Jreng! Arab Saudi Segera Buka Hubungan ke Israel?

6 June 2023, 7:00

Jakarta, CNBC Indonesia – Arab Saudi didesak segera membuka hubungan dengan Israel. Hal ini ditegaskan Amerika Serikat (AS) melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
“Amerika Serikat memiliki kepentingan keamanan nasional yang nyata dalam mempromosikan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi,” kata Blinken dalam pidatonya dikutip AFP, Selasa (6/6/2023).
“Kami percaya kami bisa dan memang kami harus memainkan peran integral dalam memajukannya,” kata Blinken.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menyebut hal ini tidak mudah. Pemerintah Presiden Joe Biden, tegasnya, tengah mewujudkan hubungan diplomatik penuh antara Arab Saudi dan Israel.
“Kami tetap berkomitmen untuk bekerja menuju hasil itu, termasuk dalam perjalanan saya minggu ini ke Jeddah dan Riyadh untuk menjalin hubungan dengan rekan-rekan Saudi dan Teluk,” katanya.
Washington telah meningkatkan dorongannya untuk hubungan Arab Saudi-Israel setelah keberhasilan Abraham Accords. Ini merupakan inisiatif yang diluncurkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump untuk membujuk negara-negara Arab agar mengakui negara Yahudi.

Meskipun Israel dan Arab Saudi telah lama mempertahankan kontak reguler di tingkat tidak resmi, Riyadh telah menolak untuk mengakui Tel Aviv. Sebagian karena perlakuan Israel terhadap minoritas Palestina.
Blinken sendiri diharapkan tiba di Jeddah, Selasa malam waktu setempat. Ia akan berada di Arab Saudi dari Rabu xinga Kamis di Riyadh, untuk pertemuan tingkat menteri Dewan Kerjasama Teluk dan pertemuan terpisah dari koalisi 80 negara kuat yang memerangi kelompok Negara Islam.
Dalam laporan yang sama, disebut pula bahwa Blinken diperkirakan akan bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Ia kini menjadi kekuatan de facto di negara tersebut, Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri (PM) Arab Saudi.
Perlu diketahui, hubungan AS dengan Arab Saudi telah diuji dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk dengan masalah hak asasi manusia (HAM) seperti pembunuhan jurnalis pembangkang Jamal Khashoggi oleh kelompok yang terkait dengan istana kerajaan dan upaya Riyadh untuk menaikkan harga minyak setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Negeri Raja Salman baru-baru ini juga memberi China kesempatan untuk memasuki dinamika politik Timur Tengah. Di mana Beijing menengahi pemulihan hubungan tentatif antara Riyadh dan musuh bebuyutan Teheran. Di bulan Mei Pangeran MBS juga menjamu Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang legitimasinya ditolak oleh Washington, di Jeddah.
Namun di sisi lain, Washington tetap memberi perlindungan keamanan raksasa Arab tersebut. Di mana Saudi membeli sejumlah besar senjata dari AS.
Keduanya juga terlibat dalam upaya untuk mengakhiri perang selama bertahun-tahun di Yaman, yang mengadu pemberontak Houthi didukung Iran melawan pemerintah yang lemah, yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi. Kerajaan pun menjadi tuan rumah dalam negosiasi Jeddah antara faksi militer yang bertikai di Sudan.
“Ada banyak pekerjaan yang kami coba lakukan dengan kunjungan itu,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri yang menangani urusan Semenanjung Arab, Daniel Benaim.
“Kami fokus pada agenda afirmatif di sini dan banyak pekerjaan besar yang dapat dilakukan negara kita bersama,” tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Israel Masuk! Tak Hanya Kasino, Ini Daftar Proyek ‘Gila’ Arab

(sef/sef)