TRIBUNNEWS.COM — Proyek “I Want to Find” Ukraina mengungkapkan bahwa sedikitnya sebanyak 50.000 pasukan Rusia telah hilang dalam tugas (missing in action/MIA).
Hal ini tercermin dari permintaan informasi yang telah diajukan oleh warga Rusia yang mencari keluarga, saudara atau kenalan mereka yang tidak pulang setelah ditugaskan berperang melawan Rusia sebanyak lebih dari 50.000 permintaan.
Bohdan Okhrimenko, kepala Sekretariat Pusat Koordinasi mengatakan, bahwa dari angka tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa pasukan Rusia yang hilang dalam tugas sedikitnya 50.000 orang.
“Angka-angka ini hanya mencerminkan mereka yang tidak takut untuk menghubungi kami. jumlah sebenarnya tentara Rusia yang hilang dalam pertempuran bisa jauh lebih tinggi,” kata Okhrimenko, dalam sebuah wawancara dengan ArmyInform pada 3 Januari dikutip dari Kyiv Independent.
“I Want to Live” merupakan bagian dari sebuah hotline yang diluncurkan pada September 2022 oleh intelijen militer Ukraina (HUR) untuk membantu tentara Rusia menyerah.
Namun seiring dengan perang yang berkepanjangan, “I Want to Find” dibuat untuk menangani permintaan informasi dari keluarga Rusia tentang tentara yang hilang.
Sementara Rusia dianggap lelet dalam penanganan tersebut. Ia mengkritik Moskow yang lamban mencari untuk menemukan dan mengidentifikasi pasukan Rusia yang hilang.
“Banyak yang masih tersebar di ladang-ladang Ukraina, jasad mereka dibawa oleh hewan liar. Rusia tidak menunjukkan minat untuk mengidentifikasi mereka.”
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anna Tsivilyova sebelumnya mengungkapkan pada 26 November bahwa kementeriannya menerima 48.000 aplikasi uji DNA dari kerabat yang mencari informasi tentang tentara yang hilang hingga peperangan yang telah memasuki hari ke-1.046.
Berbicara di meja bundar Duma, Tsivilyova mengungkapkan bahwa data DNA kerabat telah dikumpulkan dan disimpan dalam basis data, secara tidak sengaja memberikan gambaran langka tentang skala pasukan yang hilang dalam aksi.
Namun Andrei Kartapolov, kepala komite pertahanan Duma Negara, memperingatkan agar tidak mempublikasikan angka-angka tersebut.
“Ini adalah informasi yang sensitif. Ketika kami menyelesaikan dokumen, kami harus memastikan angka-angka ini tidak muncul di depan umum,” ujarnya
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan pada 3 Januari bahwa Rusia telah kehilangan 793.250 tentara sejak dimulainya invasi skala penuh pada 24 Februari 2022.
Angka tersebut adalah angka dari prajurit yang menurut Ukraina tewas dan terluka.