PIKIRAN RAKYAT – Israel penjajah telah melakukan blokade bantuan ke Gaza sejak 2 Maret 2025 yang membuat warga Palestina di wilayah tersebut berada dalam situasi yang sulit.
Blokade oleh Israel ini telah memperparah genosida di Gaza sejak serangan Oktober 2023 lalu yang menewaskan lebih dari 50.800 warga Palestina dan lebih dari 115.000 warga lainnya mengalami luka-luka.
Israel tetap tak menggubris kecaman demi kecaman terkait blokade bantuan ke Gaza ini. Bahkan, dilaporkan setidaknya 60.000 anak di Gaza berisiko mengalami komplikasi kesehatan serius akibat kekurangan gizi.
Kementerian Kesehatan setempat mengatakan hal ini karena pasokan terus menyusut di tengah blokade yang berlangsung.
Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menolak usulan baru Israel untuk mengendalikan pengiriman bantuan di Gaza. Namun, hal ini dinilai bisa membuat Israel semakin mengendalikan dan membatasi bantuan secara kejam.
“Kurangnya gizi dan air minum yang memadai akan memperparah tantangan kesehatan, dengan terus berlanjutnya larangan vaksinasi untuk anak-anak, terutama vaksinasi polio,” demikian pernyataan Kementerian Kesehatan.
Bantuan-bantuan internasional seperti makanan, pasokan medis hingga bahan bakar dilarang masuk ke wilayah yang berpenduduk 2,3 juta orang itu sejak 2 Maret. Israel telah menutup perbatasan penting dan melarang masuknya segala hal.
Imbas blokade ini, 21 pusat gizi terpaksa ditutup. Juga, perawatan 350 anak yang dilaporkan mengalami kekurangan gizi parah telah terganggu.
Bulan lalu, Program Pangan Dunia PBB (WFP) juga memperingatkan bahwa ratusan ribu orang di Gaza berisiko mengalami kelaparan parah dan kekurangan gizi akibat perluasan aktivitas militer Israel yang sangat mengganggu operasi bantuan pangan.
“WFP dan mitra dari sektor keamanan pangan tidak dapat membawa pasokan makanan baru ke Gaza selama lebih dari tiga minggu,” kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan dilaporkan Al Jazeera.
Sejak peringatan tersebut, WFP memprediksi stok makanan yang tersisa hanya cukup maksimal untuk dua minggu.
Ini bukan kali pertama Israel menggunakan makanan dan bantuan kemanusiaan internasional sebagai ‘alat’ genosida terhadap rakyat Palestina selama 18 bulan terakhir.
“Semua persediaan dasar hampir habis. Ini berarti bayi dan anak-anak tidur dalam keadaan kelaparan. Setiap hari tanpa persediaan dasar ini, Gaza semakin dekat dengan kelaparan yang sangat, sangat parah,” kata Juliette Touma dari UNRWA, badan PBB untuk bantuan Palestina.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News