Siti Bertahan Meski Omzet Usahanya Nol: Demi 7 Orang Karyawan, Banting Setir Jadi Daycare di Bantul
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Suara mesin pemotong kayu terdengar dari sebuah sudut rumah di Mantub, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rumah ini memproduksi mainan anak edukasi.
Seorang pekerja tampak memotong kayu menjadi bagian lain. Pekerja lainnya tampak mengecat bagian permainan.
Suasana ini terasa sepi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020. Lebih dari separuh karyawan “Yungki Edutoys” terpaksa di-PHK.
Siti Rahma Yuliati (63), pemilik usaha kerajinan mainan edukatif berbahan baku kayu “Yungki Edutoys”, menceritakan perjalanan bisnisnya yang tak mudah.
Pembuatan permainan edukatif anak ini dibuat sepenuhnya dengan kekuatan tangan dan kreatifitas manusia.
Pengrajin awalnya membuat pola terlebih dahulu, kemudian memotongnya menggunakan gergaji mesin.
Setelah itu, digergaji mengikuti pola, dan akan dibuat berapa banyak.
“Setelah ditempel dilem, kemudian yang alas tadi kita gosok, lalu kita plamir dan kita cat sesuai dengan warna untuk dasar,” kata Siti saat ditemui wartawan di bengkelnya, Senin (20/10/2025).
“Di dalamnya puzzle tadi tergantung, misal kelinci mau warna putih saja, lalu kita potong dan cat sesuai warna putih. Tapi kalau mau banyak warna, kita cat sesuai dengan warna-warnanya,” kata Siti.
Siti menceritakan, usahanya ini dimulai tahun 2010. Awalnya mereka berusaha di dalam bengkelnya di rumah.
“Halaman belakang untuk proses produksi, garasi untuk usaha,” katanya.
Pada masa kejayaan ‘Yungki Edutoys’ mampu memproduksi 200 jenis mainan edukatif berbahan baku kayu, dengan omzet mencapai puluhan hingga ratusan juta per bulannya.
“Untuk harganya mulai Rp 10.000 sampai yang paling mahal dari bahan kayu RDF Rp 400-500.000,” kata dia.
Siti mengatakan, usahanya mampu memproduksi ratusan jenis mainan edukatif berbahan baku kayu, salah satunya puzzle hewan, tetapi tidak bertahan lama.
Saat Covid-19 melanda dunia tahun 2020, usahanya pun mengalami penurunan.
“Sekarang bisa dikatakan nol, jadi kalau kita dulu sebelum Covid-19 itu banyak omzetnya. Tapi setelah Covid-19, kita kan pasarnya di sekolah-sekolah, jadi mereka dapat bantuan dari sekolah,” kata dia.
Mereka pun harus berpindah-pindah lokasi usaha dan baru menempati lokasi saat ini 3 tahun terakhir.
Saat ini, dirinya hanya melayani pemesanan perorangan dengan jumlah yang terbatas dengan omzet yang jauh sekali dari sebelum pandemi.
“Kalau sekolah tidak ada (pemesanan). Omzet? Ya sebulan omzet sekitar Rp 10 juta,” ucap dia.
Siti mengatakan, pihaknya saat ini lebih banyak mengikuti pameran dan mulai merambah ke penjualan online.
Namun demikian, tidak mudah karena penjualan mainan edukatif anak produksinya sedikit peminatnya.
Untuk bertahan di tengah badai ketidakpastian usaha, dirinya mulai merumahkan karyawan.
Sebab, stok pembuatan saat sebelum Covid-19 masih ada.
Pihaknya tetap mempertahankan usaha meski dengan pendapatan minim karena harus bertanggung jawab terhadap belasan karyawannya saat itu.
Sampai akhirnya pilihan terakhir harus merumahkan karyawan.
KOMPAS.com/Markus Yuwono Pemilik rumah produksi permainan anak Siti Rahma Yuliati (63) ditemui wartawan di bengkelnya, Senin (20/10/2025).
“Jadi kita pengeluarannya cuma untuk bayar tukang dan cat. Tapi lama-kelamaan saya sudah tidak tahan, keuangan tidak ada karena barang menumpuk banyak. Jadi seperti mati suri, dari pemerintah jarang membeli,” kata Siti.
“Mulai bulan April 2025 saya liburkan karyawan, saya gaji 50 persen dan orang-orang tertentu ada 7 orang yang tetap bekerja,” kata dia.
Siti menyebut, dirinya akan memperluas usaha untuk daycare atau penitipan anak.
Harapannya, karyawan yang bertahan tetap bisa bekerja.
“Jadi yang tujuh orang tadi buat meja kursi untuk usaha yang lain. Daycare insya Allah Januari 2026 baru buka. Ya mau gimana lagi, harus beralih jualan produk anak-anak yang lain seperti sarana dan prasarana daycare,” kata dia.
Salah seorang warga, Edo, mengaku mengagumi permainan anak jenis puzzle.
Anaknya yang saat ini duduk di bangku TK diperkenankan permainan ini agar tidak terlalu dekat dengan gawai.
“Iya, sudah beli beberapa biar tidak hanya mainan tablet,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
3 Siti Bertahan Meski Omzet Usahanya Nol: Demi 7 Orang Karyawan, Banting Setir Jadi Daycare di Bantul Yogyakarta
/data/photo/2025/10/21/68f6ff02070f4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)