Dugaan Guru Lecehkan Murid di Kalideres: Bermula dari Demo, 40 Siswi Mengaku Korban
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kasus dugaan pelecehan guru SMK di Kalideres, Jakarta Barat, terungkap. Puluhan siswi mengaku menjadi korban.
Dugaan itu sempat memicu aksi demonstrasi para siswa SMK tersebut. Kini, pihak sekolah telah memecat terduga pelaku.
Adapun aksi demonstrasi siswa terekam dalam video viral yang diunggah akun Instagram @warga.jakbar pada Minggu (2/3/2025).
Dalam video itu terlihat para siswa tengah berkumpul di lapangan sekolah mengenakan setelan seragam Pramuka.
Mereka tampak bersorak untuk meminta sekaligus menyambut teman-temannya yang berada di luar sekolah.
“Buka, buka, buka,” sorak siswa kepada para guru yang berjaga di pagar sekolah.
Karena tak kuasa menahan pagar, sang guru akhirnya membuka pagar dan para murid yang berada di luar sekolah langsung menerobos masuk.
Mereka tampak membawa spanduk bertuliskan “NGERTI HUKUM TAPI MESUM, JANGAN RUSAK SEKOLAH KAMI”, dan spanduk tuntutan agar guru pelaku pelecehan dikeluarkan.
Spanduk itu siswa bentangkan di lantai satu dan dua sekolah. Selain itu, siswa juga membawa
flare
berwarna-warni sambil bersorak.
Dalam video yang beredar, terlihat beberapa siswa melempar botol air mineral serta mengucapkan kata-kata kasar.
Adapun dugaan pelecehan ini mencuat setelah sejumlah siswi melaporkan tindakan sang guru berinisial O.
O disebut sering melakukan kontak fisik yang tidak pantas ke para siswi, seperti memegang pundak, berjabat tangan dalam waktu yang lama, dan mengelus pinggul.
Seiring dengan berkembangnya laporan, terungkap ada sekitar 40 siswi mengaku mengalami hal serupa.
“Memang itu perbuatannya tidak terpuji, saya pun juga tidak sepakat. Sehingga terungkap ada 40 orang kurang lebih yang mengaku jadi korban,” kata pengacara SMK Kalideres Dennis Wibowo saat dikonfirmasi
Kompas.com,
Jumat (7/3/2025).
Berangkat dari laporan tersebut, pihak sekolah melakukan pendalaman. O pun mengakui perbuatannya.
Oleh karenanya, pihak sekolah langsung memecat terduga pelaku.
“Akhirnya sampailah di pernyataan bahwa O mengakui dugaan itu, sehingga sanksi tegas dari sekolah ya memecat dia,” jelas Dennis.
Dennis mengungkapkan, pihak sekolah sebenarnya sudah mengambil langkah tegas sebelum para siswa menggelar aksi demonstrasi.
Sang guru telah diminta menandatangani surat pernyataan bersalah dan mengundurkan diri, namun informasi tersebut belum tersosialisasi dengan baik kepada para siswa.
“Sebelum terjadi aksi demo, sebenarnya pihak sekolah sudah menyiapkan surat pemecatan oknum guru tersebut,” ujar Dennis.
Usai pelaku dipecat, aktivitas belajar mengajar di sekolah diklaim sudah kembali normal. Namun, kasus ini masih dalam pengawasan pihak kepolisian dan dinas pendidikan.
Meski demikian, persoalan belum berakhir. Kepala SMK Kalideres justru menjadi sasaran intimidasi dan mendapat ancaman setelah data pribadinya diduga disebar di media sosial.
Nomor telepon dan alamat kepala sekolah diduga diunggah di Instagram, yang kemudian memicu berbagai teror. Mulai dari pesan bernada kasar hingga dimasukkan ke grup WhatsApp yang berisi hinaan.
“Klien kami dibuatkan grup, isinya sekitar tiga sampai empat orang. Lalu ngomong kata-kata kasarlah, ada ancaman tapi itu penyebarannya kita enggak tahu siapa yang melakukan,” kata Dennis.
Oleh karenanya, pihak sekolah berencana melaporkan dugaan penyebaran data pribadi ini ke Polres Metro Jakarta Barat atas tudingan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
9 Dugaan Guru Lecehkan Murid di Kalideres: Bermula dari Demo, 40 Siswi Mengaku Korban Megapolitan
/data/photo/2025/02/14/67aede66f1e20.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)