Tag: Shou Zi Chew

  • Miliarder Jeff Bezos dan Elon Musk Makan Malam Bareng Donald Trump, Bahas Apa? – Page 3

    Miliarder Jeff Bezos dan Elon Musk Makan Malam Bareng Donald Trump, Bahas Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pendiri Amazon dan pemilik Washington Post, Jeff Bezos, menjadi salah satu miliarder terbaru yang bertemu Donald Trump di resor pribadinya di Mar-a-Lago, Florida.

    Jeff Bezos terlihat memasuki lokasi pada Rabu malam untuk makan malam bersama presiden terpilih Donald Trump, seperti yang terlihat dalam video yang diunggah di media sosial. Selain itu, pemilik Tesla dan SpaceX, Elon Musk juga bergabung dalam pertemuan tersebut.

    Setelah acara, Elon Musk mencuit, “Itu adalah percakapan yang hebat.” Dilansir dari BBC pada Jumat (20/12/2024).

    Pertemuan ini menjadi sorotan, lantaran hubungan bisnis para pemimpin teknologi ini dengan pemerintah AS. Salah satunya Jeff Bezos yang memiliki kepentingan melalui Amazon Web Services dan Blue Origin.

    Kedua perusahaan tersebut mengelola kontrak besar dengan badan-badan pemerintah, termasuk kontrak senilai USD 10 miliar dengan Badan Keamanan Nasional (NSA) dan proyek pendaratan bulan bersama NASA.

    Selain itu, Musk juga dilaporkan karena telah menyumbangkan lebih dari USD 250 juta untuk mendukung Trump dan saat ini ditunjuk untuk memimpin upaya pemangkasan anggaran pemerintah bersama Vivek Ramaswamy. SpaceX milik Musk juga memiliki kontrak  dengan pemerintah senilai USD 3,8 miliar untuk tahun 2024.

    Sejumlah pemimpin teknologi lainnya juga telah mengunjungi Mar-a-Lago atau memberikan dukungan finansial kepada dana pelantikan Trump. Mark Zuckerberg dari Meta, Sam Altman dari OpenAI, Shou Zi Chew dari TikTok, dan Tim Cook dari Apple adalah beberapa nama yang hadir. Zuckerberg dan Altman, misalnya, masing-masing telah berkomitmen menyumbangkan USD 1 juta untuk mendukung acara pelantikan Trump.

  • Trump Beri Harapan ke TikTok di AS

    Trump Beri Harapan ke TikTok di AS

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi harapan kepada TikTok jelang pemblokiran platform tersebut di AS.

    Trump bertemu dengan CEO TikTok Shou Chew pada Senin (16/12). Mereka bertemu di Resor Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, milik Trump pada Senin (16/12).

    Berbagai laporan menyebut bahwa pertemuan itu untuk membahas soal pemblokiran TikTok di AS. Chew, yang terlihat di resor Trump di Florida pada awal Desember, disebut telah berusaha untuk bertemu dengan Trump sejak ia terpilih.

    Sehari sebelum pertemuan tersebut, Trump menyatakan dirinya memiliki kesan baik pada TikTok, dengan mengatakan “kami akan melihat” aplikasi tersebut dan kemungkinan pelarangannya.

    Undang-undang federal yang ditandatangani Presiden Joe Biden tahun ini akan melarang aplikasi TikTok di AS mulai 19 Januari 2025, kecuali jika pemiliknya, Bytedance, yang berasal dari China setuju untuk melepas kepemilikannya.

    Dikutip dari NBC, TikTok meminta Mahkamah Agung pada hari Senin (16/12) untuk memblokir undang-undang tersebut, yang kemudian dikuatkan oleh pengadilan banding federal.

    Biden juga dapat memberikan penangguhan hukuman selama 90 hari kepada aplikasi tersebut. Penangguhan ini bisa dilakukan sebanyak satu kali.

    Trump dijadwalkan akan dilantik pada 20 Januari 2025, sehari setelah undang-undang tersebut diberlakukan.

    Sebelumnya, raksasa teknologi Apple dan Google telah diminta untuk menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka. Surat permintaan tersebut berasal dari dua pemimpin komite Dewan Perwakilan Rakyat AS untuk China, yakni Perwakilan dari Partai Republik John Moolenaar, yang merupakan ketua komite, dan Perwakilan dari Partai Demokrat Raja Krishnamoorthi.

    Moolenaar dan Krishnamoorthi juga disebut mendesak CEO TikTok Shou Zi Chew untuk menjual aplikasi tersebut.

    (lom/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bisnis.com, JAKARTA – CEO TikTok, Shou Zi Chew dikabarkan bertemu dengan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump pada Senin lalu waktu setempat.

    Melansir dari The Verge, Rabu (18/12/2024) pertemuan ini terjadi di resor Mar-a-Lago milik Trump. Diketahui, sebelum pertemuan ini Trump sudah bertemu dengan CEO perusahaan besar seperti Apple (Tim Cook), Amazon (Jeff Bezos), Google (Sundar Pichai), dan Meta (Mark Zuckerberg).

    Langkah TikTok bertemu dengan Trump menunjukkan upaya besar platform tersebut untuk mencari solusi bagi keberlanjutan operasionalnya di pasar Amerika Serikat yang semakin ketat.

    Apalagi, pada Maret lalu, Trump mengungkapkan bahwa dirinya tidak mendukung larangan TikTok. Trump berargumen bahwa tanpa platform TikTok, Facebook bisa berkembang lebih besar dan dirinya menyebut Facebook sebagai “musuh rakyat.” 

    Adapun, dalam Undang-Undang yang disahkan oleh Kongres pada bulan April 2024 menyebut pelarangan aplikasi TikTok karena alasan ancaman terhadap keamanan nasional. 

    Departemen Kehakiman AS mengklaim bahwa TikTok, sebagai perusahaan yang berbasis di Tiongkok, dapat mengakses data pribadi pengguna Amerika.

    Namun, ketika ditanya mengenai masalah larangan TikTok dalam konferensi pers pada hari Senin, Trump menyatakan bahwa dirinya akan meninjaunya lebih lanjut terkait masalah tersebut.

    Selain pertemuan dengan Trump, beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk Meta, Amazon, dan OpenAI, juga telah menyumbang untuk dana pelantikan Trump yang akan terjadi Januari 2025.

    Seperti yang diketahui, Raksasa media sosial TikTok resmi menghadapi larangan di Amerika Serikat mulai Januari 2025, berdasarkan putusan pengadilan banding federal. 

    Dilansir dari Bloomberg, putusan tersebut terbit pada Jumat (6/12/2024) waktu Amerika Serikat (AS). Panel tiga hakim di Wahington, dengan suara bulat memutuskan bahwa larangan TikTok tidak melanggar konstitusi mengenai perlindungan kebebasan berpendapat. 

    Pihak TikTok menyatakan akan mengajukan banding dan berharap para hakim akan berpihak kepada mereka dalam hal kebebasan berbicara. TikTok akan menggantungkan harapannya kepada Mahkamah Agung AS.

  • Donald Trump Mengaku Menang Pilpres Berkat TikTok

    Donald Trump Mengaku Menang Pilpres Berkat TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat (AS) tahun depan. Jelang pelarangan ini, CEO Shou Zi Chew dilaporkan akan melakukan pertemuan dengan presiden AS Donald Trump.

    NBC News melaporkan keduanya dijadwalkan bertemu di resor Ma-a Lago, Plam Beach, Florida, AS. Tiktok tidak menanggapi permintaan komentar soal laporan pertemuan.

    Sementara Trump yang melakukan konferensi pers pada hari Senin lalu (16/12/2024) tidak menyebutkan soal pertemuan dengan Chew di resor miliknya itu. Dia hanya menjelaskan sebagian kemenangannya dalam pemilihan presiden berkat pengguna TikTok.

    “Saya menang di kalangan muda dengan 34 poin. Ada yang mengatakan TikTok berhubungan dengan [kemenangan] itu,” ungkap Trump, dikutip NBC News, Rabu (18/12/2024).

    Sebenarnya Trump pernah mencoba melarang TikTok saat menjadi presiden di periode pertama tahun 2020. Namun pada kepemimpinannya kali ini, dia nampaknya memiliki pemikiran yang berbeda.

    Sebelumnya dia juga sempat mengatakan akan melihat soal kemungkinan larangan yang bakal diterima Tiktok nanti.

    Tiktok terancam diblokir di AS sebab pemerintah setempat mengharuskan aplikasi berpisah dengan Bytedance, induk perusahaannya yang berasal dari China. Jika penjualan tidak terjadi, maka per 19 Januari 2025 mendatang, Tiktok akan diblokir di AS.

    Tiktok melakukan sejumlah cara untuk membuat aturan itu dibatalkan. Misalnya meminta Mahkamah Agung memblokir aturan.

    Selain itu, aplikasi berbagi video juga telah mengajukan banding agar pengajuan bisa ditunda agar dapat meninjau kasusnya. Sebagai catatan, Trump bakal dilantik 20 Januari 2025 atau sehari setelah batas akhir perintah AS untuk Tiktok dijalankan.

    Jadi Tiktok berharap pemerintah baru bisa memainkan perannya dalam aturan terkait aplikasi tersebut.

    (dem/dem)

  • Bos TikTok Temui Donald Trump Jelang Pemblokiran, Apa yang Dibahas?

    Bos TikTok Temui Donald Trump Jelang Pemblokiran, Apa yang Dibahas?

    Jakarta, CNN Indonesia

    CEO TikTok Shou Chew menemui Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump jelang pemblokiran platform media sosial tersebut. Apa yang dibahas?

    Trump bertemu Chew pada Senin (16/12) di kediamannya. Berbagai laporan menyebut bahwa pertemuan itu untuk membahas soal pemblokiran TikTok di AS.

    Chew disebut meminta Mahkamah Agung AS untuk melakukan pertarungan di pengadilan terkait penggunaan aplikasi tersebut di Negeri Paman Sam. Pertemuan ini disebut sebagai pertemuan pertama Chew dan Trump sejak pengumuman pemilihan umum AS pada November lalu.

    Chew, yang terlihat di resor Trump di Florida pada awal Desember, disebut telah berusaha untuk bertemu dengan Trump sejak ia terpilih.

    Pada hari yang sama, TikTok meminta Mahkamah Agung untuk mempertimbangkan sengketa hukum atas undang-undang kontroversial yang mengharuskan platform ini dijual kepada pemilik baru yang bukan berasal dari China atau bakal dilarang di Amerika Serikat. Langkah tersebut akan mulai berlaku pada 19 Januari.

    Setelah tenggat waktu tersebut, toko aplikasi dan layanan internet AS akan dikenakan denda yang cukup besar jika menyediakan aplikasi TikTok di platformnya.

    Dalam undang-undang tersebut, Presiden dapat mengeluarkan perpanjangan satu kali dari tenggat waktu yang ditentukan.

    Melansir CNN, Trump mengatakan bahwa ia mungkin akan mengambil pendekatan yang berbeda dengan platform populer tersebut, tetapi belum merinci seperti apa pendekatan tersebut.

    Sebelumnya, raksasa teknologi Apple dan Google telah diminta untuk menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka. Surat permintaan tersebut berasal dari dua pemimpin komite Dewan Perwakilan Rakyat AS untuk China, yakni Perwakilan dari Partai Republik John Moolenaar, yang merupakan ketua komite, dan Perwakilan dari Partai Demokrat Raja Krishnamoorthi.

    Moolenaar dan Krishnamoorthi juga disebut mendesak CEO TikTok Shou Zi Chew untuk menjual aplikasi tersebut.

    “Kongres telah bertindak tegas untuk mempertahankan keamanan nasional Amerika Serikat dan melindungi pengguna TikTok di Amerika dari Partai Komunis Tiongkok,” tulis para anggota parlemen tersebut, dikutip dari CNN, Senin (16/12)

    “Kami mendesak TikTok untuk segera melaksanakan divestasi yang memenuhi syarat,” tambahnya.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Apple dan Google Diminta Hapus TikTok dari App Store, Apa Alasannya?

    Apple dan Google Diminta Hapus TikTok dari App Store, Apa Alasannya?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Raksasa teknologi Apple dan Google diminta untuk menghapus TikTok dari toko aplikasi mereka.

    Surat permintaan tersebut berasal dari dua pemimpin komite Dewan Perwakilan Rakyat AS untuk China, yakni Perwakilan dari Partai Republik John Moolenaar, yang merupakan ketua komite, dan Perwakilan dari Partai Demokrat Raja Krishnamoorthi.

    Pekan lalu, pengadilan federal AS menekankan undang-undang yang mewajibkan ByteDance yang berbasis di China untuk melepaskan diri dari TikTok di Amerika Serikat atau menghadapi larangan sesuai aturan yang telah disahkan. TikTok saat ini digunakan oleh 170 juta orang Amerika.

    Moolenaar dan Krishnamoorthi juga disebut mendesak CEO TikTok Shou Zi Chew untuk menjual aplikasi tersebut.

    “Kongres telah bertindak tegas untuk mempertahankan keamanan nasional Amerika Serikat dan melindungi pengguna TikTok di Amerika dari Partai Komunis Tiongkok,” tulis para anggota parlemen tersebut, dikutip dari CNN, Senin (16/12)

    “Kami mendesak TikTok untuk segera melaksanakan divestasi yang memenuhi syarat,” tambahnya.

    Apple, Alphabet, dan TikTok belum memberikan komentar terkait masalah ini.

    Pada Senin (9/12), ByteDance dan TikTok telah melakukan upaya darurat untuk menangani sementara undang-undang tersebut sambil menunggu tinjauan dari Mahkamah Agung AS.

    Departemen Kehakiman sebelumnya mengatakan bahwa jika larangan tersebut berlaku pada 19 Januari, maka hal tersebut “tidak akan secara langsung melarang penggunaan TikTok” oleh pengguna Apple atau Google yang telah mengunduh TikTok.

    Namun, mereka mengakui bahwa larangan untuk memberikan dukungan “pada akhirnya akan membuat aplikasi tersebut tidak dapat digunakan.”

    Sementara itu, TikTok mengatakan bahwa aturan tersebut akan membuat aplikasi mereka menghilang dari toko aplikasi seluler pada tanggal 19 Januari dan “tidak akan tersedia di separuh negara yang belum menggunakan aplikasi ini.”

    TikTok juga memperingatkan bahwa penghentian layanan dukungan akan “melumpuhkan platform di Amerika Serikat dan membuatnya sama sekali tidak dapat digunakan.”

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Google dan Apple Diminta Siap-siap Blokir TikTok

    Google dan Apple Diminta Siap-siap Blokir TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google dan Apple diminta bersiap menghapus Tiktok dari masing-masing toko aplikasinya bulan depan. Penyebabnya karena kewajiban Bytedance untuk menjual aplikasi berbagi video itu di Amerika Serikat (AS).

    Peringatan itu disebutkan Ketua dan petinggi Demokrat di House of Representative Amerika Serikat (AS) soal China, John Moolenaar. Dia dan perwakilan lain, Raja Krishnamoorthi juga mendesak CEO Tiktok Shou Zi Chew menjual aplikasinya.

    Baik Apple maupun Alphabet yang merupakan induk perusahaan Google, dan TikTok tidak segera berkomentar.

    Sebelumnya pemerintah AS memerintahkan Bytedance menjual TikTok sebelum 19 Januari 2024. Jika tidak, platform media sosial akan dilarang di negara tersebut.

    “Kongres telah bertindak tegak mempertahankan keamanan nasional AS dan melindungi pengguna Tiktok Amerika dari Partai Komunis China. Kami mendesak TikTok melakukan divestasi yang memenuhi syarat,” tulis para anggota parlemen, dikutip dari Reuters, Selasa (17/12/2024).

    Senator Republik, Josh Hawley mengharapkan Bytedance untuk menjual TikTok. Sebab aturan yang berlaku tidak memiliki celah sama sekali.

    “Masalah utamanya hal ini tunduk pada pengawasan China, pengawasan Beijing, itu masalahnya,” kata Hawley dalam sebuah wawancara.

    Sebelumnya, Departemen Kehakiman setempat mengatakan tidak langsung melarang penggunaan TikTok yang telah diunduh sebelumnya jika permintaan divestasi tidak dijalankan. Namun lembaga itu menyebutkan larangan pada akhirnya membuat TikTok tidak bisa digunakan.

    (dem/dem)

  • Google & Apple Diminta Hapus TikTok Mulai Januari 2025, Ini Alasannya

    Google & Apple Diminta Hapus TikTok Mulai Januari 2025, Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA – Ketua dan petinggi partai Demokrat di Komite DPR Amerika Serikat menginstruksikan CEO Google dan Apple untuk menghapus TTikTok dari toko aplikasi AS. Instrukti penghapusan harus dilakukan selambat-lambatnya pada 19 Januari 2025.

    Melansir dari Reuters, Minggu (15/12/2024) instruksi ini mengikuti keputusan pengadilan banding federal yang mengharuskan ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di Tiongkok untuk menjual TikTok di Amerika Serikat atau akan dilarang.

    Dalam pernyataannya, Perwakilan partai Republik John Moolenaar, ketua komite, dan Perwakilan partai Demokrat Raja Krishnamoorthi mendesak CEO TikTok, Shou Zi Chew, untuk segera melaksanakan divestasi dan menjual aplikasi video pendek yang digunakan oleh lebih dari 170 juta orang Amerika.

    “Kongres telah bertindak tegas untuk mempertahankan keamanan nasional dan melindungi pengguna TikTok dari potensi pengaruh Partai Komunis Tiongkok. Kami mendesak TikTok untuk segera melaksanakan divestasi yang memenuhi syarat,” bunyi pernyataan tersebut.

    Pihak TikTok, ByteDance, Apple, dan Google belum memberikan komentar terkait permintaan ini. Namun, pada Senin lalu, ByteDance dan TikTok mengajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan hukuman kepada mereka.

    Meskipun begitu, Departemen Kehakiman AS (DOJ) menjelaskan larangan tersebut tidak akan langsung memblokir penggunaan TikTok bagi pengguna yang sudah mengunduh aplikasi. Namun, larangan tersebut memberikan pembaruan pada aplikasi tersebut sehingga membuat aplikasi tersebut tidak dapat digunakan

    Di sisi lain, TikTok mengingatkan bahwa tanpa perintah pengadilan yang jelas, mereka akan terpaksa menghapus TikTok dari toko aplikasi pada tanggal 19 Januari. Hal ini akan menyebabkan hilangnya akses bagi banyak pengguna di Amerika Serikat.

    Senator Republik Josh Hawley juga angkat bicara, berharap ByteDance akan segera menjual TikTok, mengingat peraturan yang ada mengharuskan kepatuhan tanpa memberikan ruang gerak lebih lanjut. 

    “Masalah utama adalah TikTok berada di bawah pengawasan Beijing, dan ini adalah isu yang sangat serius,” katanya.

    Seperti yang diketahui, Raksasa media sosial TikTok resmi menghadapi larangan di Amerika Serikat mulai Januari 2025, berdasarkan putusan pengadilan banding federal. 

    Dilansir dari Bloomberg, putusan tersebut terbit pada Jumat (6/12/2024) waktu Amerika Serikat (AS). Panel tiga hakim di Wahington, dengan suara bulat memutuskan bahwa larangan TikTok tidak melanggar konstitusi mengenai perlindungan kebebasan berpendapat. 

    Pihak TikTok menyatakan akan mengajukan banding dan berharap para hakim akan berpihak kepada mereka dalam hal kebebasan berbicara. TikTok akan menggantungkan harapannya kepada Mahkamah Agung AS.

  • Google dan Apple Diminta Siap-siap Blokir TikTok

    Ini Alasan Google Diminta Hapus Aplikasi TikTok Mulai 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nasib TikTok di ujung tanduk. Baru-baru ini, Anggota Komite DPR Amerika Serikat (AS) mendesak para bos besar Apple dan Google untuk bersiap mematuhi undang-undang yang dapat mengakibatkan aplikasi TikTok diblokir di AS bulan depan.

    Surat perintah telah dikirim pada Jumat lalu kepada CEO Apple Tim Cook dan CEO Alphabet Sundar Pichai. Surat itu mengingatkan para bos Google dan Apple agar mematuhi tanggung jawab mereka sebagai operator aplikasi.

    Para anggota parlemen mengacu pada keputusan Pengadilan Banding AS di Washington, D.C. para pekan lalu yang mengharuskan ByteDance, raksasa teknologi asal China, untuk mendivestasikan TikTok paling lambat 19 Januari.

    Jika ByteDance gagal menjual TikTok pada tanggal tersebut, Apple dan Google akan diwajibkan untuk menghapus aplikasi TikTok di AS, tulis para anggota parlemen.

    “Seperti yang Anda ketahui, tanpa divestasi yang memenuhi syarat, Undang-Undang tersebut melarang ‘menyediakan layanan untuk mendistribusikan, memelihara, atau memperbarui aplikasi yang dikendalikan musuh asing tersebut (termasuk kode sumber aplikasi tersebut) melalui pasar (termasuk toko aplikasi seluler daring) yang melaluinya pengguna di dalam perbatasan darat atau laut Amerika Serikat dapat mengakses, memelihara, atau memperbarui aplikasi tersebut,’” tulis para anggota parlemen dalam surat tersebut.

    Pengadilan banding D.C. pada Jumat lalu menolak permintaan TikTok untuk menghentikan sementara undang-undang tersebut agar tidak berlaku pada bulan Januari.

    Para anggota parlemen juga mengirim surat kepada CEO TikTok Shou Zi Chew, untuk meninjau keputusan pengadilan. Mereka mengatakan bahwa sejak Presiden Joe Biden mengesahkan undang-undang TikTok pada April, “Kongres telah memberikan cukup waktu bagi TikTok untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar mematuhinya.”

    Meskipun TikTok menyebut undang-undang tersebut tidak konstitusional dan mengatakan bahwa undang-undang tersebut melanggar hak Amandemen Pertama dari 170 juta penggunanya, panel hakim di pengadilan banding menolak argumen tersebut. Para halim mengatakan dalam sebuah opini bahwa undang-undang tersebut dirancang untuk melindungi keamanan nasional. 

    Sementara itu, TikTok memperingatkan bahwa keputusan pengadilan akan mengakibatkan bisnis kecil dan kreator media sosial AS kehilangan penjualan dan laba sebesar US$1,3 miliar.

    (hsy/hsy)

  • Google dan Apple Diminta Siap-siap Blokir TikTok

    DPR AS Surati CEO Apple & Google, Ingatkan Soal Blokir TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anggota komite parlemen AS mendesak para bos dari dua raksasa teknologi Apple dan Google untuk bersiap mematuhi undang-undang yang akan melarang TikTok beroperasi di Negeri Paman Sam mulai Januari 2025.

    Surat dari DPR AS telah dikirim pada hari Jumat kemarin (13/12/2024). Menurut berita yang dirilis AP, surat ini ditujukan langsung kepada CEO Apple Tim Cook dan CEO Alphabet Sundar Pichai.

    Surat ini ditandatangani oleh sejumlah anggota DPR AS dari partai Republik, yakni John Moolenaar, R-Mich., dan Raja Krishnamoorthi, D-Ill., dari Komite Terpilih DPR AS khusus menangani Partai Komunis Tiongkok. Surat ini mengingatkan kedua pemimpin perusahaan tersebut tentang tanggung jawab mereka sebagai operator application store dalam sistem operasi mereka.

    Para anggota parlemen ini mengacu pada keputusan Pengadilan Banding AS di Washington, D.C. yang mengharuskan ByteDance Tiongkok untuk mendivestasikan saham TikTok paling lambat 19 Januari 2025.

    Jika ByteDance gagal menjual TikTok paling lambat tanggal tersebut, Apple dan Google akan diwajibkan oleh hukum untuk memastikan bahwa platform mereka tidak lagi mendukung aplikasi TikTok di AS, tulis para anggota parlemen.

    “Seperti yang Anda ketahui, tanpa divestasi yang memenuhi syarat, Undang-Undang tersebut melarang penyediakan layanan untuk distribusi, memelihara, atau memperbarui aplikasi yang dikendalikan ‘musuh asing’ tersebut (termasuk sumber kode aplikasi tersebut) melalui pasar (termasuk application store seluler) yang mengizinkan pengguna di dalam wilayah perbatasan darat atau laut Amerika Serikat untuk mengakses, memelihara, atau memperbarui aplikasi tersebut,’” tulis para anggota parlemen dalam surat tersebut.

    Pengadilan banding di Washington D.C. pada hari Jumat malam menolak permintaan TikTok untuk menghentikan sementara hukum tersebut agar tidak berlaku pada bulan Januari 2025.

    Para anggota parlemen juga mengirim surat kepada CEO TikTok Shou Zi Chew, untuk meninjau keputusan pengadilan tersebut. Mereka mengatakan bahwa sejak Presiden Joe Biden meloloskan undang-undang TikTok asli pada bulan April, Kongres telah memberikan cukup waktu bagi TikTok untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar mematuhinya.

    “Memang, TikTok memiliki waktu 233 hari dan terus bertambah untuk mengejar solusi yang melindungi keamanan nasional AS,” tulis para anggota parlemen tersebut. Meskipun TikTok menyebut undang-undang tersebut tidak konstitusional dan mengatakan bahwa undang-undang tersebut melanggar hak Amandemen Pertama dari 170 juta penggunanya, panel yang terdiri dari tiga hakim di pengadilan banding menolak argumen tersebut dan mengatakan dalam sebuah opini bahwa undang-undang tersebut dirancang secara sempit untuk melindungi keamanan nasional.

    TikTok memperingatkan bahwa larangan AS selama satu bulan akan mengakibatkan usaha kecil dan kreator media sosial AS kehilangan US$ 1,3 miliar dalam penjualan dan pendapatan. Presiden terpilih Donald Trump hingga saat ini belum menyatakan secara terbuka apakah ia berencana untuk menegakkan larangan TikTok ini ketika ia resmi menjabat pada tanggal 20 Januari mendatang.

    (haa/haa)