Piala Dunia U-20 dan Mimpi Anak Muda

25 March 2023, 7:25

“It starts with a dream,” itulah tema besar yang digaungkan Amerika Serikat ketika Atlanta ditunjuk menjadi tuan rumah Olimpiade 1996. Olimpiade ketika itu terasa istimewa karena menjadi perayaan satu abad pesta olahraga bangsa-bangsa di dunia. Olimpiade merupakan ajang penting karena menjadi panggung bagi anak-anak muda meraih mimpi besar mereka.

Begitu pulalah dengan ajang Piala Dunia. Semua negara berlomba untuk bisa ditunjuk sebagai tuan rumah karena itu bagian dari investasi untuk generasi muda agar lebih terbuka melihat masa depan. Qatar berani merogoh ratusan miliar dolar agar bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Mereka bangun tujuh stadion baru meski negara berpenduduk 2,7 juta jiwa tidak membutuhkan stadion sebanyak itu. Demi masa depan anak muda mereka, Qatar memilih melakukannya.

Kita pernah memiliki pengalaman berharga ketika tim muda Indonesia tampil di putaran final Piala Dunia U-20 di Tokyo pada 1979. Ajang itu menjadi investasi jangka panjang. Dari tim muda asuhan Soetjipto Soentoro itu kemudian dilahirkan pemain-pemain, seperti Bambang Nurdiansyah, Didik Darmadi, Bambang Sunarto, Subangkit, dan Endang Tirtana yang menjadi pilar tim nasional.

Indonesia ketika itu lolos ke putaran final bukan karena menjadi tiga tim terbaik Asia. Kita beruntung dipilih untuk tampil karena menggantikan Irak yang memutuskan untuk tidak ikut ke putaran final dan Korea Utara menolak untuk menggantikan Irak.

Sebagai tim pengganti, Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan mendapatkan pengalaman hidup yang tidak pernah akan bisa mereka lupakan. Mereka mendapat kesempatan emas bertanding melawan pemain yang kemudian menjadi mahabintang dunia, Diego Armando Maradona. Kalau kemudian mereka tekun untuk meningkatkan kemampuan diri, terbuka kesempatan untuk tampil di ajang yang lebih tinggi.

Piala Dunia U-20 1979 memang melahirkan pemain-pemain masa depan dunia. Setelah sukses membawa Argentina menjuarai Piala Dunia U-20, Maradona kemudian mempersembahkan Piala Dunia untuk tim nasional pada 1986.

“It starts with a dream.” Maradona pun memulai mimpi besarnya dari ajang Piala Dunia U-20. Bahkan Maradona kemudian menjadi mimpi jutaan anak muda di dunia untuk mengikuti jejaknya. Menjadi pemain terbaik dunia yang mampu mengangkat kehidupan keluarganya.

Setelah 44 tahun berlalu, kesempatan kedua bagi anak-anak muda Indonesia meraih mimpi besar mereka kembali tiba. Indonesia dipercaya Federasi Sepak Bola Dunia menggantikan Tiongkok menjadi tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada Mei dan Juni mendatang.

Dua puluh empat tim akan tampil pada putaran final dari enam konfederasi yang menjadi anggota FIFA. Indonesia lolos sebagai tuan rumah, sementara 23 tim yang lain lolos dari babak kualifikasi yang diikuti 209 negara anggota FIFA.

Yang sekarang sedang ramai dibicarakan ialah soal keikutsertaan Israel. Masalahnya, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Negara Zionis itu dianggap melanggar hak kemerdekaan sebuah bangsa dan itu bertentangan dengan prinsip dasar UUD 1945.

Seperti disampaikan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair al-Shun, posisi Indonesia terhadap perjuangan Palestina tidak pernah berubah. Indonesia terus mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka dan memiliki kedaulatan atas wilayah Palestina.

Hanya, perjuangan politik membutuhkan perjalanan panjang untuk mencapai tujuannya. Seperti kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, baru diakui Belanda pada 16 Agustus 2005, saat Indonesia akan merayakan kemerdekaan yang ke-60. Sebelumnya, Belanda hanya mau mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 September 1949 setelah dicapainya kesepakatan pada Konferensi Meja Bundar.

Seperti halnya perjuangan pengakuan kemerdekaan Indonesia, hanya bangsa Palestina sendiri yang harus memperjuangkan kemerdekaannya. Bangsa lain hanya bisa berperan memberikan dukungan, tetapi penyelesaian akhirnya ada di antara dua negara yang bersengketa melalui meja perundingan.

Dalam konteks penyelenggaraan Piala Dunia U-20, Dubes Zuhair al-Shun justru bersikap sangat rasional. Palestina mendukung apa pun keputusan Indonesia sebagai tuan rumah karena Indonesia hanya ketempatan sebagai tuan rumah, sementara pemilik kejuaraan ialah FIFA.

Keikutsertaan Israel pada putaran final Piala Dunia U-20 bukan atas kebaikan Indonesia sebagai tuan rumah, tetapi merupakan hasil perjuangan para pemain Israel mengalahkan saingan mereka di Grup Eropa. Hasil kerja keras para pemain Israel untuk lolos itulah yang harus dihormati dan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia tidak bisa mencabutnya secara sepihak.

 

Jangan emosional

Kontroversi keikutsertaan Israel pada putaran final Piala Dunia U-20 jangan didekati dengan cara yang emosional. Itu disebabkan ketika Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah, kita tidak pernah tahu siapa saja negara yang akan lolos kecuali Indonesia yang otomatis lolos sebagai penyelenggara kejuaraan.

Sekarang lebih baik kita duduk bersama dan melihat persoalan dengan lebih tenang dan menggunakan akal sehat. Kalau kita tidak menginginkan kehadiran Israel di ajang Piala Dunia U-20, mandat sebagai tuan rumah harus kita kembalikan kepada FIFA. Konsekuensinya, kita tidak akan pernah lagi ditunjuk sebagai tuan rumah kejuaraan sepak bola dunia dan bahkan olahraga dunia.

Padahal, kita semua bermimpi Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia senior pada 2042 atau 2046. Ketika bangsa ini merayakan 100 tahun kemerdekaan pada 2045 nanti, salah satu capaian besar yang ingin diraih bangsa Indonesia ialah tampil pada putaran final Piala Dunia.

Ketika kita memilih batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, kita harus mengubur mimpi anak-anak muda Indonesia untuk berkiprah besar dalam sepak bola dunia. Padahal, sebagai olahraga yang paling digemari masyarakat Indonesia, ajang Piala Dunia U-20 seharusnya menjadi momentum kebangkitan sepak bola Indonesia.

Para politikus yang keberatan menerima keikutsertaan Israel bisa dengan mudah mengambil keputusan. Namun, bagi para pemain sepak bola yang sudah mempersiapkan diri untuk tampil, semua kerja keras mereka menjadi mubazir.

Kita harus mau melihat persoalan dari perspektif jangka panjang. Keikutsertaan Israel pada Piala Dunia U-20 tidak ada kaitannya dengan pengakuan politik Indonesia terhadap Israel. Seperti dikatakan Dubes Palestina al-Shun, posisi politik Indonesia tidak pernah berubah, tetap mendukung Palestina dan itu sangat diapresiasi bangsa Palestina.

Indonesia akan terus berada di belakang Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatannya. Indonesia akan memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui jalur diplomasi.

Memang politikus sering mencampuradukkan politik dengan olahraga. Itu bahkan berlaku di negara maju seperti Amerika Serikat. Namun, para atlet yang mewakili generasi muda berpandangan olahraga itu dasarnya ialah persahabatan. Bahkan, melalui olahraga bisa ditemukan perdamaian.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi