Survei LSI Denny JA dilakukan pada 16-22 Oktober 2024. Survei menggunakan metode multi-stage random sampling dengan 440 responden melalui wawancara tatap muka, serta memiliki margin of error sekitar 4,8%. (foto: ist)
Tren elektabilitas Warsubi-Salman naik, incumbent menurun
Survei Pilkada LSI Denny JA di Jombang
Dalam Negeri
Widodo
Rabu, 30 Oktober 2024 – 06:45 WIB
Elshinta.com – Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kembali melakukan survei pilkada di Kabupaten Jombang, Jatim. Hasilnya, ada peningkatan elektabilitas signifikan untuk pasangan calon Warsubi-Salmanudin Yazid dalam Pilkada Jombang 2024. Sementara pasangan incumbent Mundjidah Wahab-Sumrambah justru menurun.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada 16-22 Oktober 2024. Survei menggunakan metode multi-stage random sampling dengan 440 responden melalui wawancara tatap muka, serta memiliki margin of error sekitar 4,8%.
Menurut koordinator LSI Denny JA Wilayah Jawa Timur, Imam Fauzi Surahmat, elektabilitas pasangan Warsubi meningkat sebesar 6,1% dibandingkan periode survei sebelumnya, dari 53,9% menjadi 60%. Sebaliknya, pasangan Mundjidah-Sumrambah turun dari 23,9% menjadi 22,5%.
“Tampaknya tren ini sebagai refleksi arus perubahan di kalangan masyarakat Jombang, di mana temuan survei, sekitar 46% responden menyatakan lebih memilih calon pemimpin baru,” ujarnya di Jakarta.
Dukungan lintas partai untuk Warsubi-Salmanudin Yazid
Peneliti LSI Denny JA Fadhli Fakhri Fauzan mengatakan, salah satu faktor yang mendongkrak elektabilitas pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid adalah ketokohan dan karakter figur mereka yang diterima lintas partai.
Bahkan, 55,6 % dari pemilih Warsubi-Salman berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai yang justru mengusung pasangan Mundjidah-Sumrambah.
Begitu juga di basis pemilih PPP ( Partai Persatuan Pembagunan) angkanya nyaris berbagi rata dimana pasangan Warsubi-Salman mampu mengambil pemilih PPP ini sebesar 41,7%
Hal itu memperlihatkan bahwa pemilih tidak lagi hanya mempertimbangkan afiliasi partai saja, tetapi lebih memilih figur yang dinilai mampu memimpin Jombang dengan baik.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid berada di posisi unggul dengan perolehan 60% suara, sementara Mundjidah-Sumrambah hanya mencapai 22,5%, dengan sisa suara 17,5% yang belum memutuskan.
“Selisih 37,5% antara keduanya menunjukkan kesulitan bagi pasangan incumbent untuk mengejar ketertinggalan dengan sisa waktu kampanye yang terbatas,” tambah Imam Fauzi.
Ketidakpuasan terhadap kinerja incumbent
Rendahnya elektabilitas paslon Mundjidah Wahab-Sumrambah juga didorong oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja mereka yang relatif rendah.
Berdasarkan hasil survei, tingkat kepuasan terhadap kinerja Mundjidah sebagai bupati berada di angka 66,6%, sementara untuk Sumrambah sebagai wakil bupati berada di angka 61,3%.
Tingkat keberhasilan kinerja keduanya pun tidak mencapai angka yang optimal. Di mana bupati memperoleh 64,3% dan wakil bupati 62,7%.
“Angka ini jauh di bawah standar kepuasan publik yang diperlukan untuk memastikan peluang terpilih kembali, yang setidaknya diharapkan berada di kisaran 75-80%,” tambah Fadhli.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan tingginya tingkat ketidaksukaan publik terhadap pasangan incumbent, yaitu mencapai 9,9%, dibandingkan dengan pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid yang hanya memiliki tingkat ketidaksukaan 3,5%.
Survei juga mencatat bahwa hanya 30,5% dari masyarakat yang ingin pasangan Mundjidah-Sumrambah kembali memimpin. Sementara 46,1% lebih menginginkan pemimpin baru.
Faktor figur mengungguli afiliasi partai
Menariknya, survei ini menunjukkan bahwa pilihan partai politik tidak selalu sejalan dengan dukungan terhadap pasangan calon. Mayoritas pemilih di Jombang cenderung memilih pasangan calon berdasarkan figur dan ketokohan, terlepas dari dukungan partai.
Ini terlihat dari responden PDIP dan Partai Demokrat yang banyak mendukung pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid meskipun partainya mengusung Mundjidah-Sumrambah. Hal ini mencerminkan bahwa dalam Pilkada Jombang, faktor figur menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat ketimbang afiliasi partai.
Fadhli menjelaskan, fenomena ini dapat terjadi karena masyarakat lebih melihat sosok calon yang dianggap bisa membawa perubahan bagi Kabupaten Jombang.
“Sosok Warsubi dan Gus Salman, sebagai figur yang kuat dan populer, berhasil menarik perhatian masyarakat dari berbagai latar belakang politik. Faktor ini tentu memberi keuntungan tambahan bagi pasangan Warsubi-Salmanudin Yazid dalam meningkatkan elektabilitas mereka,” jelas Fadhli.
Tantangan Mundjidah-Sumrambah di sisa waktu kampanye
Dengan sisa waktu kurang dari satu bulan sebelum pemilihan, Mundjidah Wahab-Sumrambah menghadapi tantangan besar untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas mereka. Dibutuhkan strategi kampanye yang tepat dan efektif untuk mengatasi selisih elektabilitas yang cukup besar.
Tanpa pergerakan kampanye yang masif dan mampu mengubah persepsi publik, peluang pasangan incumbent untuk kembali memenangkan Pilkada Jombang akan semakin menipis.
Pilkada Jombang 2024 menjadi ajang kompetisi yang menarik untuk diikuti, mengingat kuatnya persaingan antar calon dan dinamika elektabilitas yang terus berubah.
Hasil akhir pemilihan akan sangat bergantung pada strategi akhir kedua pasangan dalam mendekati pemilih, serta kemampuan masing-masing dalam merebut hati masyarakat Jombang di sisa waktu kampanye ini. (Dd)
Sumber : Sumber Lain