Sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari berbagai perusahaan yang terlibat dalam pengembangan dan manajemen properti. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya berfokus pada pembangunan perumahan, tetapi juga mencakup pembangunan gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan hotel.
Saham di sektor properti merupakan salah satu sektor di IDX Industrial Classification atau IDX-IC, yaitu sistem pengklasifikasian BEI untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar. Sektor ini meliputi perusahaan pengembang properti dan real estate, serta perusahaan-perusahaan yang mendukungnya.
Prospek saham di sektor properti Indonesia masih cukup cerah. Permintaan yang terus meningkat untuk hunian dan properti komersial, terutama di kota-kota besar, menjadikan sektor ini tetap menarik bagi para investor. Berikut daftar Saham Properti dan real estate di BEI yang menarik diketahui.
1. PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
Emiten properti pertama adalah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Agung Podomoro Land adalah salah satu perusahaan real estate terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang pengadaan tanah, pengembangan, dan penjualan tanah, perumahan, dan proyek bangunan. APLN resmi melantai di BEI sejak 11 November 2010.
APLN mengalami penurunan pendapatan dan mencatat kerugian per kuartal III-2024. Menurut laporan keuangan, APLN mencatat penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp2,77 triliun pada kuartal III-2024. Angka ini turun 29,07 persen dibandingkan dengan Rp3,91 triliun pada kuartal III-2023.
Beban pokok penjualan dan biaya langsung juga menurun menjadi Rp1,6 triliun pada akhir kuartal III-2024, dari Rp2,28 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, laba kotor APLN tercatat sebesar Rp1,17 triliun, turun 27,91 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,63 triliun.
Pada periode ini, perusahaan hanya mencatat keuntungan lain sebesar Rp175,35 miliar. Sementara pada akhir September 2023 mencapai Rp1,19 triliun. APLN juga mengalami kerugian akibat selisih kurs dari laporan keuangan anak perusahaan sebesar Rp2,87 miliar pada kuartal III-2024.
Selain itu, total penghasilan komprehensif lainnya juga berbalik menjadi minus Rp2,97 miliar pada kuartal III-2024, dari sebelumnya Rp3,42 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Akibatnya, perusahaan properti ini mengalami kerugian Rp41,34 miliar pada kuartal III-2024. Berbanding terbalik dengan keuntungan Rp1,28 triliun yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu.
2. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) adalah emiten properti di BEI sejak 2008 yang mencatatkan pendapatan usaha Rp10,06 triliun selama sembilan bulan pertama pada 2024. Angka ini meningkat 37,75 persen dibandingkan dengan Rp7,3 triliun pada kuartal III-2023.
Pendapatan terbesar perusahaan pengelola BSD City ini berasal dari penjualan tanah dan bangunan yang mencapai Rp8,17 triliun. Selain itu, BSDE juga memperoleh pendapatan dari penjualan tanah dan bangunan strata title sebesar Rp576,4 miliar, sewa sebesar Rp715,83 miliar, pengelolaan gedung Rp288,85 miliar, dan konstruksi Rp165,09 miliar.
Selain itu, pendapatan dari segmen jasa pengoperasian jalan tol mencapai Rp51,38 miliar, layanan air Rp31,86 miliar, area rekreasi Rp25,58 miliar, hotel Rp18,92 miliar, dan lainnya Rp17,71 miliar.
Beban pokok penjualan BSDE meningkat menjadi Rp3,47 triliun. Sementara beban penjualan mencapai Rp1,36 triliun, beban umum dan administrasi sebesar Rp1,33 triliun, dan beban pajak final sebesar Rp301,87 miliar. Selain itu, BSDE mengeluarkan Rp1,03 triliun untuk beban bunga dan biaya keuangan lainnya pada periode tersebut.
Secara keseluruhan, BSDE mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp2,7 triliun. Angka ini meningkat 52,73 persen dibandingkan dengan laba bersih Rp1,77 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba per saham BSDE juga mengalami kenaikan dari Rp84,59 menjadi Rp129,2.
3. PT Intiland Development Tbk (DILD)
Saham properti di BEI berikutnya adalah PT Intiland Development Tbk (DILD). Intiland adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan pengembangan perumahan, gedung perkantoran, ritel, dan kawasan industri di Jakarta dan Surabaya.
DILD mencatatkan laba bersih sebesar Rp366,85 miliar. Meningkat pesat dibandingkan dengan semester I-2023 yang meraih laba Rp39,56 miliar.
Di sisi lain, pendapatan DILD turun 45,46 persen dibandingkan tahun lalu, dari Rp2,49 triliun menjadi Rp1,36 triliun pada semester I-2024. Pendapatan ini didorong oleh penjualan kawasan industri yang memberikan kontribusi sebesar Rp381,96 miliar.
Adapun beban pokok penjualan dan biaya langsung menurun dari Rp1,42 triliun menjadi Rp951,12 miliar. Dengan kondisi ini, DILD berhasil mengumpulkan laba kotor sebesar Rp412,15 miliar, turun 61,49 persen dibandingkan tahun lalu.
4. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Perusahaan properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp753,68 miliar pada semester I-2024, meningkat 70,50 persen dibandingkan tahun lalu.
Kenaikan laba bersih ini didorong oleh kinerja pendapatan yang mencapai Rp5,67 triliun, tumbuh 89,56 persen secara tahunan. Pendapatan tersebut terutama berasal dari penjualan rumah kepada pihak ketiga yang mencapai Rp3,5 triliun, melonjak 191,16 persen dibandingkan dengan Rp1,2 triliun pada 2024.
Sementara itu, pendapatan dari segmen mal dan ritel mencapai Rp959,58 miliar, naik 24,55 persen. Seiring dengan peningkatan pendapatan, beban pokok penjualan dan biaya langsung SMRA juga meningkat 88,39 persen menjadi Rp2,69 triliun.
Akibatnya, perusahaan mencatatkan laba kotor sebesar Rp2,97 triliun, tumbuh 90,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp753,68 miliar, dan laba per saham SMRA juga meningkat dari Rp26,78 menjadi Rp45,65 per saham.
5. PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS)
PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) mencatatkan pendapatan sebesar Rp392,22 juta pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Jumlah itu naik 20,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp324,72 juta.
Berdasarkan laporan Keterbukaan Informasi BEI, BBSS mencatatkan beban langsung sebesar Rp36,66 juta hingga September 2024. Turun dari Rp48,33 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bruto yang dihasilkan sebesar Rp355,55 juta, meningkat 28,64 persen dibandingkan tahun lalu.
Laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp639,46 juta pada kuartal III-2024, menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,16 miliar. Laba periode berjalan juga tercatat sebesar Rp639,46 juta, turun dari Rp1,16 miliar pada tahun sebelumnya.
Pendapatan BBSS terutama berasal dari sewa gudang pergudangan Bumi Benowo, yang tercatat sebesar Rp392,2 juta per September 2024, mengalami kenaikan 20,78 persen dibandingkan dengan Rp324,72 juta pada periode yang sama tahun lalu.
6. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Saham properti dan real estate di BEI berikutnya adalah PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Lippo Karawaci Tbk adalah salah satu pengembang perkotaan residensial dan komersial terkenal di Indonesia. LPKR mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp19,88 triliun pada semester I-2024.
Laba ini mengalami lonjakan sebesar 1.629,68 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat hanya Rp1,14 triliun.
Sementara itu, LPKR mencatatkan pendapatan neto sebesar Rp7,94 triliun di paruh pertama tahun 2024. Sedikit menurun 0,15 persen dibandingkan dengan Rp7,95 triliun pada semester I-2023.
Pendapatan LPKR sebagian besar didorong oleh segmen kesehatan yang mencapai Rp5,05 triliun. Segmen real estate development berkontribusi sebesar Rp2,29 triliun, sementara segmen lifestyle menyumbang Rp652,42 miliar.
Beban pokok pendapatan tercatat Rp4,53 triliun pada akhir Juni 2024, turun sedikit dibandingkan dengan Rp4,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, laba bruto tercatat sebesar Rp3,40 triliun, naik 2,06 persen secara tahunan (year-on-year/YoY).
Laba periode berjalan perusahaan tercatat Rp20,09 triliun per 30 Juni 2024, meningkat 1.341,16 persen dibandingkan tahun 2024. Laba per saham dasar juga mengalami kenaikan signifikan, menjadi Rp280,61, dari sebelumnya Rp16,22 pada akhir Juni 2023.
7. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Pakuwon (PWON) dikenal sebagai pengembang superblok dan pemukiman elit seperti Superblok Tunjungan City, Superblok Kota Kasablanka, Superblok Gandaria City, dan Pakuwon City.
Pakuwon dan anak usahanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,78 triliun pada 2024. Jumlah itu meningkat 4,74 persen dibandingkan dengan pendapatan pada 2024 sebesar Rp4,56 triliun.
PWON juga mencatat pendapatan berulang (recurring revenue) tercatat sebesar Rp3,81 triliun hingga kuartal III-2024. Naik 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp3,42 triliun.
Rinciannya, pendapatan dari mal ritel berkontribusi sebesar Rp2,54 triliun, mengalami kenaikan 10 persen YoY. Lalu, pendapatan dari penyewaan kantor mencapai Rp275 miliar, tumbuh 17 persen YoY. Terakhir, pendapatan dari sektor hospitality tercatat sebesar Rp987 miliar, naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Demikianlah daftar saham properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Semoga bermanfaat.