TRIBUNNEWS.COM – Sebanyak 70 negara di berbagai belahan dunia saling berlomba merayu AS agar dapat mengajukan negosiasi tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump
Pernyataan itu diungkap Menteri Keuangan Scott Bessent tepat setelah pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif impor mulai dari 10 persen ke 180 negara di seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Menkeu Bassent menjelaskan tarif impor diterapkan lantaran negara-negara lain telah memperlakukan AS “dengan buruk” karena mengenakan tarif yang tidak proporsional pada impor AS yang ia sebut sebagai “kecurangan”.
Sebagai balasannya, Presiden Trump mengenakan tarif kepada negara-negara lain, kira-kira setengah dari tarif yang mereka kenakan kepada AS.
Agar terhindar dari kebijakan tersebut negara lain harus membayar sejumlah ‘uang’ demi mencabut tarif yang sangat tinggi.
Trump menggambarkan uang itu digambarkan sebagai obat, yang bisa menahan pertumpahan darah lebih lanjut di pasar keuangan global.
“Jadi, tarif tersebut tidak akan berlaku secara timbal balik. Saya bisa saja melakukan itu, ya, tetapi akan sulit bagi banyak negara,” kata Trump, dikutip dari Al Jazeera.
“Kami tidak ingin melakukan itu.” imbuhnya.
Sementara itu, melansir laman resmi Gedung Putih, tarif resiprokal atau tarif timbal balik Trump dilakukan dengan cara mengenakan bea ad valorem atau bea masuk tambahan pada barang impor dari semua mitra dagang Amerika Serikat.
Langkah ini diberlakukan dengan dalih untuk menyeimbangkan kembali arus perdagangan global.
Imbas kebijakan tersebut kini semua barang yang tidak dibuat di Amerika Serikat akan dikenakan pajak tambahan.
Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan biaya barang yang akan di dijual ke pasar AS.
Apabila kenaikan biaya terus terjadi akibatnya, produsen di luar Amerika akan mengalami penurunan dalam volume ekspor mereka, menambah beban suatu negara di tengah ancaman resesi dan gejolak ekonomi pasar global.
Kekhawatiran ini yang mendorong puluhan negara untuk berbondong-bondong mengajukan negosiasi tarif impor ke pejabat AS.
Dengan 70 negara yang tercatat, Bessent menyebut AS akan menghadapi April-Juni yang sibuk dengan negosiasi.
Dalam hal ini, dia menyinggung Jepang yang akan menjadi prioritas AS.
Pasalnya, Jepang dinilai cepat tanggap dan langsung menghubungi Washington untuk mendiskusikan kesepakatan dalam perdagangan.
Negara Asia Lobi Trump Agar Pangkas Tarif Baru AS
Terbaru, Pemerintah Indonesia dilaporkan tengah mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk bertandang ke Gedung Putih, usai Presiden AS Donald Trump menjatuhkan tarif impor tinggi sebesar 32 persen kepada barang-barang Indonesia.
Tak hanya Indonesia, sejumlah negara di Asia termasuk India yang terkena tarif baru Trump juga berupaya keras melobi AS agar memangkas kebijakannya.
Kementerian Perdagangan dan Perindustrian India mengatakan dalam sebuah pernyataan pada bahwa mereka sedang melangsungkan penyelesaian cepat lewat Perjanjian Perdagangan Bilateral multi-sektoral yang saling menguntungkan dengan AS, pasca Trump memberlakukan tarif impor 26 persen kepada New Delhi.
Meski Trump memberlakukan tarif impor 26 persen, namun Kementerian Perdagangan dan Perindustrian India menegaskan bahwa negaranya akan “tetap berhubungan” dengan AS terkait tarif terbaru Trump.
Langkah serupa juga dilakukan pemerintah Vietnam, pasca Trump menghantam ekonomi Vietnam dengan tarif 46 persen pemimpin Vietnam mulai Gerak cepat, melobi Donald Trump untuk mengurangi tarif.
Menyusul yang lainnya, Israel juga turut mengajukan perundingan dengan pejabat AS untuk mendapat pengurangan tarif yang diberlakukan Trump.
Upaya ini dilakukan pemerintah Israel usai sekutu dekat AS ini terdampak tarif baru Trump sebesar 17 persen.
Asosiasi Produsen Israel (MAI) mengatakan pengumuman tarif Trump benar-benar mengejutkan mereka, lantaran keputusan tersebut menimbulkan “tantangan besar” bagi ekonomi Israel.
(Tribunnews.com / Namira)