10 Kondisi Kesehatan yang Sebaiknya Hindari Makan Kurma

10 Kondisi Kesehatan yang Sebaiknya Hindari Makan Kurma

Jakarta, Beritasatu.com – Kurma dikenal sebagai buah yang kaya nutrisi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Buah ini mengandung berbagai vitamin, mineral, serta serat yang baik untuk pencernaan dan sumber energi alami. Namun, tidak semua orang bisa menikmati kurma tanpa risiko.

Beberapa kondisi kesehatan tertentu justru mengharuskan seseorang untuk membatasi atau bahkan menghindari konsumsi kurma. Kandungan alami dalam buah ini dapat memperburuk gejala atau menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Berikut ini delapan kondisi kesehatan yang sebaiknya lebih berhati-hati atau menghindari konsumsi kurma, dikutip dari laman Healthline, Senin (17/3/2025).

Kondisi Kesehatan yang Harus Hindari Kurma

1. Penyakit ginjal

Penderita penyakit ginjal, terutama mereka yang mengalami gagal ginjal kronis, sebaiknya membatasi konsumsi kurma. Hal ini disebabkan oleh kandungan potasiumnya yang cukup tinggi. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik akan kesulitan mengeluarkan kelebihan kalium dari dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kondisi hiperkalemia.

Hiperkalemia bisa memicu komplikasi serius seperti gangguan irama jantung, kelemahan otot, hingga risiko gagal jantung. Oleh karena itu, pasien dengan masalah ginjal perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi kurma.

2. Diabetes

Meskipun kurma merupakan alternatif pemanis alami, penderita diabetes tetap harus berhati-hati dalam mengonsumsinya. Kurma memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi, yang berarti dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Walaupun kurma juga mengandung serat yang dapat membantu mengatur kadar gula darah, konsumsi yang berlebihan tetap dapat meningkatkan risiko lonjakan gula darah. Oleh karena itu, penderita diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi kurma dan memperhatikan porsi agar tetap dalam batas yang aman.

3. Alergi sulfit

Beberapa jenis kurma kering mengandung sulfit sebagai bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpannya. Sulfit dapat memicu reaksi alergi pada orang yang sensitif terhadap zat ini. Gejala yang mungkin muncul termasuk sakit perut, kembung, diare, mual, serta ruam kulit.

Jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap sulfit, sebaiknya pilih kurma segar tanpa pengawet atau hindari konsumsi kurma sama sekali untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.

4. Asma

Orang dengan asma juga perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi kurma, terutama yang dikeringkan dan diawetkan menggunakan sulfit. Kandungan sulfit dalam buah kering ini dapat memperburuk gejala asma, seperti sesak napas dan peradangan saluran pernapasan.

Selain itu, sekitar 70%–80% penderita asma memiliki sensitivitas terhadap jamur, yang sering kali tumbuh pada buah kering seperti kurma jika tidak disimpan dengan benar. Oleh karena itu, penderita asma yang sensitif terhadap zat ini sebaiknya menghindari kurma atau memilih yang benar-benar segar.

5. Irritable bowel syndrome (IBS) dan sensitivitas fruktosa

Kurma mengandung fruktosa dan sorbitol, dua jenis gula alami yang dapat memicu gangguan pencernaan pada orang dengan IBS atau sensitivitas fruktosa.

Konsumsi kurma dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kembung, diare, serta nyeri perut akibat fermentasi fruktosa dalam usus. Jika Anda memiliki kondisi ini, sebaiknya konsumsi kurma dalam jumlah terbatas atau hindari sama sekali agar tidak memicu gejala yang mengganggu.

6. Intoleransi fruktosa

Bagi orang dengan hereditary fructose intolerance (HFI), konsumsi kurma bisa menjadi berbahaya. Kondisi ini adalah gangguan metabolisme bawaan yang membuat tubuh tidak bisa mencerna fruktosa dengan baik.

Akibatnya, konsumsi kurma dapat menyebabkan masalah pencernaan serius, mual, muntah, hingga hipoglikemia (penurunan kadar gula darah secara drastis). Jika Anda memiliki kondisi ini, sebaiknya hindari makanan tinggi fruktosa seperti kurma untuk mencegah komplikasi kesehatan.

7. Asam urat (gout)

Penderita asam urat perlu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, termasuk beberapa jenis kurma. Purin dalam makanan dipecah menjadi asam urat di dalam tubuh, dan jika kadar asam urat meningkat terlalu tinggi, dapat menyebabkan nyeri sendi serta peradangan pada penderita gout.

Meskipun kandungan purin dalam kurma tidak setinggi dalam daging merah atau makanan laut, konsumsi berlebihan tetap bisa memperburuk gejala asam urat. Oleh karena itu, penting bagi penderita gout untuk mengontrol asupan kurma dan memilih jenis makanan yang lebih aman bagi kesehatan sendi.

8. Obesitas

Kurma merupakan buah yang kaya akan kalori. Dalam 100 gram kurma, terdapat sekitar 277 kalori, yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Konsumsi kurma secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan, terutama bagi orang yang sedang menjalani program diet atau memiliki masalah obesitas.

Selain itu, kurma juga mengandung gula alami yang dapat meningkatkan asupan kalori harian tanpa disadari. Jika Anda sedang mengontrol berat badan, sebaiknya batasi konsumsi kurma dan perhatikan porsi yang dikonsumsi agar tetap sesuai dengan kebutuhan energi harian.

Kurma memang memiliki banyak manfaat kesehatan, tetapi tidak semua orang bisa mengonsumsinya tanpa risiko. Bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu konsumsi kurma perlu dibatasi atau bahkan dihindari agar tidak memperburuk kondisi kesehatan.