Skenario Terburuk Resesi 2023, Indonesia Bisa Selamat?

16 October 2022, 23:15

Jakarta, CNBC Indonesia – Ancaman resesi semakin mendekati Indonesia. Semua pihak pun diminta waspada karena dampak resesi tidak hanya berimbas kepada ekspor tetapi sendi-sendi kehidupan masyarakat biasa.
Tidak hanya di Amerika Serikat (AS), dampak resesi juga akan dirasakan warga Indonesia, termasuk mereka yang menggantungkan hidupnya pada komoditas seperti di Kalimantan hingga Sumatera.
“Situasi ekonomi global menjadi lebih dan lebih menantang. Entahlah ini berlebihan untuk mengatakan bahwa dunia dalam kondisi berbahaya,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers usai pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara anggota G20 di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (14/10/2022).

Peringatan Sri Mulyani memang beralasan. Sejumlah dampak besar akan dihadapi Indonesia begitu resesi sudah melanda dunia. Bank Mandiri dalam laporannya Sectoral Searching for Opportunities to Grow menggambarkan bagaimana resesi terjadi serta dampaknya ke Indonesia. Dalam hitungan Bank Mandiri, dampak resesi kemungkinan akan panjang yakni hingga 2024.
Resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal (capital reserval).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta permintaan dari negara maju sudah terasa sejak kuartal II-2022. Secara teknikal, Amerika Serikat (AS) bahkan sudah memasuki resesi pada April-Juni tahun ini.
China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah AS pun tak berkutik. Ekonomi Negara Tirai Bambu tumbuh 0,4% pada kuartal II-2022 (year on year/yoy), jauh lebih rendah dibandingkan 4,8% pada kuartal I-2022.

Uni Eropa ekonominya tumbuh 4,1% pada kuartal II-2022, terendah dibandingkan tiga kuartal sebelumnya. Sementara itu, ekonomi Inggris tumbuh 4,4% pada April-Juni tahun ini, terendah sejak kuartal I-2021.
Lonjakan inflasi akibat melambungnya harga energi dan pangan membuat ekonomi di negara-negara maju kendur karena permintaan masyarakat melemah.

Foto: Infografis/ Gambaran Gelap Dunia Resesi/ Ilham Restu
Gambaran Gelap Dunia Resesi

Indonesia
Sebagai bagian dari ekonomi global, Indonesia tentu saja akan terdampak resesi. Perlambatan akan merembet melalui jalur ekspor, pelemahan harga komoditas, pelemahan nilai tukar.
Kondisi ini akan membuat kondisi perekonomian domestik menjadi tidak pasti, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan melemah, serta anjloknya kepercayaan konsumen.
Ekspor Indonesia masih didominasi komoditas dengan kontribusi sebesar 50%. Indonesia memang diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas setelah perang Rusia-Ukraina meletus.

Namun, harga komoditas mulai menurun memasuki semester kedua tahun ini. Harga minyak sawit mentah, batu bara, nikel, hingga emas terus melandai.
Melandainya harga komoditas akan menggerus ekspor serta pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari komoditas, seperti di Kalimantan dan Sumatera. Contoh paling nyata adalah apa yang terjadi di Kalimantan Timur pada 2010-2012.
Salah satu produsen utama batu bara tersebut tumbuh 5,04% saat masih terjadi booming komoditas pada 2010. Begitu harga komoditas anjlok, pertumbuhannya pun ambruk dari 3,9% pada 2011 dan 1,59% pada 2012.
Pengalaman serupa terjadi pada Riau yang merupakan kantong utama produsen minyak sawit mentah (CPO). Pada 2010, ekonomi Riau tumbuh 5,57% tetapi ambles menjadi 2,48% pada 2013.Ketidakpastian ekonomi akibat resesi global juga akan membuat investor asing kabur dari emerging market, seperti Indonesia, hingga rupiah terpuruk.

Dalam sepekan terakhir, rupiah sudah terpuruk 0,75% di hadapan dolar AS. Berdasarkan data Bank Indonesia, investor asing sudah mencatatkan jual neto sebesar Rp 167,81 triliun dari awal tahun hingga 6 Oktober 2022.
Pelemahan rupiah akan membebani perusahaan dan masyarakat karena barang modal dan barang impor makin mahal. Tidak hanya peralatan mesin perusahaan, harga handphone terbaru juga naik harganya.
Dengan ketidakpastian di tengah resesi, konsumen Indonesia akan menahan belanja nya. Pengurangan belanja terutama terjadi untuk pembelian baran tahan lama karena konsumen fokus pada kebutuhan essential mereka.
Kondisi ini sudah tercermin dalam Survei BI menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September. Indeks pembelian barang tahan lama melemah ke posisi 102,5 pada September 2022, terendah lima bulan terakhir.

Perlambatan terjadi karena masyarakat melihat ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan akan menurun.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi global juga akan membuat perusahaan berorientasi ekspor terdampak karena permintaan dari negara lain mengendur. Perlambatan permintaan dari sisi konsumen dan produsen ini akan membuat investasi perusahaan melambat.
Tidak hanya sektor usaha yang kena, investasi masyarakat di properti juga diproyeksi menyusut mengingat masyarakat akan lebih memilih menabung di tengah ketidakpastian ekonomi. Kenaikan suku bunga juga akan membuat investasi di sektor properti kurang menarik.

[-]

Tak Resesi Bukan Berarti RI Aman, Nih Penjelasan Sri Mulyani!

(mij/mij)

Partai

Institusi

K / L

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Fasum

Transportasi