TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Festival Pager Mangkok ke-4 kali diinisiasi oleh Komunitas Kampung Budaya Piji Wetan Kabupaten Kudus tahun ini berlangsung meriah.
Berjalannya festival budaya dibuka dengan Kirab Budaya Pager Mangkok pada, Jumat (6/12/2024) dan ditutup hari ini, Minggu (8/12/2024).
Kirab digelar dengan membawa gunungan hasil bumi dan nasi berkat 1.000 bungkus, dikenal dengan sebutan nasi tomplingan.
Gunungan dan nasi berkat diarak dari Panggung Ngepringan menuju Punden Depok Desa Lau diiringi dengan bacaan salawat dan doa bersama.
Selanjutnya, nasi berkat dibungkus daun pisang dibagikan kepada masyarakat Dukuh Puji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe dan sekitarnya sebagai simbol berbagi atau bersedekah kepada sesama dalam rangka meneladani ajaran Sunan Muria.
Koordinator kirab, Ulul Azmi mengatakan, tahun ini adalah tahun keempat Festival Pager Mangkok digelar. Festival digelar untuk mengangkat nilai-nilai falsafah dari Sunan Muria, termasuk mengenalkan istilah “tapangeli” dan “Pager Mangkok”.
Pager mangkok diambil dari ajaran Sunan Muria yang berbunyi pagerono omahmu nganggo mangkok, luwih becik tenimbang pager tembok. Artinya, mengajarkan masyarakat untuk memagari rumah dengan mangkok dalam bentuk bersedekah kepada tetangga, dinilai lebih baik dibandingkan dengan pagar dalam bentuk tembok.
Sementara istilah tapangeli berarti mengarus, tetapi tidak terbawa arus. Artinya, masyarakat diperbolehkan mengikuti perkembangan zaman asalkan tidak terbawa arus zaman ke arah hal yang negatif.
“Dua ajaran ini yang ingin kami aktivasi ke masyarakat dan generasi muda lewat Festival Budaya Pager Mangkok,” terangnya.
Ulul Azmi meneruskan, Festival Pager Mangkok tahun ini mengusung tema “Labora(s)tories”. Menunjukkan bahwa budaya dan seni dapat menjadi perayaan oleh siapa saja, termasuk generasi muda agar tertarik untuk merawat nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan nenek moyang atau leluhur pendahulu.
Dengan harapan, melalui kegiatan ini menumbuhkan generasi-generasi baru yang cinta tehadap seni dan budaya. (Sam)