Jakarta, CNBC Indonesia – Hari Perkeretaapian Nasional bertepatan pada tanggal 28 September setiap tahunnya. Umur perkeretaapian RI kini mencapai 78 tahun. Dikutip dari laman resmi PT KAI (Persero), melalui Heritage KAI, pada hari ini juga sekaligus disebut sebagai Hari Ulang Tahun PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Usia perkeretaapian nasional yang sudah 78 tahun ini telah melewati sejarah yang cukup panjang, mulai dari masa kolonial Belanda hingga hari ini.
Berikut sejarah perkeretaapian di RI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.
Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.
Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875.
Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), dan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).
Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.
Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Foto: Kereta Api Indonesia. (Dok: PT KAI)
Kereta Api Indonesia. (Dok: PT KAI)
Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka.
Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI).
Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950.
Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Foto: Heritage KAI
Logo Perusahaan Kereta Api RI Dari Masa ke Masa
Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991.
Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.
2. Era Perkeretaapian Nasional Semakin Maju
Era perkeretaapian RI semakin berkembang, baik dari sistemnya maupun aspek lainnya. Hal ini tentunya untuk menjawab semakin dinamisnya pergerakan masyarakat.
Pembangunan infrastruktur perkeretaapian RI yang makin meningkat membuat arus pergerakan masyarakat antar daerah semakin mudah, apalagi PT KAI sendiri juga sudah melakukan reaktivasi beberapa jalur yang sebelumnya nonaktif karena kalah saing dengan transportasi darat lainnya.
Mulai dari 2019, layanan perkeretaapian RI bertambah satu yakni MRT Jakarta. Meski bukan dikelola oleh PT KAI dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta, tetapi dengan hadirnya MRT Jakarta, maka sistem perkeretaapian RI dapat mulai bersaing dengan negara-negara lainnya terutama di Asia Tenggara.
Kemudian pada tahun ini, ada LRT Jabodebek yang juga menambah era baru perkeretaapian Indonesia. Tak hanya itu saja, hadirnya Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menjadikan Indonesia selangkah lebih maju di antara negara-negara Asia Tenggara, terutama yang sudah memiliki jaringan perkeretaapian yang cukup kompleks.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)