Jokowi, Sri Mulyani, dan Luhut Bicara Soal Resesi, Yan Harahap: Ini Semacam ‘Fear Mongering’ Bagi Rakyat

25 October 2022, 10:40

FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Kader Partai Demokrat Yan Harahap buka suara soal pidato Presiden Jokowi, Menkeu Sri Mulyani, dan Luhut Binsar Pandjaitan soal resesi.

Menurut Yan Harahap, jika ketiga orang tersebut berbicara hal yang sama, bisa jadi itu semacam, ‘fear mongering’ bagi rakyat.

“Bahwa ekonomi dunia akan gelap gulita atau makin buruk ke depannya,” ujar Yan Harahap dikutip dari unggahan twitternya, @YanHarahap (23/10/2022).

Harahap menambahkan, bisa saja hal tersebut dipidatokan ketiganya sebagai bentuk excuse, agar tidak menjadi yang dipersalahkan bila kondisi ekonomi Indonesia benar-benar memburuk.

“Bisa saja!,” tegasnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo saat acara Pengarahan Presiden kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pangdam dan Kapolda di JCC, Jakarta, dikutip Jumat (30/9/2022) membagikan ancaman kondisi ekonomi global yang ‘gelap gulita’.

Pada kesempatan yang berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan juga memberikan ancaman yang sama. Ekonomi global.

Ketiganya mengungkapkan situasi dunia yang terancam krisis mengerikan dan mengancam pemulihan ekonomi Indonesia. Tiga serangkai ini meminta masyarakat dan semua pihak menyiapkan diri agar tekanan yang dihadapi bisa diantisipasi lebih dini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa kondisi dunia dalam ‘awan gelap’ dan badai besar yang akan menghadang pada tahun depan.

“Hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini, dan tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap, dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi,” kata Jokowi pada pidatonya.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi mengingatkan momok terbesar saat ini oleh semua negara di dunia, yaitu inflasi.

Demikian juga Menkeu Sri Mulyani, memberikan pesan yang tidak kalah tajam, membagikan tiga ancaman global yang patut diperhitungkan.

Pertama adalah mengenai pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir. Banyak negara kini masih dihadapkan dengan penambahan kasus baru dan terjerat luka memar atau scaring effect pasca pandemi.

“Luka dalam perekonomian yang sangat berbeda sekali dengan luka akibat global financial crisis 2008-2009. Atau kalau untuk Indonesia pengalaman 97-98 yaitu financial crisis di asia tenggara, termasuk di negara kita,” kata Sri Mulyani dalam acara UOB Economic Outlook, dikutip Jumat (30/9/2022).

Kedua, kata dia. Perubahan iklim. Dia menegaskan masalah ini bukan akan terjadi di masa depan, melainkan sudah terasa saat sekarang.

“Ini gak bisa climate tunggu sedang konsolidasi fiskal, rakyat lagi kena scaring effect karena pandemi, kamu ke sana dulu ke kutub utara gak juga, dia touch dimana saja. dan kita sudah lihat di semua negara climate change yang tidak ringan,” paparnya.

Ketiga adalah perang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sudah bertemu dengan banyak pimpinan dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tidak dapat memastikan kapan perang akan berakhir.

Keseluruhan persoalan tersebut, menurut Sri Mulyani, tidak hanya akan berdampak pasar keuangan. Akan tetapi juga menyasar sisi yang dibutuhkan masyarakat umum, seperti energi hingga pangan.

Adapun yang disampaikan Menko Luhut dalam kesempatan berbeda. Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan akibat efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak bisa diprediksi kapan berakhir.

Oleh karena itu, dia mengimbau langkah terus strategis dilakukan untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi.

Menurut Luhut, berbagai indikator menunjukkan perekonomian Indonesia masih semakin membaik. Namun, dia mengingatkan harga pangan harus menjadi sorotan.

“Harga pangan strategis masih perlu jadi perhatian pasca-penyesuaian harga BBM,” kata Luhut.

Luhut pun memaparkan, perkembangan indeks harga konsumen di bulan Agustus 2022 yang melambat menjadi 4,69 persen seiring terkendalinya inflasi volatile food.

(Muhsin/fajar).

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi