Salah satu riset yang dapat melibatkan kalangan kampus adalah riset bidang perikanan perairan umum daratan. “Terkait dengan kajian stok perikanan perairan umum daratan, menurut saya harus melibatkan kampus. Seharusnya kita (periset) yang mendesain risetnya, pelaksanaan dan monitoringnya melibatkan mahasiswa,” ungkap Handoko dilansir Media Indonesia, Sabtu, 2 April 2022.
Keterlibatan kampus, kata Handoko, sekaligus mendidik generasi muda untuk melakukan kegiatan riset yang tidak bisa diajarkan di bangku kuliah. “Karena riset itu learning by doing, yang tidak bisa diajarkan di bangku kuliah. Kita tidak perlu sumber daya banyak. Walaupun sedikit, tapi harus excellence, dengan melibatkan kampus,” tuturnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca: Antibiotik Alternatif dari Tanaman Sambiloto Inovasi Mahasiswa UB
Sebelumnya, Handoko meninjau Kantor Arkeologi Sumatera Selatan. Ia menerangkan lokasi itu akan menjadi kantor co-working space Kawasan BRIN Palembang.
Terkait riset arkeologi dan bahasa, Handoko meminta para periset fokus pada mekanisme kerja dan substansi riset. Penyiapan tahapan atau Standard Operational Procedure (SOP) sangat diperlukan, termasuk digitalisasi.
“Kalau ada koleksi masuk, apa yang harus dilakukan. Misalnya artefak, harus ada digital 3D, termasuk mengetahui usia artefaknya dengan carbon dating, sehingga semua datanya komplit. Kalau orang mau melakukan riset terkait, tinggal mengambil data yang ada, tanpa harus memegang artefak tesebut yang bisa berpotensi merusak,” kata Handoko.
Handoko juga mendorong para periset segera mengambil pendidikan S3 untuk memperkuat kapasitas SDM. Menurutnya, riset arkeologi dan bahasa menjadi kunci dalam mengatasi masalah di masa mendatang.
“Riset arkeologi dan bahasa sangat penting dalam mengungkap kearifan lokal, mengubah sejarah, bahkan sebagai bahan untuk memperkuat diplomasi,” kata dia
(DEV)