Pakar Ungkap Efek Seram El Nino pada Petani jika Nihil Antisipasi

6 June 2023, 11:50

Jakarta, CNN Indonesia — Ahli hidrologi dari Universitas Colorado, Amerika Serikat (AS) Balaji Rajagopalan mengingatkan fenomena El Nino bisa berimbas buruk pada hasil pertanian.
Itu lantaran El Nino berdampak pada penurunan curah hujan, tidak seperti pada fenomena La Nina yang terjadi sepanjang tiga tahun ke belakang.
“El Nino akan berdampak lebih sedikit hujan, yang berarti hasil pertanian akan berkurang, yang berarti air tanah Anda akan berkurang,” kata dia dalam Diskusi Perubahan Iklim dan Ancaman Krisis Air Dunia, Senin (5/6).

Ia menjelaskan negara-negara iklim tropis seperti India sudah mengantisipasi adanya situasi kemarau kering karena khawatir mempengaruhi hasil panen.
Menurutnya, kemarau kering membuat situasi lebih terik, curah hujan makin sedikit dan maka lebih sedikit air untuk sawah dan ladang dan ekologi dan danau sehingga mempengaruhi harga bahan pangan di India.
Di India, katanya, harga komoditas bahan pangan seperti beras, gandum dan jagung melonjak naik usai ramai pemberitaan soal El Nino.
Balaji bahkan menyebut saat ini sudah banyak fenomena bunuh diri karena petani gagal panen akibat kurang air tetapi harus membayar utang untuk modal menanam.

“Jadi lingkaran dari perubahan iklim, El Nino, cadangan air berkurang, gagal panen, dan akhirnya bunuh diri untuk membayar utang,” tutur dia.
Terlebih, sumber-sumber irigasi buat pertanian, termasuk danau, di berbagai belahan dunia banyak yang makin mengering.
Dalam penelitian Balaji dkk. yang dimuat di jurnal Science, lebih dari 50 persen danau terbesar di dunia kehilangan air akibat pemanasan global.
Tim menggabungkan tiga dekade pengamatan dari berbagai satelit dengan model untuk menghitung dan menghubungkan tren penyimpanan danau secara global.

“Kami memiliki informasi yang cukup bagus tentang danau ikonik seperti Laut Kaspia, Laut Aral, dan Laut Salton, tetapi jika Anda ingin mengatakan sesuatu dalam skala global, Anda memerlukan perkiraan tingkat dan volume danau yang dapat diandalkan,” kata Balaji.
Terpisah, Pengamat Lingkungan dari Universitas Airlangga (Unair) Wahid Dianbudiyanto menyebut El Nino bukan terjadi kali ini saja.
Peristiwa serupa terjadi pada 1982-1983 dan 1997-1998, merupakan yang paling intens pada abad ke-20. Bahkan, El Nino periode 1997-1998 menyebabkan ketidakstabilan kondisi dunia, termasuk memicu kekeringan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Berkaca dari pengalaman, menurutnya, “mestinya pemerintah harus belajar untuk meminimalisir dampak yang akan timbul.”

Bentuknya, adaptasi dengan berkolaborasi dengan beragam pihak, termasuk dengan melakukan edukasi dan kampanye.
Selain itu, teknologi modifikasi hujan dapat dilakukan sehingga dapat membantu saat Indonesia dilanda kekeringan panjang.
“Misalkan pada tahun ini, El Nino akan datang ke Indonesia pada bulan Agustus. Maka bisa dikampanyekan untuk menyimpan sebanyak-banyaknya air pada reservoir-reservoir yang ada. Delapan tahun lalu, Indonesia kurang siap sehingga dampaknya cukup berat,” tandasnya.

Disclaimer kesehatan mental. (CNN Indonesia/Fajrian)

(can/arh)

Tokoh

Partai

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi