Liputan6.com, Rembang – Batik tiga negeri khas Lasem berbeda dengan batik jenis lainnya yang ada di Pulau Jawa, terutama Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Batik ini memiliki motif yang lebih kompleks.
Mengutip dari indonesia.travel, motif batik tiga negeri cenderung lebih kompleks karena menggabungkan motif batik pedalaman (Solo dan Yogyakarta) dengan motif pesisiran (Pekalongan dan Cirebon). Tak sekadar motif, batik tiga negeri sebenarnya lahir dari hasil akulturasi tiga budaya, yakni Tionghoa, Belanda, dan Jawa.
Tiga budaya besar yang sangat berpengaruh di Lasem itu direpresentasikan dalam selembar kain batik. Akulturasi budaya tersebut bisa dilihat dari warna kain batik tiga negeri yang didominasi warna merah.
Warna tersebut terinspirasi dari budaya Tionghoa. Selain itu, ada juga warna biru indigo khas Belanda serta warna coklat soga khas Jawa).
Lahirnya batik tiga negeri di Lasem tak bisa dipisahkan dari sejarah Kecamatan Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pasa abad ke-19 hingga awal Abad ke-20, kawasan tersebut menjadi tempat persinggahan etnis Tionghoa yang datang dari pesisir pantai selatan Tiongkok.
Adapun pola-pola yang ada di batik tiga negeri khas Lasem mulai diperkenalkan pada abad ke-15 oleh Si Putri Campa. Ia adalah istri Bi Nang Un, seorang anggota ekspedisi Cheng Ho.
Dalam perkembangannya, batik menjadi industri yang paling maju di Lasem setelah bisnis candu. Era 1860-an menjadi puncak kejayaannya.
Saat itu, banyak etnis Tionghoa yang mendirikan bisnis batik tiga negeri. Sayangnya, saat ini beberapa produsen batik tiga negeri sudah tidak beroperasi.
Meski demikian, batik tiga negeri masih menjadi warisan budaya khas Lasem yang melegenda. Batik ini masih bisa ditemui di beberapa tempat di Lasem.
Penulis: Resla