Bojonegoro (beritajatim.com) – Sejumlah kader DPD Partai NasDem Bojonegoro melakukan walkout saat pembacaan rekomendasi calon bupati yang akan diusung dalam Pilkada Bojonegoro November 2024.
Menyikapi hal itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Nasional Demokrat (DPD Partai NasDem) Bojonegoro Soehadi Muljono mengatakan, kader partai yang tidak sejalan itu akan mendapat konsekuensinya.
“Saya yakin beliau yang meninggalkan tempat sudah diperhitungkan, konsekuensi apa yang akan dihadapi,” ujarnya, Rabu (26/6/2024).
Sebagaimana petunjuk DPW Partai NasDem, lima calon kandidat yang mendaftar di partai bentukan Surya Paloh itu bagus. Tetapi, karena sesuai aturan satu partai hanya bisa mengusung satu kandidat maka dipilih yang paling bagus.
“Anggota harus taat dan tunduk terhadap aturan partai jika masih ingin berada di jajaran Partai Nasdem. Apa yang menjadi keputusan partai harus kita dukung bersama,” tandasnya.
Kedua, lanjut mantan Sekda Bojonegoro itu, bagi anggota yang mendukung kandidat lain, silakan pindah ke tempat lain. Tidak usah ribut yang bisa merugikan Partai NasDem dan lainnya. “Kami memberikan hormat kepada anggota yang memiliki pilihan lain,” ungkapnya.
Sampai saat ini, kata Soehadi Muljono, perkembangan politik di Bojonegoro dalam pengamatan Partai NasDem yang akan berangkat sebagai calon bupati baru Anna Mu’awanah sebagai ketua DPC PKB dan mantan Bupati Bojonegoro periode 2018-2023.
Sebelumnya, ada lima kandidat yang telah mendaftar di Partai NasDem untuk Pilkada Bojonegoro 2024. Kelimanya adalah, tiga kandidat di luar kader partai yakni, Anna Mu’awanah, Edi Sampurno, dan Nurul Azizah. Sedangkan dua kandidat lain merupakan kader terbaik partai sendiri.
“Namun, sesuai perkembangan selama kurang lebih seminggu terakhir kondisi di Bojonegoro yang kami laporkan ke DPW maupun DPP akhirnya merekomendasikan Anna Mu’awanah sebagai calon yang akan diusung NasDem,” pungkasnya.
Sementara, Dewan Pertimbangan DPD Partai NasDem Bojonegoro Alham M Ubay mengaku siap terhadap konsekuensi yang akan diberikan partai atas perbedaan pilihan calon bupati tersebut. “Kami sudah siap atas risikonya,” imbuhnya.
Alham, bersama lima DPC Partai NasDem Bojonegoro akhirnya walkout karena rekomendasi partai yang mendukung Anna Mu’awanah itu dinilai tidak sesuai dengan aspirasi kader di bawah. Sejumlah kader partai yang memiliki satu kursi di legislatif itu akhirnya membuat wadah tersendiri yang disebut Kaukus Perubahan. [lus/ian]