggalan di detik-detik akhir menjelang pemilihan.
Lalu, apa saja ciri-ciri umum survei orderan plus abal-abal tersebut?
Setidaknya ada empat ciri utama survei itu diduga pesanan atau lembaganya abal-abal., menurut Rahman yang juga mantan surveyor itu.
Pertama, lembaga yang melakukan survei sebelumnya jarang muncul. Dan, saat mereka tiba-tiba muncul untuk merilis hasil survei, temuannya akan mengejutkan atau di luar kewajaran.
Kedua, hasilnya selalu berbeda jauh dengan survei lain yang kebanyakan.