Dedi Mulyadi: 320.000 Ijazah Siswa SMA Swasta Ditahan, Bantuan Rp 600 M Dipakai Apa?
Editor
KOMPAS.com
– Gubernur
Jawa Barat
terpilih,
Dedi Mulyadi
, mengungkap fakta mengejutkan bahwa sebanyak 320.000 ijazah siswa SMA di Jawa Barat masih ditahan oleh pihak sekolah swasta karena tunggakan SPP. Bahkan, ada ijazah yang tertahan hingga tujuh tahun.
“Jika dirata-rata setiap siswa memiliki tunggakan SPP sebesar dua juta rupiah, maka total akumulasi tunggakan ini mencapai Rp 640 miliar,” ujar Dedi kepada
Kompas.com
via sambungan telepon, Minggu (2/2/2024).
Padahal, menurutnya, Pemprov
Jabar
sudah memberikan bantuan kepada SMA swasta sebesar Rp 600 miliar setiap tahun.
“Saya heran bantuan dari Pemprov Jabar itu untuk SMA swasta per tahun Rp 600 miliar, tetapi ijazah siswa yang menunggak SPP ditahan. Jadi bantuan itu dipakai apa?” kata Dedi.
Oleh karena itu, ia menilai tidak ada alasan bagi sekolah untuk tetap menahan ijazah siswa.
“Kami akan membuat perjanjian dengan sekolah swasta. Jika masih ada ijazah yang ditahan, bantuan Rp600 miliar per tahun akan dihentikan dan dialihkan menjadi beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu,” tegasnya.
Dedi juga menegaskan akan melakukan audit terhadap penggunaan dana tersebut agar transparan dan tidak disalahgunakan.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat meminta sekolah untuk segera menyerahkan ijazah kepada lulusannya jenjang SMA, SMK, dan SLB hingga 3 Februari 2025.
Permintaan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 3597/PK.03.04.04/SEKRE tentang Percepatan Penyerahan Ijazah Jenjang SMA/SMK/SLB Tahun Pelajaran 2023/2024 atau sebelumnya yang ditandatangani oleh Kepala Disdik Jabar Wahyu Mijaya.
Pelaksana harian (Plh) Kepala Disdik Jabar, Deden Saepul Hidayat mengatakan, surat edaran tersebut dikeluarkan pada 23 Januari 2025 dalam rangka pemenuhan hak peserta didik yang telah menyelesaikan proses pembelajaran.
Selain itu, surat edaran ini juga merupakan atensi dari Gubernur Jabar Terpilih, Dedi Mulyadi yang meminta kepada seluruh sekolah di 27 kabupaten dan kota agar tidak menahan ijazah lulusannya dalam bentuk dan alasan apapun.
“Ini atensi dari Gubernur Jabar terpilih untuk segera diselesaikan, dan ingatkan kembali untuk segera lakukan penyerahan ijazah kepada yang berhak menerimanya,” ujar Deden saat dihubungi, Selasa (28/1/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Dedi Mulyadi
-
/data/photo/2025/01/20/678dfe50e748e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dedi Mulyadi: 320.000 Ijazah Siswa SMA Swasta Ditahan, Bantuan Rp 600 M Dipakai Apa? Bandung 2 Februari 2025
-
/data/photo/2025/02/01/679d776c11cbc.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dua Tahun Hidup di Bawah Tower Tetangga, Mengapa Protes Warga Bekasi Tak Kunjung Didengar? Megapolitan 2 Februari 2025
Dua Tahun Hidup di Bawah Tower Tetangga, Mengapa Protes Warga Bekasi Tak Kunjung Didengar?
Tim Redaksi
BEKASI, KOMPAS.com –Pembangunan tower
provider di tengah Perumahan Telaga Mas, Blok K 1, RT 06/RW 13, Kelurahan Harapan Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, menimbulkan polemik di kalangan warga setempat.
Keberadaan tower setinggi 31 meter ini dianggap mengancam keselamatan jiwa mereka karena dinilai riskan ambruk.
Sejak
pembangunan tower
dimulai pada Agustus 2023, warga telah berulang kali bersuara menyampaikan protes dan penolakan.
Dalam upaya hukum, mereka bahkan melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri Kota Bekasi, namun sayangnya gugatan tersebut ditolak.
“Hingga saat ini, suara protes kami tak kunjung didengar oleh pejabat setempat,” kata Rosadi, Ketua RT 006/RW013.
Kini, mereka berharap agar pemangku kebijakan segera turun tangan untuk membongkar tower tersebut.
Berdirinya tower di Perumahan Telaga Mas tidak lepas dari peran Sri Wulandari, pemilik rumah yang atapnya dijadikan sebagai pondasi tower.
Warga merasa tertipu oleh tindakan Sri Wulandari, yang sebelum pembangunan, meminta persetujuan mereka untuk mendirikan tower penguat sinyal berukuran kecil.
Sri meminta restu untuk mendirikan sebuah tower penguat sinyal sejenis tower monopole milik salah satu perusahaan swasta di daerah Jakarta Selatan.
Namun, saat pembangunan berlangsung, struktur tower yang dibangun sama sekali berbeda dari yang dijanjikan.
“Kalau monopole kecil, lah ini besar. Warga saat itu langsung menolak, pembangunan berhenti tiga bulan,” ungkap Rosadi.
Setelah itu, sikap warga semakin tegas, menolak keberadaan tower yang mereka anggap mengancam keselamatan jiwa.
Tak hanya berusaha melalui protes, warga juga menempuh jalur hukum. Mereka menggugat pemilik rumah, kontraktor, subkontraktor, dan pemerintah setempat ke pengadilan.
Sayangnya, gugatan itu ditolak, dan ketidakpuasan warga mendorong mereka untuk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Bandung pada Januari 2024.
“Bandingnya sudah diajukan,” kata Rosadi menegaskan.
Seiring dengan keberadaan tower, belasan warga terpaksa menjual rumah mereka karena khawatir akan keselamatan dan potensi radiasi dari tower.
“Iya, yang penting keselamatan kita. Kalau ada yang mau beli, alhamdulillah, tapi faktanya tidak ada yang mau beli,” ungkap Rosadi.
Pengamatan
Kompas.com
di lokasi, banyak iklan penjualan rumah yang dipasang melalui spanduk di setiap pintu gerbang kediaman mereka.
Lewat spanduk itu, mereka juga menyampaikan protes penolakan.
Rosadi mengungkapkan bahwa spanduk tersebut tersebut dipasang hampir dua tahun lalu, tepat setelah tower berdiri di wilayah mereka.
“Dari awal penolakan. Kita sering pasang, menolak, ganti pasang lagi,” ungkap dia.
Setelah hampir dua tahun tak kunjung didengar, warga kini meminta perhatian dari calon wali kota Bekasi Tri Adhianto dan Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi.
Rosmala (39), salah satu warga, berharap agar mereka melihat kembali izin pendirian tower tersebut.
“Kepada Pak Tri, Pak Dedi Mulyadi, tolong kami dilirik, ditinjau kembali izinnya, dilihat lokasinya,” ujarnya.
Rosmala mengaku hidupnya kini diselimuti keresahan setiap harinya sejak tower tersebut berdiri hampir dua tahu.
Ia khawatir tower tersebut sewaktu-waktu ambruk menimpa rumah warga. Mengingat, pendirian tower seberat 5 ton itu dianggap tak wajar karena memancang di atas rumah.
“Takut, kalau ada petir, angin pas hujan, apalagi sekarang musimnya hujan. Kalau mati kan di tangan Allah ya, masa harus mati gara-gara ketakutan,” ungkap Rosmala.
Dalam suasana cuaca yang tidak menentu, Rosmala berharap agar keselamatan warga lebih diprioritaskan dan mendapatkan perhatian yang serius dari pemimpin daerah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Dedi Mulyadi Syok Tahu Uang Bantuannya Rp 40 Juta Dipakai untuk Apa: Kan Ibu Hidupnya Susah. . .
TRIBUNJATENG.COM – Kecewanya hati Dedi Mulyadi. Gubernur Jawa Barat Terpilih itu tak habis pikir dengan sikap seorang ibu rumah tangga (IRT) yang disebutnya kurang amanah.
Ibu tersebut bernama Irma, berasal dari Depok.
Dedi bertemu kembali dengannya untuk memenuhi janji.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi memberikan bantuan senilai Rp40 juta kepada perempuan tersebut untuk membayar utang.
Namun, uang itu justru disalahgunakan oleh Irma untuk membeli sepeda motor hingga TV.
Bantuan itu diberikan Dedi Mulyadi dalam acara Kang Dedi Menyapa di Depok, 12 Januari 2025.
Ketika itu, Irma mengaku memiliki utang Rp 3,5 juta yang dipinjam dari tetangga untuk kepentingan pemakaman sang ibu.
“Punya utang Rp3,5 juta. Waktu itu orang tua meninggal,” katanya di atas panggung, dikutip dari tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi Chanel, Sabtu (1/2/2025).
Karena prihatin dengan kondisi Irma, Dedi Mulyadi memberikan bantuan senilai Rp 40 juta.
“Ini Rp 23 juta nanti saya genapin jadi Rp40 juta yah. Ibu sudah punya rumah?” tanya Dedi Mulyadi.
Irma mengaku tinggal di sebuah kontrakan bersama suami dan anaknya.
Kepada Dedi Mulyadi, Irma mengaku suaminya bekerja sebagai petugas kebersihan.
Dedi Mulyadi pun berpesan agar uang tersebut digunakan untuk membayar utang dan sisanya disimpan untuk tambahan membeli rumah.
“Uang ini kalau dipegang hilang, nanti Pak Wali cariin tanah buat ibu.”
“Nanti saya bangunin rumah dan ini (uang Rp40 juta) bagian dari pembangunan rumahnya, nanti saya bayarin,” terang Dedi Mulyadi.
Setelah beberapa waktu, Dedi Mulyadi kembali bertemu dengan Irma untuk memenuhi janji membelikan rumah.
Namun, dalam pertemuan itu, Dedi Mulyadi justru dibuat kecewa lantaran uang bantuannya disalahgunakan oleh Irma.
“Saya ingin bertanya dulu sama Ibu dan Bapak, kemarin uangnya Rp40 juta, saya pesenin bayarin utang aja sisanya simpan, karena nanti akan menjadi tambahan untuk beli rumah, apa maksudnya, gimana?” tanya Dedi Mulyadi.
Di hadapan Dedi Mulyadi, Irma mengaku uang tersebut telah ia pakai membeli motor.
“Jadi kan saya beli motor sama TV,” kata Irma.
Mendengar itu, Dedi Mulyadi pun kecewa. Ia menyinggung sikap Irma yang konsumtif.
“Kok beli motor, kan harus amanah. Memang itu uang Ibu, tapi kan Ibu hidupnya susah, karena Ibu hidupnya susah harus merubah diri untuk menjadi orang yang berada.”
“Tapi kalau sikapnya konsumtif susah hidup, ketika ada uang langsung belanja, gimana,” terang Dedi Mulyadi.
Saat memberi bantuan, Dedi Mulyadi mengatakan, Irma mesti menyisakan uang tersebut setidaknya Rp 30 juta.
Rencananya, Dedi Mulyadi akan menggunakan sisa uang itu untuk membelikan Irma rumah.
“Utangnya Rp3,5 juta dan saya bilang gapapa pakailah Rp10 juta sisanya untuk belanja makan segala macam, harusnya masih sisa Rp 30 juta, kan mau beli rumah,” tandasnya.
Irma pun beralasan membeli motor untuk keperluan anaknya sekolah.
“Maafin saya, karena kan saya untuk anak sekolah yah,” ucap Irma.
(Tribunnews.com)
-
/data/photo/2025/02/01/679d776c11cbc.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ada Tower Provider di Atap Tetangga, Warga Bekasi Minta Tolong ke Tri hingga Dedi Mulyadi agar Dibongkar Megapolitan 1 Februari 2025
Ada Tower Provider di Atap Tetangga, Warga Bekasi Minta Tolong ke Tri hingga Dedi Mulyadi agar Dibongkar
Tim Redaksi
BEKASI, KOMPAS.com –
Warga Perumahan Telaga Emas, Blok K 1, RT 06/RW 13, Kelurahan Harapn Baru, Bekasi Utara, Kota Bekasi, ramai-ramai meminta tolong ke Wali Kota Bekasi terpilih, Tri Adhianto hingga Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi.
Permintaan tersebut berangkat dari keresahan mereka atas berdirinya
tower provider
setinggi 31 meter yang dibangun di salah satu atap rumah tetangga mereka.
Salah satu warga, Rosmala (39) berharap mendapat perhatian dari Tri dan Dedi agar
tower
tersebut dibongkar karena mengancam keselamatan warga.
“Kepada Pak Tri, Pak Dedi Mulyadi, tolong kita dilirik, ditinjau kembali izinnya, dilihat lokasinya,” ujar Rosmala saat ditemui di lokasi, Jumat (31/1/2025).
Rosmala mengaku dirinya merasa resah setiap hari sejak
tower
tersebut berdiri hampir dua tahun silam.
Ia khawatir
tower
tersebut sewaktu-waktu ambruk menimpa rumah warga. Pasalnya, pendirian
tower
seberat 5 ton itu dianggap tak wajar karena memancang di atas rumah warga.
“Takut, kalau ada petir, angin pas hujan, apalagi sekarang musimnya hujan, sudah dua tahun kita ngerasain seperti ini. Kalau mati kan di tangan Allah ya, masa harus mati gara-gara ketakutan,” ungkap Rosmala.
Adapun
tower
tersebut dibangun di atas rumah sepasang suami-istri, Waluyo dan Sri Wulandari, sejak Agustus 2023.
Pondasi
tower
memanfaatkan atap rumah dengan diperkuat material baja sebagai tumpuan beban struktur
tower
.
Ketua RT 006/RW 013, Rosadi (39) mengungkapkan, warga tak mengira lingkungannya yang notabene padat penduduk akan berdiri sebuah
tower
besar.
Sebelum pembangunan dilakukan, pemilik rumah meminta persetujuan warga untuk mendirikan
tower
penguat sinyal sejenis
tower
monopole.
Pembangunan
tower
tersebut diduga diprakarsai oleh salah satu perusahaan swasta yang berkantor di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Saat itu, warga menyetujui begitu saja karena mengira struktur
tower
penguat sinyal berukuran kecil.
Ketika pembangunan tahap awal mulai berjalan, warga pun mulai menaruh kecurigaan.
Pasalnya, struktur
tower
yang dibangun tak seperti yang diutarakan oleh pemilik rumah. Sebab,
tower
yang dibangun masuk ke kategori
self supportingtower
(SST).
“Kalau monopole kecil, lah ini besar. Warga saat itu langsung menolak, pembangunan berhenti tiga bulan,” ungkap dia.
Selain protes penolakan, warga juga menempuh jalur hukum. Mereka menggugat pemilik rumah, kontraktor, subkontraktor, dan pemerintah setempat ke pengadilan.
Akan tetapi, gugatan tersebut ditolak. Tak puas dengan putusan gugatan, warga kembali melawan dengan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Bandung pada Januari 2024.
“Bandingnya sudah diajukan,” ungkap Rosadi.
Imbas pendirian
tower
tersebut, belasan warga terpaksa menjual rumahnya karena khawatir terpapar radiasi
tower
provider.
Rosadi (39) mengatakan, warga terpaksa menjual rumahnya karena khawatir akan keselamatan mereka pasca-pendirian
tower
.
“Iya, yang penting keselamatan kami. Kalau misalnya ada yang mau beli, Alhamdulillah. Tapi faktanya tidak ada yang mau beli,” ungkap Rosadi.
Pengamatan
Kompas.com
di lokasi, sejumlah warga mengiklankan penjualan rumah melalui spanduk yang dipasang di setiap pintu gerbang kediamannya.
Selain iklan penjualan, mereka juga menjadikan spanduk sebagai tempat mereka menyampaikan protes penolakan pendirian
tower provider
.
Rosadi mengungkapkan, spanduk tersebut tersebut dipasang hampir dua tahun lalu, tepat setelah
tower
berdiri di wilayah mereka.
“Dari awal penolakan. Kami sering pasang, menolak, ganti pasang lagi,” pungkas dia.
Kini, warga berharap akan kehadiran pemerintah setempat untuk membongkar
tower
tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/01/24/67935f6d1edd8.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Dedi Mulyadi: Semua Tambang Ilegal di Jawa Barat Ditutup! Bandung
Dedi Mulyadi: Semua Tambang Ilegal di Jawa Barat Ditutup!
Tim Redaksi
SUBANG, KOMPAS.com
– Gubernur Jawa Barat terpilih
Dedi Mulyadi
menggelar pertemuan dengan seluruh bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota terpilih se-Jawa Barat di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat, Rabu (29/1/2025).
Dalam pertemuan tersebut, Dedi menegaskan bahwa semua kepala daerah terpilih di Jawa Barat sepakat untuk menutup semua
tambang ilegal
di wilayahnya.
“Kami juga sepakat semua tambang ilegal di seluruh daerah di Jawa Barat ditutup,” kata Dedi.
Dedi mengungkapkan, semua kepala daerah terpilih sepakat untuk memprioritaskan anggaran bagi kebutuhan masyarakat, termasuk pembangunan jalan, irigasi, dan pemenuhan kebutuhan listrik.
“Anggaran akan diprioritaskan untuk kebutuhan penting masyarakat,” ujarnya kepada
Kompas.com
.
Selain itu, Dedi dan para kepala daerah terpilih juga membahas efisiensi anggaran. Semua kepala daerah sepakat untuk tidak membeli mobil dinas baru, kecuali bagi yang sudah terlanjur membeli.
“Kecuali yang sudah kadung membeli. Karena itu enggak bisa dibatalkan,” kata Dedi.
Dedi juga menegaskan komitmennya untuk mendukung kesejahteraan petani dan warga Jawa Barat.
“Tak ada lagi jalan berlubang, tak ada lagi petani yang menangis karena tak ada pupuk, dan kurangnya jaringan irigasi. Pokoknya semuanya bahagia, baik yang berkeluarga maupun duda,” katanya, yang disambut tepuk tangan dari para kepala daerah terpilih.
Pertemuan tersebut juga diunggah Dedi melalui akun TikTok-nya. Dalam unggahan itu, Dedi berharap bahwa dalam pemerintahannya nanti tidak ada lagi rakyat Jawa Barat yang rumahnya bocor.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/01/20/678dfd93e930d.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Dedi Mulyadi Bertemu Kepala Daerah Terpilih Se-Jabar, Sepakati Efisiensi Anggaran dan Penutupan Tambang Ilegal Bandung 29 Januari 2025
Dedi Mulyadi Bertemu Kepala Daerah Terpilih Se-Jabar, Sepakati Efisiensi Anggaran dan Penutupan Tambang Ilegal
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
–
Gubernur Jawa Barat
terpilih
Dedi Mulyadi
bertemu dengan seluruh bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota terpilih se-Jawa Barat.
Pertemuan digelar di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat Rabu (29/1/2025).
Menurut Dedi, dalam pertemuan itu, ia dan para kepala daerah terpilih membahas tentang efisiensi anggaran.
Kepada
Kompas.com
, Rabu malam, mantan bupati Purwakarta itu mengungkapkan, semua kepala daerah terpilih di Jabar menyepakati anggaran akan diprioritaskan untuk kebutuhan penting masyarakat.
Mulai dari pembangunan jalan, irigasi, pemenuhan kebutuhan listrik dan lainnya.
“Kami juga sepakat semua tambang ilegal di seluruh daerah di Jawa Barat ditutup,” tandas Dedi.
Selain itu, lanjut Dedi, semua kepala daerah terpilih sepakat untuk tidak membeli mobil dinas baru.
“Kecuali yang sudah kadung membeli. Karena itu enggak bisa dibatalkan,” kata Dedi.
Pertemuan itu juga diposting Dedi di akun TikToknya. Dalam postingan itu Dedi berharap dalam pemerintahannya nanti, tak ada lagi rakyat Jawa Barat yang bocor rumahnya.
“Tak ada lagi jalan berlubang, tak ada lagi petani yang menangis karena tak ada pupuk, dan kurangnya jaringan irigasi. Pokoknya semuanya bahagia, baik yang berkeluarga maupun duda,” katanya disambut tepuk tangan para kepala daerah terpilih.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Sekolah Swasta Tolak Surat Edaran Disdik Jabar, Jika Tidak Ada Solusi!
JABAR EKSPRES – Polemik penahanan ijazah SMA/SMK di Jawa Barat dengan surat edaranyang dikeluarkan Dinas Pendidikan ( Disdik ) membuat Ketua Forum Kepala Sekolah SMA Swasta Jawa Barat (FKSS JABAR) Ade D Hendriana angkat bicara.
Menyikapi polemik tersebut, Ade menilai seluruh pihak sekolah swasta pada dasarnya tidak ingin melakukan penahanan ijazah siswa ketika lulus.
BACA JUGA: Pendapatan Pajak Air Permukaan Masih Loyo, 5.800 Perusahaan Tidak Punya Izin!
Menurutnya, banyak sekolah swasta menahan ijazah siswa dikarenakan orang tua wan prestasi atau memiliki tunggakan dalam pembayaran yang telah disepakati.
Pihak sekola swasta sebetulnya sudah melakukan berbagai macam pendekatan kepada para orang tua agar tunggakan siswa segera dilunasi.
BACA JUGA: Tarif Iuran BPJS Kesehatan Naik? Begini Kata Menkes!
Jika kondisi ekonomi tidak memungkinkan pihak sekolah masih memberikan kelonggaran untuk penundaan. Bahkan para siswa masih tetap mendapatkan haknya untuk mengikuti pelajaran.
Akan tetapi, setelah diberikan waktu dan kesempatan ketika siswa sudah lulus, para orang tua terkadang lalai untuk menyelesaikan kewajiban padahal pihak sekolah juga sudah memberikan keringanan dengan cara mencicil semampunya.
BACA JUGA: Warga Indonesia Kecanduan Tiktok dan Jadi Pengguna Terbanyak di Dunia!
“perjanjian kesiapan menyelesaikan semua beban administrasi yang timbul serta melekat pada kewajiban setiap orang tua/wali baik dibayar secara diangsur ataupun dibayar lunas saat pengambilan ijazah,’’ ujar Ade.
Untuk itu, mengenai percepatan penyerahan ijazah berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh Disdik Jabar, sekolah swasta belum bisa melaksanakan imbauan itu.
BACA JUGA: Tambang Liar di Jawa Barat Merajalela, Pengawasan dan Penindakan Lemah!
Dalam surat edaran, pihak Disdik Jabar memberikan imbauan dengan batas waktu sampai dengan 3 Februari 2025 agar seluruh ijazah bisa diselesaikan.
Namun, tidak bisa dilaksanakan. Sebab, pihak sekolah swasta ingin ada kepastian berupa kompensasi anggaran untuk yang diberikan oleh pemprov Jawa Barat.
BACA JUGA: Dituduh Mabuk, Dua Politisi Kota Cimahi Ribut, Saling Ancam Lapor Polisi!
Untuk menuntaskan masalah ini, pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan DPRD Jabar dan Gubernur terpilih Dedi Mulyadi, agar masalah ijazah yang tertahan di sekolah swasta bisa tuntas dengan solusi yang saling menguntungkan.
-

Kang Dedi Mulyadi Rencanakan Ngantor di Gedung Bakorwil I Kota Bogor
JABAR EKSPRES – Gedung Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah I (Bakorwil) Kota Bogor menjadi salah satu pilihan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Terpilih, Dedi Mulyadi untuk berkantor.
Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu melalui unggahan akun YouTube pribadinya belum lama ini.
Diketahui KDM memang berencana untuk berkantor di 5 wilayah berbeda saat mulai memimpin Jabar.
BACA JUGA: Libur Panjang Akhir Pekan, Bandung Barat Dilintasi Ratusan Ribu Kendaraan Mayoritas ke Lembang
Pernyataan dipilihnya Gedung Barkowil I menjadi kantor Gubernur Jabar juga sempat disampaikan KDM saat dirinya menyambangi Kota Bogor beberapa waktu lalu.
“Ini kantor Keresidenan wilayah Bogor (saat ini Bakorwil). Yang nanti akan jadi Kantor Gubernur Wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Depok,” ungkapnya dikutip Rabu, 29 Januari 2025.
Bahkan, KDM menyampaikan langsung rencana tersebut kepada Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Eko Prasetyo yang saat itu mendampingi kunjungannya ke Kota Bogor.
“Pak Kapolres ini saya setelah tanggal enam Februari ngantor disini juga. Saya lagi ngerumusin nama-nya,” ucap KDM di hadapan Kapolresta Bogor.
BACA JUGA: Bandung Zoo Masih Jadi Primadona di Libur Imlek, Pertunjukan Barongsai Baru Digelar Akhir Pekan Nanti
“Ada kantor gubernur wilayah Priangan itu cocok. Gubernur wilayah Kacirebonan cocok. Gubernur wilayah Purwasukasih cocok. Ini Bogor saya lagi ngerumusin namanya,” imbuh dia.
Diketahui, Gedung Bakorwil I tersebut berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No 4, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah.
Keberadaannya tak jauh dari Istana Kepresidenan dan hanya berjarak sekitar 500 meter dari komplek pemerintahan Balai Kota Bogor. (YUD)
-

Wali Kota Solo Ditagih Rp 800 Ribu Beli Telur Gulung, Teguh Prakoso Ikhlas : Kita ini Hanya Melarisi
TRIBUNJATIM.COM – Wali Kota Solo mendadak viral lantaran seorang penjual telur gulung menagihnya dengan harga sangat tinggi.
Penjual telur gulung itu lantas langsung viral dan dibicarakan banyak orang di sosial media.
Akibat mengetahui dagangannya dibeli oleh kepala daerah, si penjual menagih nominal yang tinggi.
Viral di media sosial seorang penjual telur gulung “ngepruk” alias menetapkan harga lebih tinggi saat barang dagangannya hendak dibeli Wali Kota Solo Teguh Prakosa.
Kejadian itu berlangsung saat acara karnaval Grebeg Sudiro pada Minggu (26/1/2025).
Teguh seharusnya membayar dengan harga sesuai jumlah telur gulung yang dipesan, tapi penjual telur gulung itu malah menarik harga lebih tinggi atau “ngepruk”.
Menanggapi hal tersebut, sebetulnya Teguh Prakosa tidak mempersoalkan aksi penjual telur gulung itu.
Teguh mengatakan, tujuannya memborong telur gulung dalam karnaval budaya Grebeg Sudiro untuk melarisi dagangan mereka supaya cepat habis.
“Nggak apa-apa dikasih aja. Habis mau bagaimana. Mau diapain. Benar apa tidak kembalikan pada mereka saja. Kita inginnya hanya melarisi,” kata Teguh saat ditemui, Selasa (28/1/2025).
Aksi penjual telur gulung tersebut disaksikan banyak orang yang hadir dalam karnaval Grebeg Sudiro, bahkan menjadi viral di media sosial.
Salah satu tokoh Tionghoa Solo Sumartono Hadinoto yang hadir di lokasi menceritakan peristiwa tersebut.
Katanya, awalnya Teguh menyaksikan kirab gunungan kue keranjang dalam karnaval budaya Grebeg Sudiro.
Di depan kerumuman orang itu ada penjual telur gulung.
“Di depan kerumuman massa itu ada yang jual telur gulung di gelas-gelas (cup). Nampannya itu kelihatan. Ada 28 gelas. Kemudian di atasnya ditumpangi (nampan) mungkin juga 28 gelas (telur gulung). Kalau 28 tambah 28 kan 56 dan ada dua yang dikasih saos. Misal 28 itu dua pakai saos tinggal 26 yang (nampan) bawah. Yang (nampan) atas misal separuh yang dikasih saos 14 kan tinggal 40an (cup gelas). Dia minta 10.000 per gelas. Jadi kan Rp 400.000,” kata Sumartono, Selasa (28/1/2025).
Tetapi, kata Sumartono penjual telur gulung itu minta kepada Wali Kota Solo Rp 800.000. Aksi penjual telur gulung yang menarik Rp 800.000 membuat pengunjung karnaval Grabag Sudiro bersorak-sorai.
Awalnya penjual telur gulung itu marah-marah karena merasa malu disoraki sehingga penjual telur gulung menerima uang Rp 400.000 yang diberikan Wali Kota Solo dan langsung pergi meninggalkan lokasi.
“Penjual telur gulung itu terima Rp 400.000 terus pergi,” katanya.
Sumartono menyampaikan Wali Kota Solo membeli telur gulung untuk dibagikan kepada para pengunjung karnaval budaya Grebeg Sudiro.
“Iya, niatnya mau beli semua terus dibagikan pengunjung karena menunggu kue keranjang belum waktunya dibagi ada yang jualan kasihan Pak Teguh. Maunya diborong sama Pak Teguh,” ujar Sumartono.
Penjual telur gulung mengepruk harga mahal setelah dibeli wali kota Solo (Instagram)
Kejadian sebaliknya dialami seorang penjual soto.
Ada kepala daerah lain yang justru memberikan uang berlebih kepada penjual soto saat makan di tempatnya berjualan.
Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi menyambangi Kota Bogor.
Dari vlog di kanal Youtube-nya, awalnya Dedi Mulyadi tiba di Gedung Karesidenan wilayah Bogor calon Kantor Gubernur wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Depok.
Saat itu, Dedi Mulyadi tak sengaja menemui seorang bapak penjual soto mie Bogor yang tengah berjualan di dekat Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah di Jalan lr H Juanda.
Ketika melihat sekitar, pandangan Dedi Mulyadi terhenti saat mengetahui ada penjual soto mie Bogor dari kejauhan.
Langsung menghampirinya, Dedi Mulyadi pun mengajak sang tukang soto mie Bogor berbincang singkat namun hangat.
Pria yang karib disapa Kang Dedi ini mengaku kelaparan setibanya di Bogor pada pagi hari.
“Hayuk buru, lapar, ini namanya soto mie,” ujar Kang Dedi.
“Soto mie Bogor,” kata tukang soto mie Bogor bernama Mursid tersebut.
Didatangi sang Gubernur Jabar terpilih, Mursid tersenyum.
Pria tua itu pun sigap mengelap mangkok seraya menyajikan soto mie Bogor lengkap dengan isiannya.
Kang Dedi lantas mengajak Mursid berbincang santai.
Kang Dedi rupanya penasaran dengan penghasilan tukang soto Mie Bogor tersebut.
“Dapat (hasil jualan) Rp500 ribu?” tanya Kang Dedi.
“Dapat mungkin, Pak,” jawab Mursid.
Bantu redakan rasa lapar Gubernur Jawa Barat terpilih, tukang soto mie Bogor ini curi perhatian Dedi Mulyadi sampai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Segera mengecek isi kotak uang hasil dagangan Mursid, Kang Dedi mengetes kejujuran sang tukang soto mie.
Ternyata pengakuan Mursid benar bahwa ia belum mendapatkan penghasilan yang cukup setelah lama berjualan.
Mursid baru mengantongi uang Rp70 ribu.
“Usaha sama siapa ini? Sama nini-nini (istri)?” tanya Kang Dedi, melansir TribunnewsBogor.com.
“Iya,” jawab Mursid.
Penasaran, Kang Dedi lalu bertanya soal asal-usul sang penjual soto mie Bogor.
Ternyata, tiap hari Mursid harus menempuh perjalanan delapan kilometer lebih untuk berjualan.
“Rumah di mana?” tanya Kang Dedi.
“Lebak Sari, Pak,” jawab Mursid.
“Asli mana?” tanya Kang Dedi lagi.
“Asli Gunung Bundar,” jawab Mursid.
Tak cuma soal tempat tinggal, Dedi Mulyadi juga penasaran dengan keluarga Mursid.
Diakui Mursid, ia sudah dua kali menikah setelah ditinggal mati istri pertama.
Sang tukang soto cuek usai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Usai berbincang, Dedi Mulyadi pun menyantap soto mie Bogor racikan Mursid dengan antusias.
Terlebih sebelumnya Kang Dedi diberikan banyak daging oleh Mursid.
Selesai makan, Dedi Mulyadi pun berpamitan kepada Mursid.
Namun sebelum pergi, Kang Dedi memberikan berlembar-lembar uang pecahan Rp100 ribu kepada Mursid.
Diberikan uang banyak oleh Dedi Mulyadi, Mursid tetap kalem namun sigap menyimpannya di kotak uang penghasilan.
Rupanya tak cuma satu kali, Kang Dedi kembali memberikan uang berlembar-lembar kepada Mursid.
Diberi banyak uang jutaan rupiah oleh Kang Dedi, Mursid tetap fokus dan langsung berucap syukur.
Mursid lantas bersemangat melayani pembeli yang telah dibayarkan oleh Kang Dedi.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
-

Sopir Truk Tak Menyangka Air Minumnya Dibeli Dedi Mulyadi Rp1,8 Juta: Gaji Saya Sebulan Juga Ketutup
TRIBUNJATIM.COM – Keputusan Dedi Mulyadi resmi menutup tambang ilegal di Subang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, menuai kontra.
Hal itu terlihat dari momen sejumlah orang yang menggelar aksi unjuk rasa memprotes keputusan Dedi Mulyadi menutup tambang ilegal.
Terkait dengan demo yang ditujukkan untuknya, Dedi Mulyadi sempat menyebut, pengunjuk rasa tersebut diduga bukanlah sopir truk yang asli, melainkan ormas.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Kang Dedi itu pun baru-baru ini membuktikan ucapannya.
Ia berbincang langsung dengan sopir truk yang ditemuinya.
Dalam vlog terbarunya, Kang Dedi pun merekam pertemuannya dengan seorang sopir truk di kawasan Subang.
Sopir truk pasir asal Subang itu pun mengurai curhatan kepada sang Gubernur Jawa Barat terpilih.
“Kamu ikut demo enggak kemarin?” tanya Dedi Mulyadi, dilansir dari tayangan di kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL pada Selasa (28/1/2025).
“Oh, enggak pak,” jawab sang sopir truk.
“Saya kira ikut demo,” timpal Kang Dedi.
Berbincang soal demo soal tambang ilegal ditutup, Dedi Mulyadi pun melayangkan pernyataan.
Ia mengaku tidak pernah berniat buruk saat menutup tambang ilegal.
Diungkap sopir truk juga, pengunjuk rasa penutupan tambang ilegal tersebut diduga bukanlah sopir asli, melainkan ormas.
Lebih lanjut, ia menceritakan nasibnya kini setelah tambang ilegal ditutup.
Tangkapan layar momen seorang sopir truk pasir curhat ke Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi pada Senin (27/1/2025), ia menceritakan keluh kesahnya setelah tambang ilegal di Subang ditutup Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
“Katanya kemarin ada demo sopir?” kata Kang Dedi, melansir TribunnewsBogor.com.
“Alhamdulillah kalau saya di rumah Pak,” ucap sopir truk.
“Entah sopir, entah ormas (yang berdemo),” lanjut Kang Dedi.
“Iya tercampur kelirunya mah, karena itu enggak berangkat ah, (takut) tercampur ormas,” tutur sopir truk.
“Ada yang bilang Dedi Mulyadi penjahat katanya. Saya perasaan selama ini baik sama sopir.”
“Kalau di jalan tol ada kempes ban selalu ditolongi, mobil terguling dibantuin,” kata Kang Dedi.
“Saya mah menutup tambang, menutup usaha manusia yang serakah.”
“Bayar pajak enggak mau, menjual pasir sama dengan yang berizin, bener enggak,” timpal sopir truk.
Alih-alih ikut demo, sang sopir truk memilih untuk beristirahat di rumah setelah tambang ilegal ditutup.
Menurut sang sopir truk, ia pasrah akan keputusan Kang Dedi tersebut, meski terpaksa menganggur selama empat hari.
“Kan ada demo kemarin, akang stuck (tidak bekerja) berapa hari?” tanya Kang Dedi.
“Saya di rumah saya empat hari Pak, enggak bisa (narik),” ujar sopir truk.
“Akang dicerai sama istri?” tanya Kang Dedi lagi.
“Alhamdulillah enggak pak, terima aja. Makan, cuma bekal enggak ada. Dinikmati aja sama saya mah, yang penting jalurnya benar aja gitu,” kata sopir truk.
Mendengar sang sopir truk ikhlas dengan nasibnya usai penutupan tambang ilegal, Kang Dedi tersenyum.
Kang Dedi lantas memberikan kejutan untuk sang sopir truk.
Yakni Kang Dedi membeli air mineral botolan yang dibawa sang sopir truk.
Kang Dedi lantas memberikan bayaran dari air mineral tersebut dengan nominal fantastis yakni Rp1,8 juta.
Alasan Kang Dedi memberikan uang jutaan kepada sopir truk tersebut lantaran kesabaran sang sopir.
“Gaji saya sebulan juga ketutup ini Pak, alhamdulillah,” kata sopir truk.
Sang sopir truk tak henti berucap syukur.
Ia tak menyangka bakal diberi rezeki setelah menceritakan nasibnya usai tambang ilegal ditutup.
Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi juga menyambangi Kota Bogor.
Dari vlog di kanal Youtube-nya, awalnya Dedi Mulyadi tiba di Gedung Karesidenan wilayah Bogor calon Kantor Gubernur wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Depok.
Saat itu, Dedi Mulyadi tak sengaja menemui seorang bapak penjual soto mie Bogor yang tengah berjualan di dekat Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah di Jalan lr H Juanda.
Ketika melihat sekitar, pandangan Dedi Mulyadi terhenti saat mengetahui ada penjual soto mie Bogor dari kejauhan.
Langsung menghampirinya, Dedi Mulyadi pun mengajak sang tukang soto mie Bogor berbincang singkat namun hangat.
Pria yang karib disapa Kang Dedi ini mengaku kelaparan setibanya di Bogor pada pagi hari.
“Hayuk buru, lapar, ini namanya soto mie,” ujar Kang Dedi.
“Soto mie Bogor,” kata tukang soto mie Bogor bernama Mursid tersebut.
Didatangi sang Gubernur Jabar terpilih, Mursid tersenyum.
Pria tua itu pun sigap mengelap mangkok seraya menyajikan soto mie Bogor lengkap dengan isiannya.
Kang Dedi lantas mengajak Mursid berbincang santai.
Kang Dedi rupanya penasaran dengan penghasilan tukang soto Mie Bogor tersebut.
“Dapat (hasil jualan) Rp500 ribu?” tanya Kang Dedi.
“Dapat mungkin, Pak,” jawab Mursid.
Bantu redakan rasa lapar Gubernur Jawa Barat terpilih, tukang soto mie Bogor ini curi perhatian Dedi Mulyadi sampai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Segera mengecek isi kotak uang hasil dagangan Mursid, Kang Dedi mengetes kejujuran sang tukang soto mie.
Ternyata pengakuan Mursid benar bahwa ia belum mendapatkan penghasilan yang cukup setelah lama berjualan.
Mursid baru mengantongi uang Rp70 ribu.
“Usaha sama siapa ini? Sama nini-nini (istri)?” tanya Kang Dedi, melansir TribunnewsBogor.com.
“Iya,” jawab Mursid.
Penasaran, Kang Dedi lalu bertanya soal asal-usul sang penjual soto mie Bogor.
Ternyata, tiap hari Mursid harus menempuh perjalanan delapan kilometer lebih untuk berjualan.
“Rumah di mana?” tanya Kang Dedi.
“Lebak Sari, Pak,” jawab Mursid.
“Asli mana?” tanya Kang Dedi lagi.
“Asli Gunung Bundar,” jawab Mursid.
Tak cuma soal tempat tinggal, Dedi Mulyadi juga penasaran dengan keluarga Mursid.
Diakui Mursid, ia sudah dua kali menikah setelah ditinggal mati istri pertama.
Sang tukang soto cuek usai diberi uang berlembar-lembar oleh Kang Dedi (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
Usai berbincang, Dedi Mulyadi pun menyantap soto mie Bogor racikan Mursid dengan antusias.
Terlebih sebelumnya Kang Dedi diberikan banyak daging oleh Mursid.
Selesai makan, Dedi Mulyadi pun berpamitan kepada Mursid.
Namun sebelum pergi, Kang Dedi memberikan berlembar-lembar uang pecahan Rp100 ribu kepada Mursid.
Diberikan uang banyak oleh Dedi Mulyadi, Mursid tetap kalem namun sigap menyimpannya di kotak uang penghasilan.
Rupanya tak cuma satu kali, Kang Dedi kembali memberikan uang berlembar-lembar kepada Mursid.
Diberi banyak uang jutaan rupiah oleh Kang Dedi, Mursid tetap fokus dan langsung berucap syukur.
Mursid lantas bersemangat melayani pembeli yang telah dibayarkan oleh Kang Dedi.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com