Masih Ada Hujan Bulan Juni

2 June 2023, 6:44

Jakarta, CNN IndonesiaMusim kemarau diprakirakan semakin meluas di ratusan wilayah dengan penurunan curah hujan pada Juni. Namun demikian, beberapa provinsi diprediksi masih akan dilanda cuaca ekstrem.
Pada 11 Mei, National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) AS merilis prakiraan fenomena El Nino 90 persen terjadi tahun ini dan bisa bertahan hingga 2024.
Peristiwa ini intinya adalah pemanasan suhu lautan di Pasifik yang membawa efek penurunan curah hujan secara global. Artinya, selamat datang kekeringan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam keterangan tertulisnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/5), menuturkan 144 zona musim (ZOM) atau 21 persen dari total 699 ZOM di Indonesia sudah masuk periode musim kemarau per akhir Mei.
Contohnya, Sumatera Utara bagian timur, DKI Jakarta, Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah bagian utara dan timur, DIY bagian selatan, dan Maluku Utara.
Sebanyak 307 ZOM lainnya (44 persen) diprakirakan akan mengalami musim kemarau pada Mei dan Juni.
Meski begitu, berdasarkan Prospek Cuaca Seminggu ke Depan periode 2-8 Juni masih banyak daerah yang memiliki potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Yakni, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
BMKG pun mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di daerah-daerah di atas pada periode tersebut.
“Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.”
Apa sebabnya?
Pertama, faktor global. Fenomena suhu dan tekanan di lautan yang berdampak pada iklim, yakni Southern Oscillation Index (SOI), Indian Ocean Dipole (IOD), dan El Nino, belum menunjukkan pengaruh signifikan terhadap curah hujan di wilayah Indonesia.

Kedua, faktor regional dan lokal.
Rinciannya, fenomena atmosfer Madden Julien Oscillation (MJO) yang menunjukkan kondisi tidak signifikan.
Sementara, selama sepekan ke depan, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Sumatera bag. Utara, Lampung, Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT.
Selain itu, gelombang Kelvin diprakirakan masih akan aktif di Sumatera bagian utara dan tengah, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.”

Tak ketinggalan, daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara dan di Papua. “Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.”
Sirkulasi Siklonik (pusaran angin yang membawa uap air) juga terpantau di Samudra Pasifik utara Papua yang membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin(konvergensi) memanjang di sekitarnya.
Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terpantau di Perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, dari Laut Banda hingga perairan Baubau bagian selatan, dan di Papua.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” menurut prakirawan BMKG.

Curah hujan turun
Meski demikian, BMKG juga mengungkap potensi penurunan curah hujan sejak Juni ini yang terkait dengan fase kemarau.
“Prediksi hujan bulanan pada musim kemarau di Indonesia Hujan bulanan pada periode bulan Juni hingga Oktober 2023 diprediksi umumnya bersifat normal (atau sama dengan rata-ratanya) hingga bawah normal (atau lebih kering dari rata-ratanya),” menurut keterangan BMKG.
Wilayah yang diprediksi mengalami hujan dengan kategori bawah normal pada Juni 2023 meliputi sebagian Aceh, sebagian Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat;
Sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, Sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua.

BMKG juga memperingatkan El Nino mulai terjadi bulan ini walau belum dalam intensitas kuat.
“Dengan peluang >80%, ENSO (El Niño-Southern Oscillation) Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Niño pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat.”
Sebelumnya, Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin memprediksi kekeringan akan mulai terjadi di Indonesia pada Juni akibat El Nino.
(lom/arh)