Peneliti: Indonesia Belum Siap Penerapan Energi Baru Terbarukan, Ini Masalahnya

25 October 2022, 15:20

Jakarta, Gatra.com – Perekayasa Ahli Utama Bidang Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Unggul Priyanto mengatakan bahwa kesiapan teknologi untuk mendukung penerapan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih belum siap. Dari lima potensi EBT yang dipetakan, hanya sumber energi hidro yang disebut memiliki kesiapan teknologi.

“Kesiapan teknologi secara umum belum siap, kecuali hidro lebih siap. Perlu dibuat skenario sampai 2060, apa sih, pembangkit listrik yang mau dibangun, termasuk komposisi jenis energi apa,” katanya dalam diskusi yang digelar BRIN, Senin (24/10).

. Tiket Balap Motor Dunia di Mandalika Diskon 50 Persen Ini Rinciannya

Unggul memetakan lima jenis EBT yaitu sumber energi panas bumi atau geotermal, sumber energi hidro, sumber energi surya dan angin, sumber energi biomasa, serta sumber energi nuklir. Dari kelimanya, selain hidro, belum ada sumber energi yang memiliki kesiapan teknologi untuk menggantikan peran sumber energi fosil.

Potensi geotermal disebut Unggul memiliki potensi paling besar. Ketika Net Zero Emission (NZE) diberlakukan pada 2060 nanti, banyak hal yang akan diambil alih oleh listrik seperti kendaraan listrik dan peralatan rumah tangga seperti kompor listrik, sehingga demand listrik akan lebih tinggi dibanding sebelum usaha mencapai NZE.

“Untuk panas bumi, teknologi ke hilir atau ke industri masih kurang. Kita butuh inovasi. Saat ini, kita belum bisa membangun turbin pembangkit listrik, dan umumnya masih impor. Kesiapan teknologi masih kurang,” paparnya.

Untuk potensi sumber energi hidro, Indonesia memiliki potensi sebesar 75.670 megawatt yang tersebar dan tidak merata. Menurutnya, ini menjadi salah satu tantangan apakah akan dimanfaatkan secara maksimal atau tidak. Kendalanya ada pada masalah lahan dan masalah biodiversity yang kemungkinan akan rusak bila digenangi dengan air. Namun untuk kesiapan teknologi, sumber energi hidro menjadi yang paling siap.

. Demokrat Tegaskan Komunikasi dengan PKS dan NasDem Semakin Intens

Terkait tenaga angin dan surya, Unggul menilai bahwa situasi di Indonesia berbeda dengan negara yang telah menerapkan angin dan surya. Sumber angin di negara seperti Denmark, Inggris, Kanada, maupun daerah belahan bumi utara dan selatan memiliki kecepatan angin tinggi hingga 6 m/s. Berbeda dengan di Indonesia yang kecepatan anginnya maksimal ada di angka 3 m/s. Hal ini yang nantinya akan mempengaruhi kerja turbin dalam menghasilkan energi. “Desain turbin angin sangat berpengaruh. Makanya bingung, kalau ada yang menargetkan angin sekian gigawatt, di Indonesia anginnya darimana? Angin itu dalam jam saja bisa berubah kecepatannya,” ucapnya.

Meskipun Indonesia terletak di wilayah khatulistiwa, energi solar belum bisa diterapkan sepenuhnya. Unggul mengatakan bahwa paparan sinar matahari, jika ditotal tidak lebih dari 4 jam. Ini menjadi hal yang harus diperhatikan karena di Indonesia masih banyak awan dan kerap terjadi hujan. Posisi sebagai negara kepulauan juga mempengaruhi perbedaan cuaca di setiap daerah. Berbeda dengan di Australia, Afrika Utara, atau Arab Saudi yang bisa terkena paparan matahari hingga 16 jam tanpa awan. Penggunaan teknologi juga menentukan efisiensi penyerapan tenaga matahari. Di Indonesia, untuk pemasangan sumber energi tenaga solar belum memiliki pabrik produksi sendiri. Proses pengolahan yang panjang membutuhkan kesiapan teknologi dalam mengubahnya menjadi energi.

Unggul menuturkan bahwa kesiapan teknologi sangat diperlukan dalam perwujudan penerapan EBT.

“Sebenarnya nggak realistis target 2060 NZE. Potensi dari semua EBT belum bisa menggantikan, itu juga kalau semua potensi bisa dimanfaatkan. Perlu dipikirkan benar-benar kalau nanti kita ingin menggantikan peranan fosil. Itu berat, tidak bisa (diganti) satu energi lain. Semua harus dikerahkan, tinggal porsinya diatur,” ujarnya.

. Sebut KIB Sudah Punya Tiket Premium, Airlangga Ajak Parpol Lain Gabung

Untuk menerapkan penggunaan EBT, Unggul juga menekankan bahwa industri harus siap, jangan sampai semuanya impor. Dibutuhkan satu sistem inovasi yang bisa mendukung, baik dari peraturan maupun inovasi dari sisi teknologi sehingga NZE ke depan bisa terwujud.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Fasum

Transportasi