12.000 Tikus Berkeliaran di Karawang, Ini Upaya Pemda untuk Mengatasinya
Tim Redaksi
KARAWANG, KOMPAS.com
– Pemerintah Kabupaten
Karawang
, Jawa Barat, mengambil langkah tegas untuk mengatasi masalah
hama tikus
di
Desa Kutamakmur
, Kecamatan Tirtajaya, yang diperkirakan memiliki populasi lebih dari 12.000 tikus.
Langkah ini diambil setelah munculnya video viral yang menunjukkan kawanan tikus berkeliaran di sekitar pemukiman warga.
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Yuris Tiyanto menjelaskan bahwa pihaknya, bersama Dinas Pertanian Karawang, telah melakukan dua upaya utama untuk mengendalikan populasi tikus.
“Supaya tikus tidak menyerang tanaman dan masuk rumah, kami akan melakukan dua cara untuk penurunan populasi tikus. Pertama, melalui bimbingan teknis (bimtek)
pengendalian tikus
untuk memberikan pengetahuan kepada petani tentang cara yang efektif. Kedua, pelaksanaan pengendalian tikus secara serentak bersama petani,” ungkap Yuris melalui sambungan telepon, Kamis (31/10/2024).
Bimbingan teknis tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Direktorat Perlindungan Pangan Kementerian Pertanian, Kepala Dinas Pertanian Karawang, Kepala Desa Kutamakmur, serta petugas POPT dan penyuluh.
Materi yang disampaikan mencakup kemampuan berkembang biak tikus, potensi kehilangan hasil, dan teknologi pengendalian tikus.
Gerakan pengendalian dilakukan dengan dua metode.
Pertama, pengemposan menggunakan belerang sebanyak 30 kilogram dari Dinas Pertanian Karawang dan tujuh semawar dari petani.
Kedua, metode gropyokan, di mana lubang aktif yang telah diempos dengan belerang kemudian ditutup, dan tikus yang keluar akan dikendalikan dengan dipukul menggunakan bambu atau alat pukul lainnya.
“Pada hari pertama, tikus yang tertangkap sebanyak 1.080 ekor,” tambah Yuris.
Yuris juga menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan pengamatan lubang aktif di area persawahan seluas 210 hektar.
“Kami menghitung lubang aktif di tempat yang menjadi sumber populasi, seperti di batas sawah dengan kampung dan pematang. Dari hasil pengamatan, kami menemukan 6.485,5 lubang tikus aktif, atau rata-rata 1,19 lubang per meter. Dengan rata-rata dua ekor setiap lubangnya, maka jumlah populasi tikus diperkirakan mencapai 12.971 ekor,” jelasnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan migrasi tikus ke permukiman pada malam 25 Oktober 2024 antara lain pengendalian yang tidak intensif di lokasi tersebut, kurangnya sumber makanan karena lahan telah panen, serta habitat tikus yang terganggu akibat hujan deras yang merendam lubang-lubang mereka.
“Upaya sudah dilakukan oleh petani, termasuk penggunaan umpan beracun, tetapi pengendalian belum dilakukan secara serempak,” tambah Yuris.
Sebelumnya, pada Jumat (25/10/2024), kawanan tikus menyerbu pemukiman di Desa Kutamakmur, yang menyebabkan kepanikan di kalangan warga.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Rachmat, mengonfirmasi bahwa tim gabungan telah turun ke lapangan untuk mengecek kondisi.
“Sumber tikus berasal dari semak belukar, jalur irigasi, kebun, dan tanggul,” jelas Rachmat.
Hujan deras pada malam yang sama menyebabkan lubang-lubang tikus terendam, sehingga mereka keluar ke daerah pemukiman.
Sebagai respons, sekitar 45 warga Desa Kutamakmur melakukan kalagumarang untuk membasmi hama tikus di wilayah mereka pada Senin (28/10/2024).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKP) Karawang, Rochman, berharap masyarakat, khususnya petani, dapat melakukan pengendalian hama tikus secara rutin untuk mencegah masalah serupa di masa depan.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.