8 Profil KGPH Hangabehi, Putra Tertua PB XIII yang Jadi Kandidat Penerus Tahta Keraton Surakarta Regional

8
                    
                        Profil KGPH Hangabehi, Putra Tertua PB XIII yang Jadi Kandidat Penerus Tahta Keraton Surakarta
                        Regional

Profil KGPH Hangabehi, Putra Tertua PB XIII yang Jadi Kandidat Penerus Tahta Keraton Surakarta
Tim Redaksi
SOLO, KOMPAS.com
– Putra tertua Kanjeng Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi, menjadi kandidat penerus takhta trah Mataram Islam sebagai PB XIV atau Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.
Ia merupakan salah satu kandidat menggantikan Paku Buwono XIII yang meninggal pekan lalu. 
Penetapan
Hangabehi
dilakukan melalui rapat keluarga besar Keraton yang dihadiri oleh putra-putri dalem PB XII dan PB XIII. Rapat yang difasilitasi oleh Maha Menteri Keraton Surakarta, KGPA Tedjowulan, berlangsung pada Kamis (13/11/2025).
Hangabehi merupakan putra tertua mendiang PB XIII dari pernikahan kedua dengan KRAy Winarni, yang terjadi sebelum PB XIII naik takhta.
Perceraian pasangan tersebut pun terjadi sebelum PB XIII resmi menjadi Raja Keraton Surakarta.
Lahir di Surakarta pada 5 Februari 1985, ia memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Soerjo Soeharto. Sebelum menyandang nama Hangabehi, ia lebih dikenal dengan gelar KGPH Mangkubumi, yang kemudian diganti pada 24 Desember 2022.
Dalam perjalanan pendidikannya, Hangabehi menamatkan pendidikan di SD Pamardisiwi (1995), SMP Kasatriyan (1998), dan SMA Warga (2001).
Ia menikah dengan Ray Siti Zainab dan dikaruniai dua anak: BRAj. Arumi Larasati Kusumaningrum dan BRM. Suryo Muhammad Ibrahim.
Dikenal sebagai sosok yang tenang dan menjunjung tinggi paugeran (aturan adat Keraton), Hangabehi juga dikenal sebagai pemerhati keris.
Pada September 2025, ia mendapat undangan dari Pemerintah Belanda melalui Kementerian Kebudayaan untuk menghadiri pameran keris di Belanda.
Menurutnya, fokus utama revitalisasi saat ini meliputi pembenahan Panggung Songgo Buono dan perawatan artefak bersejarah di Museum Keraton Surakarta.
“Ya, menjalankan aktivitas upacara adat mestinya yang baku. Saat ini fokus untuk menjalankan yang sudah dilakukan oleh Pak Menteri, khususnya dari Kementerian Kebudayaan. Fokus untuk pembenahan Panggung Songgo Buono, kemudian mungkin ada tempat-tempat lain yang mau direvitalisasi,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Hangabehi menjelaskan, banyak koleksi di museum yang memerlukan perawatan khusus.
“Banyak sekali artefak yang ternyata butuh treatment khusus. Koleksi di museum ini sebenarnya sudah tergolong mumpuni dan bisa disejajarkan dengan museum-museum nasional,” jelasnya.
Terkait masa berkabung atas wafatnya PB XIII, ia menegaskan bahwa Museum Keraton tidak ditutup sepenuhnya, melainkan hanya dilakukan pembatasan akses di beberapa area.
“Kalau museumnya tidak sampai tutup selama 40 hari, karena kita sedang melakukan konservasi untuk merawat artefak-artefak peninggalan yang ada di situ,” katanya.

Ia menilai, penutupan total museum justru kurang bijak karena bertentangan dengan ketentuan pelestarian cagar budaya.
“Saya kira kurang bijak kalau ditutup, karena kita harus mengejar ketentuan yang sudah ditentukan oleh cagar budaya,” terangnya.
Sebagai gantinya, wisatawan hanya dibatasi pada area tertentu agar tidak mengganggu suasana berkabung.
“Jadi akan kita lanjut dengan ketentuan pembatasan sedikit area untuk wisatawan saja, mungkin tidak terlalu menjorok ke dalam,” ujarnya.
Untuk menjaga ketertiban, abdi dalem yang bertugas sebagai pemandu wisata (abdi guide) akan mengatur alur kunjungan.
“Nanti akan kita arahkan abdi dalem, abdi guide ini untuk memberikan sedikit kelonggaran pada wisatawan dengan mengarahkan ke tempat lain,” ucapnya.
Di akhir, Hangabehi menyampaikan harapan agar masyarakat terus mendukung Keraton sebagai pusat budaya Jawa.
“Harapan saya masyarakat tetap men-support Keraton supaya bisa menjadi tonggak budaya dan adat. Kami terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar tentang budaya, tari, atau literasi Keraton,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.