Saat Domba Ikut Kontes agar Peternak Sejahtera…
Tim Redaksi
UNGARAN, KOMPAS.com
– Ahmad Haydar tampak membelai Umar. Beberapa kali, Haydar merapikan bulu Umar yang tak tertata rapi, sembari sesekali membetulkan tali ikat di leher
domba
tersebut.
Umar adalah seekor domba yang akan diikutsertakan dalam
Kontes
Angon Bareng Paguyuban
Domba
Kabupaten Semarang, Minggu (15/12/2024).
Umar berusia dua tahun dan telah beberapa kali mengikuti
kontes
domba.
“Tidak ada persiapan khusus, tapi selama lima bulan ini bulunya telah dicukur, makanan juga yang bergizi. Antara lain ampas tahu, konsentrat dan rumput,” Ahmad di Pasar Hewan Ambarawa (Pasar Pon).
Meski mengaku tak ada persiapan khusus, setiap akan mengikuti kontes, Umar harus melalui serangkaian perawatan. Di antaranya rajin mandi dengan sampo khusus, pembersihan kuku dan kaki, serta tanduk.
Ahmad mengaku menekuni ternak domba kontes sejak lima tahun terakhir. Saat ini dia memiliki lima domba, tiga untuk kontes dan dua sebagai domba pacek atau indukan master.
“Fokus di kontes karena harganya lumayan tinggi, yang kecil ini sudah ditawar Rp 6,5 juta tapi belum dilepas. Harga tergantung kualitas dan kondisi domba,” kata dia.
Menurut Haydar, dia pernah menjual dua domba dengan harga Rp 40 juta.
“Itu bapaknya yang kecil ini dan saudaranya. Kalau domba kontes memang harga lebih tinggi karena perawatannya juga berbeda dengan yang biasa. Kalau lebih baik dan sering menang kontes, harganya bisa lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Ketua panitia Kontes Angon Bareng Paguyuban Domba Kabupaten
Semarang
Muhammad Ali Almuwafiq mengatakan kontes ini bertujuan mengangkat potensi domba lokal.
“Ini semua adalah domba lokal milik peternak Kabupaten Semarang, ada 150 peserta,” ujarnya.
Kelas yang dipertandingkan adalah remaja, P1 dan P2, P1 dan P2 campuran, remaja campuran, berat ekstrem dan mega bintang.
“Pemain atau pemilik domba asal Kabupaten Semarang yang sudah pengalaman ikut kontes, kelasnya di mega bintang. Ini untuk membedakan dengan yang pemula,” kata Afiq, panggilan akrabnya.
Menurut Afiq, domba lokal memiliki potensi bersaing dengan domba impor selama mendapat perawatan yang berkualitas.
“Domba kita tidak kalah dengan yang impor. Karena itu peternak dan lomba lokal harus meningkatkan mutunya, salah satunya dengan kontes ini agar juga menjadi ajang diskusi dan tukar ilmu,” paparnya.
“Jangan puas dengan harga Rp 900.000, tapi bagaimana caranya itu minimal bisa menjual Rp 2 juta. Karena itu kondisi domba harus diperhatikan, terutama kesehatannya, keserasian, corak atau motif, berat badan, kondisi kaki dan ekor, semua harus diperhatikan,” kata Afiq.
Afiq yakin, jika domba dirawat dengan baik, maka akan bisa mengangkat kesejahteraan peternak. Dia mencontohkan domba berberat badan ekstrem bobotnya bisa mencapai 100 hingga 130 kilogram.
“Dengan bobot seperti itu, bisa bersaing dengan domba impor, soal harga juga akan mengikuti, bisa hingga puluhan bahkan ratusan juta jika menang kontes,” paparnya.
Kepala UPTD Puskeswan, Pasar Hewan, dan RPH, Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang Muhammad Hidayat mengatakan kontes ini bisa menjadi daya tarik peternak milenial untuk lebih semangat membudidayakan domba berkualitas.
“Sebagian besar peserta kontes ini, sekitar 100 peternak termasuk milenial. Jadi ini juga bisa mendukung dan mengangkat potensi yang dimiliki peternak lokal,” ujarnya.
Selain itu, kata Hidayat, kontes ini juga diharapkan bisa menghidupkan pasar hewan tradisional sebagai lokasi kontes.
“Pasar menjadi lebih ramai, tak hanya saat pasaran, tapi juga di hari luar pasaran karena ada kegiatan kontes domba,” kata Hidayat.
Kontes ini memperebutkan juara. Domba yang juara biasanya dihargai mahal. Bisa dibeli jika ada peminatnya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.