Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) menilai kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) akan menciptakan tekanan baru bagi perekonomian dunia. Kebijakan ekonomi Trump, yang diprediksi akan mengedepankan American First, berpotensi membawa perubahan signifikan dalam lanskap geopolitik dan ekonomi global.
Kebijakan American First yang akan diterapkan Trump diperkirakan akan meningkatkan tarif tinggi, bahkan memicu perang dagang, ketegangan geopolitik, gangguan rantai pasok, serta fragmentasi ekonomi dan keuangan global. Dampaknya, prospek ekonomi dunia diprediksi akan mengalami penurunan pada 2025 dan 2026.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan pada 2025, perekonomian dunia akan menghadapi lima tantangan utama.
Pertumbuhan Melambat
Slower and divergent growth atau pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan terpecah. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan membaik, tetapi Tiongkok dan Eropa diperkirakan akan melambat. Sebaliknya, India dan Indonesia diprediksi masih akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Tekanan Inflasi
Reemergence of inflation pressure atau potensi kembalinya tekanan inflasi. Inflasi global yang diperkirakan akan menurun, justru berisiko meningkat pada 2026 akibat gangguan rantai pasok dan dampak perang dagang.
Ketidakpastian Suku Bunga The Fed
Ketidakpastian terkait suku bunga di bank sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan terus terjadi. Meskipun suku bunga The Fed diperkirakan menurun, yield US treasury diprediksi akan meningkat tajam menjadi 4,7% pada 2025 dan 5% pada 2026. Perry menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah AS.
Penguatan Dolar AS
Penguatan mata uang dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut, dengan indeks dolar Amerika menguat dari 101 menjadi 107. Kondisi ini bisa memengaruhi stabilitas nilai tukar, yang pada gilirannya menyebabkan depresiasi mata uang di berbagai negara, termasuk rupiah.
“Semoga dolar Amerika tidak menguat lebih jauh,” ujar Perry.
Perpindahan Modal Asing ke AS
Investor asing cenderung akan lebih tertarik menanamkan modal di Amerika Serikat akibat suku bunga yang tinggi dan penguatan dolar. Hal ini menyebabkan aliran modal asing keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, dan kembali ke AS.
Perry menegaskan bahwa lima tantangan global tersebut akan berdampak negatif bagi berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan adanya ketidakpastian ini, Indonesia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi gejolak yang bisa memengaruhi perekonomian dalam jangka pendek.