Liputan6.com, Yogyakarta – Matematika, yang kerap dipandang sebagai momok menakutkan bagi sebagian besar pelajar, justru menjadi bahasa universal yang menggerakkan hampir seluruh aspek kehidupan modern – mulai dari transaksi digital hingga prediksi cuaca. Kehadiran matematika dalam kehidupan sehari-hari bahkan lebih dalam dari sekadar perhitungan sederhana.
Sejak awal peradaban, matematika telah menjadi pilar perkembangan teknologi yang membentuk dunia seperti yang kita kenal saat ini. Dari pembangunan piramida di Mesir hingga peluncuran roket ke luar angkasa, setiap langkah besar manusia tidak lepas dari peran perhitungan matematis yang rumit.
Di era digital ini, matematika semakin membuktikan dominasinya melalui algoritma yang mengatur kecerdasan buatan, sistem keamanan siber, hingga analisis big data yang memprediksi perilaku konsumen. Tanpa disadari, matematika telah bertransformasi dari sekadar subjek akademis menjadi alat vital dalam memecahkan berbagai tantangan global kontemporer.
Penggunaan model matematika kini menjadi kunci dalam upaya mengatasi krisis iklim, mengoptimalkan distribusi vaksin selama pandemi, hingga menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien di kota-kota besar. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima rumus matematika dalam kehidupan nyata:
1. Trigonometri (Sin, Cos, Tan)
Pengukuran tinggi gedung pencakar langit dapat dilakukan dengan memanfaatkan ilmu trigonometri, khususnya melalui fungsi sinus, kosinus, dan tangen. Metode ini menerapkan prinsip segitiga siku-siku dengan mempertimbangkan sudut elevasi dan jarak horizontal untuk menentukan tinggi vertikal sebuah gedung.
Dalam praktiknya, pengukuran ini melibatkan tiga komponen utama yang membentuk segitiga siku-siku. Pertama adalah sudut elevasi, yang merupakan sudut antara garis horizontal pengamat dengan garis pandang ke puncak gedung.
Kedua adalah jarak horizontal, yaitu jarak antara posisi pengamat dengan dasar gedung. Ketiga adalah tinggi gedung itu sendiri, yang menjadi sisi vertikal dari segitiga yang hendak dicari nilainya.
Fungsi trigonometri yang paling relevan dalam pengukuran ini adalah tangen, karena fungsi ini secara spesifik menghubungkan sudut dengan rasio antara sisi depan (tinggi gedung) dan sisi samping (jarak horizontal). Rumus dasarnya adalah tangen dari sudut elevasi sama dengan tinggi gedung dibagi jarak horizontal, atau secara matematis ditulis sebagai tan(α) = h/x, di mana h adalah tinggi gedung dan x adalah jarak horizontal.
Proses pengukuran dimulai dengan mengukur jarak horizontal menggunakan meteran atau alat pengukur jarak lainnya. Penting untuk memastikan pengamat berada pada bidang horizontal yang sama dengan dasar gedung untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Langkah berikutnya adalah mengukur sudut elevasi menggunakan klinometer, teodolit, atau aplikasi smartphone yang dilengkapi fungsi pengukur sudut. Pengukuran sudut ini harus dilakukan dari titik yang sama dengan pengukuran jarak horizontal.
Setelah mendapatkan kedua nilai tersebut, tinggi gedung dapat dihitung dengan mengalikan nilai tangen dari sudut elevasi dengan jarak horizontal. Rumus finalnya adalah h = tan(α) * x, di mana h adalah tinggi gedung yang dicari, α adalah sudut elevasi yang telah diukur, dan x adalah jarak horizontal yang telah diukur sebelumnya. Metode ini memberikan cara yang relatif sederhana namun akurat untuk mengukur tinggi gedung pencakar langit tanpa harus melakukan pengukuran secara langsung dari dasar hingga puncak gedung.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4471882/original/073573400_1687149951-funny-witty-math-memes-62-6489cdaf6f80a__700.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)