12 Tahun Jualan Jambu, Rina Nangis Diberi Amplop Isi Uang Tunai, Baru Pertama Kali Dapat Bantuan

12 Tahun Jualan Jambu, Rina Nangis Diberi Amplop Isi Uang Tunai, Baru Pertama Kali Dapat Bantuan

TRIBUNJATIM.COM – Tangis Rina (49) penjual jambu pecah saat diberi amplop isi uang tunai.

Ia tak menyangka mendapat bantuan dari orang.

Ia mengaku baru pertama kali mendapat bantuan selama 12 tahun berjualan jambu.

Rina sendiri tiap hari jualan jambu di Jalan Gub H Bastari, Jakabaring, Palembang.

Di tengah keramaian jalan, Rina tidak menyangka hari itu ia akan menerima sebuah bantuan yang mengubah hidupnya.

Pada Selasa (14/1/2025), di tengah kesibukan berjualan jambu, Rina dikejutkan oleh seorang perempuan yang datang menghampirinya.

Perempuan tersebut mengenakan rompi bertuliskan #AR7, yang langsung memberikan sembako dan amplop berisi uang tunai.

Rina terkejut dan tidak bisa menahan air mata.

Ia yang selama ini harus berjuang keras untuk menghidupi anak-anaknya, tidak menyangka akan mendapatkan keberkahan berupa bantuan tersebut.

“Bantuan ini saya terima dengan hati yang penuh haru. Ini pertama kalinya saya mendapatkan bantuan sebesar ini. Saya belum pernah menerima bantuan dari siapa pun sebelumnya,” ujar Rina, sembari menahan tangis.

Rina menceritakan, dirinya berjualan jambu dan makanan ringan sejak lebih dari satu dekade lalu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sebelumnya, suaminya bekerja sebagai sopir truk.

Rina, penjual Jambu di Jalan Gubernur HA Bastari menangis haru terima bantuan dari Polwan Polda Sumsel. (Dokumen Polisi via Sripoku)

Namun sejak mengalami sakit katarak dan menjalani operasi dua tahun lalu, suaminya hanya bisa beristirahat di rumah.

Dengan keempat anaknya yang masih bersekolah dan lima anak lainnya yang sudah berkeluarga, Rina harus berusaha keras agar ekonomi keluarga tetap bertahan.

Sejak suaminya sakit, Rina merasa beban hidup semakin berat.

“Kadang saya jualan jambu, kadang juga jualan kerupuk keliling, kadang-kadang ada cucu saya yang menemani,” ujar Rina dengan wajah yang lelah namun penuh semangat.

Meski begitu, harapan hidupnya tetap tinggi.

Ia berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Tiba-tiba, keajaiban datang saat dirinya tidak mengharapkannya.

Seorang anggota Polwan Polda Sumsel datang memberikan bantuan yang sangat berarti baginya.

Rina tidak bisa menahan air mata haru ketika menerima bantuan yang diberikan oleh perempuan tersebut.

“Saya sangat berterima kasih atas bantuan ini. Ini sangat berarti buat saya dan keluarga. Uang yang saya terima ini akan saya gunakan untuk modal usaha,” kata Rina dengan wajah penuh syukur.

Menurut Rina, ia merasa sangat terbantu dengan adanya program AR7 yang dilaksanakan oleh Polda Sumsel ini. 

“Saya berharap agar rezeki yang saya terima ini bisa berkah dan bermanfaat untuk keluarga saya,” tambahnya.

Rina kini lebih optimis untuk melanjutkan usahanya.

Ia mengungkapkan, bantuan tersebut tidak hanya membantu secara ekonomi, tetapi juga memberikan semangat baru untuk berjuang.

“Mudah-mudahan, bantuan ini bisa menjadi awal yang baik untuk kehidupan kami ke depan,” ujar Rina dengan penuh harap.

Di balik bantuan yang diterima Rina, ada sebuah pesan moral yang tersirat.

Terkadang, sebuah kebaikan datang di waktu yang tepat, mengubah hidup seseorang dan memberikan harapan baru.

Seperti yang terjadi pada Rina, yang tak pernah menduga akan mendapatkan keberkahan melalui tangan-tangan baik dari polisi dan program AR7 yang dilaksanakan oleh Polda Sumsel.

Dengan bantuan ini, Rina merasa sedikit lebih ringan dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.

Ia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi orang lain, bahwa di tengah kesulitan, ada selalu harapan yang datang dalam bentuk yang tak terduga.

Hal serupa juga dialami lansia penjual jamu gendong bernama Mbah Parmi jualan jamu di Taman Blambangan, Banyuwangi.

Wanita berusia 70 tahun ini sudah 56 tahun jualan jamu gendong.

Dari inilah, Mbah Parmi bisa menghidupi dirinya sendiri.

Langkah lambat Mbah Parmi tampak kontras dengan lalu lalang kendaraan yang lewat sekitar Taman Blambangan.

Ia menyusuri jalanan sambil menggendong tenggok atau keranjang jamu gendong.

Isinya lima botol besar jamu, satu termos air, dan gelas-gelas kecil.

Mbah Parmi juga menenteng ember kecil.

“Ini buatan saya sendiri, gulanya pakai gula Jawa asli, mau nduk?” tanya Parmi kepada pembeli yang tampak tertarik pada dagangannya tersebut.

Ketika pembeli mengangguk tanda setuju, dengan hati-hati tangannya yang sudah dipenuhi garis-garis keriput melepas tali gendongan dengan cekatan dan segera menurunkan keranjang jamu.

“Ada macam-macam jamunya. Kunyit asam, beras kencur, kunci suruh, ada banyak,” urainya dengan suara lirih.

Parmi mendengarkan permasalahan tubuh yang dihadapi pembeli.

Ia kemudian meracik segelas jamu yang dinikmati pembeli.

Tak lupa dengan perasan jeruk nipis di bagian akhir, jamu yang dijualnya Rp5.000 per gelas ini pun siap disajikan.

“Saya persiapan mulai jam 3 pagi, setelah turun (usai) subuh saya keliling, sampai rumah lagi biasanya jam 11 atau 12 siang,” cerita Parmi.

Dia berangkat sendiri, pulang pun sendiri.

Pada masa senjanya, warga Lingkungan Karangbaru, Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi, ini masih melakukan semuanya sendiri.

“Anak saya lima sudah keluar (mandiri) semua. Saya sendiri tidak apa, tidak ingin merepotkan,” tuturnya.

Berjualan jamu sejak tahun 1969, Parmi memperoleh penghasilan bersih rata-rata sehari Rp50.000 yang dia gunakan untuk biaya hidup sehari-hari.

“Uangnya untuk makan sehari-hari,” ujarnya sambil tersenyum.

Bertahun-tahun mencari nafkah dengan menyusuri jalanan bukan hal yang mudah bagi Parmi, terlebih dia adalah seorang wanita. 

“Pernah hilang uang,” katanya singkat dan enggan meneruskan lebih jauh karena ingin segera sampai rumah untuk mengistirahatkan badan. 

Parmi juga mengaku tak punya harapan khusus.

Baginya, mendapatkan penghasilan dari jerih payahnya sendiri sudah disyukurinya.

Terkadang ia juga diringankan dengan bantuan yang didapat dari tetangga. 

“Tidak ada (harapan khusus), (semoga) sehat terus supaya bisa jualan buat makan,” pungkas Mbah Parmi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com