9 Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa Yogyakarta

9
                    
                        Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa
                        Yogyakarta

Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com
– Di sebuah dapur di Jalan Purworejo-Magelang, Kecamatan Bener, aktivitas pagi dimulai lebih awal dari biasanya.
Para relawan sudah berseragam celemek, tangan mereka sibuk menyiangi sayuran, memeriksa kualitas telur, menimbang ikan segar, hingga mencatat setiap detail di buku kontrol.
Dapur ini bukan dapur biasa, melainkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bener Purworejo di bawah naungan Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
SPPG ini menjadi salah satu dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) yang viral setelah disebut ahli gizi nasional dr Tan Shot Yen dalam rapat Komisi IX DPR RI sebagai dapur terbaik yang mampu menghadirkan menu lokal sehat bagi ribuan anak sekolah.
“Semua bahan baku kami ambil dari sekitar sini, dari petani sayur, peternak ayam, sampai nelayan lokal,” ujar dr Almas, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia yang menjadi mitra pengelola, pada Sabtu (4/10/2025).
“Tujuannya supaya bahan segar, terjamin, sekaligus memberdayakan warga sekitar,” kata dr Almas.
Pagi itu, satu per satu sayur, telur, dan ikan masuk ke dapur.
Namun, tak serta merta langsung diolah. Ada pemeriksaan berlapis sebelum bahan menyentuh panci.
Para relawan bersama ahli gizi melakukan pengecekan apakah sayur masih segar dan tidak layu, telur tidak retak, dan ikan berbau laut segar, bukan amis busuk.
“Kalau ada yang kurang sesuai, langsung kami tolak,” kata Almas.
Setelah lolos seleksi, bahan disortir dan ditimbang sesuai menu yang sudah ditentukan sehari sebelumnya.
Menu ini bukan asal pilih, melainkan hasil diskusi bersama ahli gizi, pengelola yayasan, kepala dapur, hingga relawan. Prinsipnya: gizi seimbang.
Ada karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah, serta tambahan serat.
Menjelang pukul 06.00 pagi, dapur berubah menjadi arena kerja cepat.
Panci-panci besar mengepul, aroma bawang tumis bercampur wangi sayur rebus dan gurihnya telur serta ayam yang sedang dimasak.
Relawan bekerja dalam tim; ada yang bertugas mencuci beras, ada yang mengolah lauk, dan ada pula yang menata buah potong.
“Setiap menu kami pastikan sesuai standar, bahkan sebelum dikirim ke sekolah, ada tahap tes organoleptik. Artinya, ahli gizi dan relawan mencoba dulu makanan itu. Kalau aman dan rasanya layak, baru bisa didistribusikan,” jelasnya.
Proses ini bahkan didokumentasikan dan diunggah ke media sosial sebagai bentuk transparansi kepada publik.
Setelah matang, makanan tidak dibiarkan lama di dapur. Relawan segera mengemasnya ke dalam wadah khusus yang higienis.
Nasi, lauk, sayur, dan buah ditata rapi dalam
tray
yang sesuai takaran gizi anak-anak.
Kemasan lalu ditutup dan dimasukkan ke dalam kontainer besar agar tetap hangat saat perjalanan.
Di halaman dapur, mobil pick-up sudah menunggu. Relawan mengangkat kontainer satu per satu, memastikan daftar distribusi sesuai.
Setiap sekolah dan posyandu penerima MBG tercatat jelas. Hari ini ada 29 sekolah dan 4 posyandu, dengan total sekitar 3.950 anak penerima manfaat.
Mobil pun berangkat, menyusuri jalan perbukitan Bener.
Setibanya di sekolah, anak-anak menyambut dengan antusias.
Bagi mereka, tray berisi nasi hangat, telur ayam, sayur hijau, dan potongan buah itu bukan sekadar makan siang, melainkan bagian dari semangat belajar setiap hari.
Saat ditanya soal harapan ke depan, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia menyebut satu hal, yakni keberlangsungan.
“Kami ingin dapur ini bisa terus berjalan, siapa pun pemimpinnya nanti. Kami berharap relawan kami mendapat berkah dari kerja mereka, dan anak-anak bisa terus mendapatkan makanan sehat,” kata dia.
Dengan 47 relawan dapur yang bekerja bergantian setiap hari, SPPG Bener membuktikan bahwa program MBG bukan sekadar janji politik, melainkan bisa benar-benar hadir di meja makan anak-anak desa.
Sejak program MBG yang sudah berjalan hampir tujuh bulan ini, mereka merasakan dampak baik mulai dari banyaknya lapangan pekerjaan yang terbuka, seperti juru masak, jasa mencuci ompreng, hingga pedagang yang ditarik sebagai mitra penyedia bahan masakan seperti sayur dan buah.
Kini, dapur ini bukan hanya melayani perut, tetapi juga menjadi contoh nasional bagaimana kearifan lokal bisa bertemu dengan standar gizi modern.
Anak-anak pun dengan riang gembira menunggu kedatangan kontainer MBG yang membawa makanan sehat ke sekolahnya.
Saat jam istirahat, sekitar pukul 09.00 WIB, anak-anak mulai mendapatkan makanan dari SPPG Bener yang dikelola Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
“Saya senang sekali karena bisa makan yang penuh gizi. Saya suka ayam geprek dan sayur buncis,” kata Adelia Faranisa Adzni.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.