Badan Geologi ESDM juga merekam sebanyak 307 kali gempa vulkanik dangkal Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut, pada periode pengamatan 16-31 Agustus 2025.
Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku menyebutkan, selain gempa vulkanik dangkal juga terekam tiga kali gempa ‘Low Freguency’, tujuh kali gempa vulkanik dalam, empat kali gempa tektonik lokal, dan 286 kali gempa tektonik jauh.
“Dalam periode tersebut kegempaan Gunung Awu didominasi gempa vulkanik dangkal dan gempa tektonik jauh,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid AN pada, Minggu (14/9/2025).
Dia mengungkapkan, energi gempa-gempa vulkanik secara keseluruhan, yang berdasarkan nilai perataan amplitudo rekaman gempa ‘Real Time Seismic Amplitude Measurement’ (RSAM) menunjukkan nilai fluktuatif. Grafik RSAM secara umum masih mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan kegempaan.
“Kondisi kegempaan saat ini mengalami sedikit penurunan pada gempa vulkanik dangkal dimana rata rata kejadian menurun dari 23 kejadian per hari menjadi 19 kejadian per hari,” ujarnya.
Pengamatan visual kawah Gunung Awu tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak awal bulan Juli 2024, sementara pada periode 16-31 Agustus 2025 embusan asap kawah berfluktuasi berkisar antara 10-150 meter (dominan di bawah 50 meter) di atas kubah lava.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas hembusan asap kawah masih berfluktuasi dan tidak terjadi peningkatan yang menerus dan signifikan.
“Gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal pada periode tersebut mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya, dengan jumlah rata-rata per hari yang masih di atas normal,” tuturnya.
Rentetan gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal (Spasmodic Burst) pada periode ini tidak terekam, sedangkan adanya gempa ‘Low Freguency’ menunjukkan proses aliran fluida (gas/magma) di dalam tubuh gunung api.
Dengan jumlah gempa vulkanik dangkal yang masih tinggi mengindikasikan proses magmatik masih terus berlangsung di kedalaman dangkal yang menyebabkan terjadinya retakan dan tekanan pada batuan di dekat permukaan.
“Kami meminta warga untuk tetap waspada mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi akibat aktivitas gunung tersebut,” ujarnya.
Badan Geologi Kementerian ESDM masih menetapkan status Level II (Waspada) untuk Gunung Awu sejak statusnya diturunkan dari Level III (Siaga) pada 2 Februari 2025.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4828358/original/092209900_1715392652-Gunung_Awu.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)