Category: Tribunnews.com Internasional

  • 6 Fakta Pemakzulan Yoon Suk Yeol Gagal, Mosi Tidak Percaya Part 2 Segera Diluncurkan – Halaman all

    6 Fakta Pemakzulan Yoon Suk Yeol Gagal, Mosi Tidak Percaya Part 2 Segera Diluncurkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemakzulan adalah isu yang seringkali mengundang perhatian publik dan media.

    Baru-baru ini, Majelis Nasional Korea Selatan mengalami kegaduhan ketika terjadi upaya untuk memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol.

    Namun, proses pemakzulan ini tidak berjalan mulus dan pada akhirnya gagal.

    Butuh minimal 200 suara dari total 300 suara di parlemen Korsel untuk bisa melanjutkan proses pemakzulan ke fase berikutnya. Total suara kubu oposisi mencapai 192.

    Mereka harus mampu menggaet minimal delapan suara lagi dari partai berkuasa, Partai Kekuatan Rakyat.

    “Dengan total 195 suara, jumlah tersebut tak memenuhi kuota minimal dua pertiga dari total suara di parlemen. Karenanya, saya putuskan mosi (tidak percaya) ini tidak valid,” kata Ketua Parlemen Korsel Woo Won-shik.

    Yoon menerapkan darurat militer yang hanya bertahan beberapa jam pada Selasa (3/12/2024) lalu, setelah dibatalkan parlemen

    Itu adalah darurat militer pertama yang diterapkan di Korsel selama empat dekade terakhir.

    Juga yang pertama sejak Negeri Ginseng itu, lepas dari rezim militer dan menerapkan pemilihan presiden langsung kali pertama pada 1987.

    Simak beberapa hal penting terkait dengan situasi ini:

    1. Mengapa Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol Muncul?

    Pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol mulai mencuat setelah keputusan kontroversialnya untuk menetapkan darurat militer.

    Keputusan ini, meskipun hanya berlangsung selama enam jam, cukup mengejutkan para anggota majelis dan masyarakat, yang menimbulkan kegaduhan.

    Upaya pemakzulan tersebut, dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Yoon dan dianggap perlu oleh partai oposisi, terutama Partai Demokrat.

    2. Apa yang Terjadi Selama Proses Pemakzulan?

    Setelah pengumuman pemakzulan, situasi menjadi semakin tegang.

    Di pagi hari sebelum pemungutan suara, Presiden Yoon muncul untuk pertama kalinya dan meminta maaf kepada negara.

    Dia berjanji untuk menyerahkan urusan pemerintahan kepada partai yang berkuasa, termasuk mempertimbangkan pengurangan masa jabatannya.

    Saat pemungutan suara berlangsung pada pukul 5 sore di Seoul, Han Donghoon, pemimpin partai yang berkuasa, mengunjungi Perdana Menteri Han Ducksoo.

    Mereka berdua menyampaikan pesan yang berfokus pada pemulihan ekonomi, sebuah langkah yang dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan publik.

    3. Mengapa Pemungutan Suara Gagal?

    Meskipun banyak harapan dari pihak oposisi, hampir semua anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat memboikot pemungutan suara tersebut.

    Hal ini mengejutkan pihak oposisi yang telah memperkirakan akan ada beberapa anggota dari partai yang berkuasa yang akan mendukung pemakzulan.

    Akibatnya, pengumpulan suara yang cukup untuk mengesahkan mosi pemakzulan menjadi mustahil.

    Pemimpin oposisi, Lee Jaemyung dari Partai Demokrat, berjanji untuk terus mendorong pemakzulan dan bahkan menjanjikan hadiah Natal bagi yang mendukungnya.

    4. Respons Masyarakat

    Sementara itu, situasi di luar parlemen tidak kalah menarik.

    Sekelompok besar demonstran berkumpul untuk menyatakan dukungan bagi pemakzulan Yoon, sementara di sisi lain kota, terdapat demonstrasi tandingan yang menuntut agar mosi pemakzulan dibatalkan.

    Keberadaan demonstrasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Korea Selatan memiliki pendapat yang terpolarisasi mengenai kepemimpinan Yoon dan langkah-langkah yang diambilnya.

    5. Gagalnya Pemakzulan

    Kegagalan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol menunjukkan dinamika politik yang kompleks di Korea Selatan.

    Di satu sisi, upaya pemakzulan mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinan Yoon, namun di sisi lain, dukungan dari partai yang berkuasa menunjukkan bahwa ada harapan untuk stabilitas pemerintahan.

    Bagaimana situasi ini akan berkembang di masa depan masih belum bisa diprediksi, tetapi yang jelas, politik Korea Selatan tetap menarik untuk diikuti.

    6. Mosi Tidak Percaya Part 2

    Sebagian demonstran tampak menangis atas kegagalan parlemen memakzulkan Yoon.

    Sebagian lainnya meneriakkan kekecewaan kepada para legislator.

    ’’Meskipun kami gagal mendapatkan yang kami inginkan hari ini (kemarin), kami tidak putus asa karena pada akhirnya kami akan mendapatkannya,” kata Jo Ah-gyeong, salah seorang demonstran, kepada AFP.

    Kalangan oposisi akan mengajukan mosi tidak percaya lagi untuk memakzulkan Yoon pada Rabu (11/12/2024 mendatang.

    Para demonstran juga menyatakan siap kembali mendukung.

    ”Saya akan memakzulkan Yoon Suk-yeol yang telah menjadi ancaman paling membahayakan bagi Korea Selatan dengan segala cara,” kata Lee Jae-myung, pemimpin oposisi.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Misteri Hilangnya Pesawat Assad dan Reaksi Masyarakat Suriah – Halaman all

    Misteri Hilangnya Pesawat Assad dan Reaksi Masyarakat Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pesawat yang mengangkut Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan hilang dari radar setelah mencoba melarikan diri dari situasi kacau di negaranya.

    Kejadian ini menimbulkan banyak spekulasi mengenai nasib presiden dan situasi politik Suriah.

    Kapan Pesawat Assad Menghilang?

    Pesawat Ilyushin 76 yang digunakan oleh presiden Assad menghilang secara misterius dari radar tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Damaskus pada Minggu, 8 Desember 2024.

    Data dari situs pemantau penerbangan, Flightradar, memperkuat laporan mengenai hilangnya pesawat tersebut.

    Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa pesawat itu terpantau meninggalkan Bandara Damaskus.

    Sebelum hilang, pesawat tersebut semula terbang menuju wilayah pesisir Suriah, yang merupakan basis kuat sekte Alawite tempat Assad berasal.

    Namun, tak lama kemudian, pesawat tersebut secara tiba-tiba memutar balik dan terbang ke arah berlawanan sebelum akhirnya menghilang dari radar.

    Laporan dari jurnalis Mesir, Khaled Mahmoued, menyebutkan bahwa pesawat itu mengalami penurunan ketinggian yang dramatis.

    Dari ketinggian awal sekitar 3.650 meter, pesawat anjlok ke ketinggian 1.070 meter dalam beberapa menit.

    Pada pukul 09:48 WIB, pesawat tersebut dilaporkan mengalami kecelakaan di dekat Al-Suwayri.

    Apa Penyebab Hilangnya Pesawat?

    Walaupun tidak ada penjelasan resmi mengenai hilangnya pesawat tersebut, Khaled Mahmoued berspekulasi bahwa pesawat itu jatuh akibat diberondong tembakan.

    Data radar penerbangan menunjukkan bahwa pesawat kemungkinan besar telah ditembak jatuh.

    “Ketinggian pesawat Syrian Air IL-76 turun tiba-tiba dan tampaknya ditembak jatuh,” ujar Mahmoud di platform media sosial X, mengutip Newsx.

    Apa Dampak dari Kejadian Ini Terhadap Pemerintahan Suriah?

    Setelah pelarian presiden Assad, komando militer Suriah mengumumkan bahwa era pemerintahannya telah runtuh akibat serangan pemberontak yang mengguncang negara tersebut.

    Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, berusaha menstabilkan keadaan dengan memastikan lembaga publik tetap berfungsi.

    Bagaimana Respon Perdana Menteri?

    Al-Jalali menyatakan kesiapannya untuk mendukung transisi pemerintahan dan meminta agar pemberontak memberikan jaminan untuk tidak menyakiti siapa pun.

    “Kami siap untuk mengulurkan tangan kepada oposisi dan menyerahkan fungsi pemerintahan kepada pemerintah transisi,” ungkapnya dalam pernyataan video yang dirilis oleh Associated Press.

    Sementara itu Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Al Julani, menyatakan bahwa seluruh pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga publik.

    Ia menekankan bahwa semua lembaga pemerintah tetap berada di bawah pengawasan Perdana Menteri Suriah hingga pengalihan kekuasaan secara resmi terjadi.

    “Tembakan perayaan juga dilarang,” ujar Al Julani.

    Bagaimana Reaksi Masyarakat Terhadap Kejadian Ini?

    Penggulingan rezim Assad disambut suka cita oleh masyarakat di Damaskus.

    Selebrasi besar-besaran dilakukan untuk merayakan pencopotan rezim yang telah berkuasa selama 50 tahun.

    Rekaman video menunjukkan para pemberontak berseragam melepaskan tembakan ke udara dan meneriakkan “Allahu Akbar.” Warga di ibu kota bahkan menaiki tank dan berkumpul untuk merayakan peristiwa monumental ini.

    Kejadian hilangnya pesawat presiden Assad menandai sebuah titik balik dalam sejarah Suriah.

    Sementara situasi di lapangan masih tidak menentu, gelombang harapan untuk perubahan dan stabilitas di Suriah tampaknya mulai terlihat di antara masyarakat.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Rezim Bashar al-Assad Runtuh, PM Suriah Tuntut Pemilu Segera Digelar – Halaman all

    Rezim Bashar al-Assad Runtuh, PM Suriah Tuntut Pemilu Segera Digelar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah sepertinya berakhir pada hari Minggu (8/12/2024) ini setelah pemberontakan yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Suriah mengumumkan penggulingan kekuasaan melalui siaran televisi nasional.

    Pengumuman tersebut, pun mengakhiri dinasti keluarga Assad yang telah berkuasa di Suriah selama 50 tahun terakhir.

    “Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita tentang pembebasan para tahanan kami, pembebasan rantai mereka, dan pengumuman berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata seorang pemberontak kepada Reuters, merujuk pada penjara militer besar di pinggiran Damaskus tempat pemerintah Suriah menahan ribuan orang.

    Saat warga Suriah mengungkapkan kegembiraan atas tergulingnya rezim Assad, hal berbeda dirasakan oleh sosok Perdana Menteri Suriah saat ini, Mohammad Ghazi al-Jalali.

    Jalali mengaku, dirinya khawatir terkait kekosongan pemerintahan pasca jatuhnya rezim Assad di Suriah.

    Sosok yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri Suriah pada 14 September 2024 lalu ini, mengatakan negara harus segera mengadakan pemilihan umum (pemilu) untuk mengisi kekosongan tersebut.

    Guna mengisi pemerintahan yang ada, Jalali menilai pemilu yang bersifat bebas agar rakyat bisa memilih siapa pun pihak yang mereka inginkan untuk memerintah Suriah.

    Namun demikian, Jalali menilai langkah tersebut adalah hal yang rumit, mengingat Suriah bakal memiliki banyak kepentingan kompleks yang berbenturan pasca rezim Assad runtuh.

    Jalali mengatakan, kini banyak kelompok yang akan mencoba mengisi kekosongan tersebut, mulai dari kubu Islamis hingga kubu yang memiliki hubungan dengan Amerika Serikat, Rusia, dan Turki.

    Dikutip dari Reuters, Jalali juga mengatakan bahwa ia telah berhubungan dengan komandan pemberontak Abu Mohammed al-Golani untuk membahas penyelenggaraan pemilu dalam periode transisi saat ini.

    Jalali menilai, koordinasi dengan militer ini sangat dibutuhkan untuk yang menandai perkembangan penting dalam upaya membentuk masa depan politik Suriah pasca rezim Assad terguling.

    Israel Dibikin Was-was

    Aksi pemberontak yang berhasil menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah menarik perhatian Israel. Untuk mencegah konflik yang terjadi di Suriah meluas ke wilayahnya,

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pun mengambil langkah baru terkait keamanan di perbatasan.

    IDF mengumumkan telah memperketat pengamanan di Dataran Tinggi Golan, sebuah wilayah yang menjadi zona penyangga antara Israel dan Suriah.

    Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengantisipasi pergerakan pemberontak Suriah yang mungkin akan menyerang Israel setelah jatuhnya rezim Assad.

    Dalam pernyataan yang diterbitkan pada Minggu (8/12/2024), IDF menegaskan bahwa mereka telah menempatkan pasukan di zona penyangga serta beberapa area lainnya yang dianggap perlu untuk menjaga keamanan wilayah Dataran Tinggi Golan dan warga Israel.

    Menurut IDF, langkah tersebut diambil setelah evaluasi terbaru mengenai situasi di Suriah, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya serangan dari pemberontak Suriah yang bisa memasuki zona penyangga.

    Dalam pernyataannya, IDF juga menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung di Suriah dan tidak mendukung pihak mana pun.

    “Kami menegaskan bahwa IDF tidak campur tangan dalam peristiwa yang terjadi di Suriah,” kata militer Israel.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Sepak Terjang Golani, Bos Pemberontak Suriah Eks Al Qaeda, Lepas Sorban Kini Lebih Moderat – Halaman all

    Sepak Terjang Golani, Bos Pemberontak Suriah Eks Al Qaeda, Lepas Sorban Kini Lebih Moderat – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SURIAH – Abu Mohammed al-Golani, pemimpin oposisi bersenjata yang dituduh sebagai pemberontak,  klaim telah merebut sebagian besar wilayah Suriah dalam serangan mendadak sejak 27 November 2024 lalu.

    Abu Mohammed al-Golani dulunya adalah seorang ekstremis eks Al Qaeda yang kini berubah lebih moderat.

    Sebagai pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang berakar pada cabang al-Qaeda di Suriah, Golani mengatakan tujuan serangannya adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

    “Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kami untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan itu,” kata Golani kepada CNN dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Jumat (6/12/2024).

    Golani selama bertahun-tahun beroperasi dari balik bayang-bayang, lari dan bersembunyi. 

    Sekarang, ia menjadi pusat perhatian setelah pemberontakannya di Suriah terbilang sukses.

    Abu Mohammed al-Golani dulu sering memakai sorban. (MEE)

    Kini dia berani tampil di depan publik, memberikan wawancara kepada media internasional dan memperlihatkan dirinya di kota terbesar kedua di Suriah, Aleppo.

    Selama bertahun-tahun ia berhenti mengenakan sorban yang biasa dikenakan para jihadis, dan lebih memilih seragam militer.

    Pada Rabu lalu, ia mengenakan kemeja khaki dan celana panjang untuk mengunjungi benteng Aleppo.

    Golani berdiri di pintu kendaraan putih yang dinaikininya  sambil melambaikan tangan dan berjalan di antara kerumunan.

    Sejak memutuskan hubungan dengan al-Qaeda pada tahun 2016, Golani berusaha menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang lebih moderat.

    Abu Mohammed al-Golani dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN baru-baru ini. 

    Namun ia belum dapat meredakan kecurigaan di kalangan analis dan pemerintah Barat yang masih menggolongkan HTS sebagai organisasi teroris.

    “Dia seorang radikal pragmatis,” kata Thomas Pierret, seorang spesialis Islam politik, kepada AFP.

    “Pada tahun 2014, ia berada di puncak radikalismenya,” kata Pierret, merujuk pada periode perang ketika ia berusaha bersaing dengan kelompok jihadis ISIS.

    “Sejak saat itu, ia telah memoderasi retorikanya.”

    Sepak Terjang Golani

    Lahir pada tahun 1982, Golani dibesarkan di Mazzeh, distrik kelas atas di Damaskus.

    Ia berasal dari keluarga kaya dan merupakan seorang terpelajar.

    Selama serangan yang dilancarkannya pada tanggal 27 November, ia mulai menandatangani pernyataannya dengan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa.

    Pada tahun 2021, ia mengatakan kepada lembaga penyiaran AS PBS bahwa nama samaran yang dipakainya merujuk pada akar keluarganya di Dataran Tinggi Golan.

    Dia mengatakan kakeknya terpaksa melarikan diri setelah Israel mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari.

    Menurut situs berita Middle East Eye, setelah serangan 11 September 2001, Golani pertama kali tertarik pada pemikiran jihad.

    “Akibat kekagumannya terhadap para penyerang 9/11, tanda-tanda pertama jihadisme mulai muncul dalam kehidupan Golani, saat ia mulai menghadiri ceramah-ceramah rahasia dan diskusi panel di daerah pinggiran kota Damaskus,” kata situs web tersebut.

    Setelah invasi pimpinan AS ke Irak, ia meninggalkan Suriah untuk ikut serta dalam pertempuran.

    Ia bergabung dengan al-Qaeda di Irak, yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi.

    Kemudian ditahan selama lima tahun, sehingga ia tidak dapat naik pangkat dalam organisasi jihad tersebut.

    Pada bulan Maret 2011, ketika pemberontakan terhadap pemerintahan Assad meletus di Suriah.

    Dia kembali ke tanah air dan mendirikan Front Al-Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah.

    Pada tahun 2013, ia menolak untuk bersumpah setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, yang kemudian menjadi emir kelompok ISIS.

    Dia sebaliknya menjanjikan kesetiaannya kepada Ayman al-Zawahiri dari al-Qaeda.

    Seorang realis di mata para pendukungnya, seorang oportunis bagi para musuhnya, Golani mengatakan pada bulan Mei 2015 bahwa dia tidak seperti ISIS,.

    Tidak mempunyai niat untuk melancarkan serangan terhadap Barat.

    Ia juga menyatakan bahwa apabila Assad dikalahkan, tidak akan ada serangan balas dendam terhadap minoritas Alawite yang merupakan asal klan presiden.

    Dia memutuskan hubungan dengan al-Qaeda, dengan alasan ingin menghilangkan alasan Barat untuk menyerang organisasinya.

    Menurut Pierret, sejak itu ia berusaha memetakan jalan untuk menjadi negarawan yang kredibel.

    Pada bulan Januari 2017, Golani memaksakan penggabungan dengan HTS terhadap kelompok-kelompok Islam pesaing di Suriah barat laut, dengan demikian mengklaim kendali atas sebagian besar provinsi Idlib yang telah jatuh dari tangan pemerintah.

    Di wilayah kekuasaannya, HTS mengembangkan pemerintahan sipil dan mendirikan negara di provinsi Idlib, sambil menghancurkan para pemberontak yang menjadi pesaingnya.

    Selama proses ini, HTS menghadapi tuduhan dari penduduk dan kelompok hak asasi manusia atas pelanggaran brutal terhadap mereka yang berani menentang, yang oleh PBB digolongkan sebagai kejahatan perang.

    Mungkin menyadari ketakutan dan kebencian yang ditimbulkan kelompoknya, Golani telah berbicara kepada penduduk Aleppo, rumah bagi minoritas Kristen yang cukup besar, dalam upaya untuk meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan menghadapi bahaya apa pun di bawah rezim barunya.

    Ia juga meminta para pejuangnya untuk menjaga keamanan di wilayah yang telah mereka “bebaskan” dari kekuasaan Assad.

    “Saya pikir yang terutama adalah politik yang baik,” kata Aron Lund, seorang peneliti di lembaga pemikir Century International.

    “Semakin sedikit kepanikan lokal dan internasional yang Anda rasakan dan semakin Golani tampak seperti aktor yang bertanggung jawab alih-alih ekstremis jihad yang beracun, semakin mudah pekerjaannya. Apakah itu benar-benar tulus? Tentu saja tidak,” katanya.

    “Tetapi itu adalah hal yang cerdas untuk dikatakan dan dilakukan saat ini.”

    Sumber: CNN/Times of Israel

     

     

  • Suriah Geger Serangan Pemberontak: AS, Yordania, Irak Desak Warga Angkat Kaki Tinggalkan Damaskus – Halaman all

    Suriah Geger Serangan Pemberontak: AS, Yordania, Irak Desak Warga Angkat Kaki Tinggalkan Damaskus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak warga negaranya untuk segera meninggalkan ibu kota Suriah, Damaskus di tengah meningkatnya pertempuran antara pemberontak dan pasukan rezim.

    Desakan itu disampaikan Kedubes AS di Damaskus, Suriah, Sabtu (7/12/2024).

    Dalam keterangan resmi yang dikutip dari Anadolu, Kedubes AS menghimbau warga negaranya untuk segera meninggalkan Suriah karena situasi keamanan di wilayah itu terus bergejolak buntut pertempuran antar kelompok bersenjata.

    Terlebih saat ini Kedubes AS di Damaskus telah menghentikan operasinya sejak 2012.

    Oleh karena itu pemerintah AS tidak dapat memberikan layanan konsuler bagi warga AS apabila tidak segera mengevakuasi dirinya dari Suriah

    “Departemen Luar Negeri mendesak warga AS untuk meninggalkan Suriah sekarang sementara opsi komersial masih tersedia di Damaskus,” kata Kedubes AS.

    Tak hanya AS, Yordania turut mengeluarkan peringatan keamanan dan meminta warganya untuk segera meninggalkan Suriah sesegera mungkin.

    “Kami mendesak warganya untuk evakuasi secepatnya karena adanya perang saudara di Suriah. Untuk mempercepat evakuasi pemerintah telah membentuk tim krisis yang bertugas membawa warga negara Yordania kembali dengan selamat,” tegas Kementerian Luar Negeri Yordania

    Langkah serupa juga diikuti  Kedutaan Irak di Damaskus, yang mendesak warganya agar menghubungi fasilitas diplomatik untuk membantu mereka kembali ke Irak.

    Menyusul yang lainnya, Rusia melalui kedutaannya juga mengimbau warganya “untuk meninggalkan Suriah menggunakan pesawat komersial dari bandara yang masih beroperasi,”

    Geger Serangan Pemberontak di Suriah

    Ketegangan di Suriah mulai memanas setelah Kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra) dan sejumlah kelompok bersenjata lainnya melancarkan operasi besar-besaran terhadap pemerintah Suriah.

    Mereka perlahan bergerak maju dari arah utara di wilayah Idlib, di sebelah barat laut Suriah, menuju Kota Aleppo dan Hama.

    Hingga akhirnya Aleppo kota terbesar kedua di Suriah, berhasil direbut yang adalah kelompok-kelompok militan itu.

    Terbaru, para pasukan pemberontak dikabarkan mulai memasuki ibu kota Suriah, Damaskus pada Minggu (8/7/2024).

    Pemimpin Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Jolani,mengungkap ada 2 tujuan utama mengapa para pemberontak menggulingkan pemerintahan Bashar Al Assad.

    Pertama untuk menciptakan pemerintahan yang didasarkan pada lembaga dan dewan yang “dipilih oleh rakyat.”

    Kedua, menerapkan praktik Islam yang tidak brutal. Ini lantaran beberapa praktik Islam ekstrem yang diterapkan presiden Bashar Al Assad telah menciptakan “perpecahan” antara HTS dan kelompok jihad.

    Presiden Suriah Kabur

    Pasca pasukan pemberontak memasuki kota Damaskus, Presiden Suriah Bashar Al Assad melarikan diri.

    Pemerintah Suriah belum mengonfirmasi kepergian Assad, tetapi menurut badan pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights ia terbang ke luar negeri.

    Hal serupa juga dikonfirmasi dua perwira senior militer, mereka mengatakan kepada Reuters, bahwa Assad telah kabur namun belum diketahui kepergiannya.

    Namun, setelah pesawat tersebut pergi meninggalkan Suriah, jurnalis Mesir Khaled Mahmoued mengatakan pesawat itu menunjukkan pergerakan yang tidak biasa dan dilaporkan mengalami penurunan ketinggian dengan cepat.

    Tak lama kemudian, pesawat tersebut dikabarkan hilang dari radar setelah mengalami kecelakaan di dekat Al-Suwayri dan jatuh di suatu tempat di luar kota Homs, mengutip dari Next.

    “Pesawat yang dilaporkan membawa Assad telah menghilang dari radar dan tiba-tiba jatuh dari ketinggian lebih dari 3.650 meter ke 1.070 meter dalam beberapa menit,” ungkap Khaled Mahmoued di X, mengutip dari Newsx.

    Meski demikian laporan media setempat belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai munculkan isu ini

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • Rezim Assad Runtuh, Analis Militer: Tidak Ada yang Menduga Tentara Suriah Begitu Rapuh – Halaman all

    Rezim Assad Runtuh, Analis Militer: Tidak Ada yang Menduga Tentara Suriah Begitu Rapuh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Banyak pihak terkejut dengan rapuhnya Tentara Suriah, yang telah bertempur selama bertahun-tahun dalam perang saudara yang mengerikan.

    Elias Hanna, seorang analis militer, menyoroti bahwa meskipun pasukan Suriah terus mengumumkan penempatan ulang dari berbagai kota, mereka gagal membangun pertahanan yang memadai terhadap kemajuan pemberontak.

    “Tidak seorang pun menduga Tentara Suriah begitu rapuh,” ungkapnya, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (8/12/2024).

    Ini menunjukkan bahwa ada kurangnya keinginan dari pasukan untuk bertempur, terutama dari Aleppo hingga ke ibu kota.

    Hanna juga mengajukan pertanyaan penting tentang ketidakhadiran Divisi Keempat Tentara Arab Suriah, yang merupakan pasukan bersenjata lengkap di bawah komando Maher al-Assad, saudara dari Presiden Bashar al-Assad.

    “Ke mana pasukan ini pergi? Ke mana peralatan mereka?” tanya Hanna, menciptakan keraguan tentang struktur dan kesiapan Tentara Suriah.

    David Des Roches, seorang profesor madya di Pusat Studi Keamanan Asia Selatan-Timur Dekat, menjelaskan bahwa keberhasilan serangan pemberontak berkaitan erat dengan kurangnya moral dan kepemimpinan dalam Tentara Suriah.

    Menurutnya, sejak intervensi Iran dan Rusia pada tahun 2014, laporan mengenai kepemimpinan yang buruk dan korupsi di antara pasukan rezim semakin marak.

    Ia menegaskan, “Ketika kekuatan udara Rusia disingkirkan, yang tersisa adalah lembaga yang mengalami demoralasi dan dipimpin dengan buruk.”

    Hal ini semakin memperburuk kondisi tentara, yang kini enggan mengambil risiko dalam situasi kritis.

    Pemerintahan Al-Assad

    Keluarga al-Assad telah memerintah Suriah selama lebih dari 50 tahun.

    Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad, mulai berkuasa sejak tahun 1971 hingga kematiannya pada tahun 2000.

    Setelah itu, Bashar, mantan mahasiswa kedokteran, menggantikan posisi sebagai presiden dan pemimpin Partai Baath.

    11 tahun setelah Bashar al-Assad mengambil alih, warga Suriah mulai menuntut reformasi demokrasi.

    Respons al-Assad terhadap protes ini adalah tindakan keras, yang berujung pada konflik bersenjata yang mengakibatkan ratusan ribu jiwa melayang.

    Ia dituduh menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil dan meski tidak pernah memenangkan perang.

    Al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaan dengan dukungan dari pengikutnya, termasuk partai politik minoritas Alawite.

    Awal Era Baru di Suriah

    Oposisi bersenjata Suriah menyatakan bahwa runtuhnya pemerintahan al-Assad menandai akhir dari era penindasan yang panjang.

    Dengan demikian, meskipun keruntuhan rezim Assad menunjukkan potensi perubahan, tantangan besar masih mengadang di depan.

    Apakah Suriah akan mampu bertransisi menuju pemerintahan yang lebih stabil dan demokratis?

    Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Bashar al-Assad Kabur dari Damaskus: Oposisi Rayakan Kebebasan – Halaman all

    Bashar al-Assad Kabur dari Damaskus: Oposisi Rayakan Kebebasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan telah melarikan diri dari Damaskus ke lokasi yang tidak diketahui.

    Hal ini terjadi saat pejuang oposisi memasuki ibu kota dan warga merayakan kebebasan dari pemerintahan Assad yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun.

    Para pejuang oposisi berhasil memasuki jantung kota Damaskus, dengan Hadi al-Bahra, pemimpin koalisi oposisi politik Suriah di luar negeri, menyatakan bahwa Damaskus kini bebas dari kekuasaan al-Assad.

    “Selamat kepada rakyat Suriah,” ungkap al-Bahra dalam pernyataannya, dikutip dari Al Jazeera.

    Sementara itu, Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali menyatakan bahwa ia tetap berada di rumahnya dan bersedia bekerja sama dengan oposisi.

    Al-Jalali juga menekankan pentingnya memastikan lembaga-lembaga publik tetap berfungsi.

    Abu Mohamed al-Julani, kepala kelompok pejuang utama Hayat Tahrir al-Sham, telah menginstruksikan para pejuang untuk tidak menyerang lembaga dan layanan publik.

    Hal ini menunjukkan upaya untuk menjaga stabilitas di tengah perubahan yang cepat.

    Perayaan Kebebasan

    Kegembiraan melanda Damaskus dengan teriakan “Kebebasan! Kebebasan!” saat warga merayakan berakhirnya pemerintahan al-Assad.

    Para pejuang juga membebaskan tahanan di Penjara Sednaya, mirip dengan yang dilakukan di kota-kota lain yang telah mereka kuasai dalam serangan kilat selama sepuluh hari terakhir.

    Laporan menunjukkan bahwa tentara Suriah mulai menjatuhkan senjata mereka saat menghadapi pasukan pemberontak yang terus maju.

    Pada Minggu (8/12/2024) pagi, komando militer mengonfirmasi bahwa pemerintahan al-Assad telah berakhir, menurut laporan Reuters.

    Sebelumnya, para pejuang juga menguasai kota Homs, yang terletak dua jam perjalanan ke utara Damaskus.

    Penguasaan Homs yang strategis memutus hubungan antara ibu kota dan benteng pesisir al-Assad di Lattakia dan Tartus, menambah tekanan pada rezim yang telah berkuasa selama beberapa dekade.

    Perkembangan ini menunjukkan momen penting dalam konflik Suriah, dengan harapan baru bagi warga yang mendambakan perubahan.

    Kuasai Penjara

    Dikutip dair CNN, pemberontak Suriah yang berperang melawan pemerintah Bashar al-Assad mengklaim mereka telah menguasai Penjara Militer Saydnaya yang terkenal kejam di utara Damaskus, menurut sebuah pernyataan pada hari Minggu (8/12/2024).

    “Kami sampaikan berita kepada rakyat Suriah tentang pembebasan tahanan kami dan pelepasan belenggu mereka, serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di Penjara Saydnaya,” kata pernyataan itu.

    Amnesty International menjuluki Saydnaya sebagai “rumah pemotongan manusia ” dalam laporan tahun 2017 setelah mendokumentasikan secara ekstensif hukuman gantung massal di sana.

    Laporan Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia pada bulan Juli 2023 menyoroti “pola penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat yang terus meluas dan sistematis, termasuk penghilangan paksa” di dalam fasilitas penahanan Suriah termasuk Saydnaya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Update Suriah: Kepanikan di Bandara, Presiden Tinggalkan Damaskus, Pemberontak Kuasai TV Pemerintah – Halaman all

    Update Suriah: Kepanikan di Bandara, Presiden Tinggalkan Damaskus, Pemberontak Kuasai TV Pemerintah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kekacauan dan kepanikan terjadi di dalam Bandara Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi waktu setempat, saat pasukan pemberontak Suriah terus bergerak cepat menuju ibu kota.

    Middle East Spectator, media independen yang meliput situasi di Timur Tengah mengunggah video situasi di Bandara Damaskus.

    Dalam video tersebut, puluhan orang terlihat berlarian melewati pos pemeriksaan keamanan dan bergegas menuju gerbang keberangkatan.

    Mengutip CNN, bandara tersebut tampaknya kekurangan staf, dan situs web pemantauan penerbangan tidak menunjukkan jadwal keberangkatan dalam waktu dekat.

    Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan telah menaiki pesawat dan meninggalkan Damaskus menuju lokasi yang tidak diketahui, lapor kantor berita Reuters, mengutip dua perwira senior Suriah.

    Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) juga melaporkan bahwa sebuah pesawat pribadi yang meninggalkan Bandara Damaskus diduga membawa Assad.

    Pasukan pemerintah di bandara tersebut dipulangkan setelah kepergiannya, tambah SOHR.

    Kejadian ini berlangsung ketika pasukan pemberontak mengklaim telah memasuki ibu kota Suriah.

    Namun, Middle East Spectator melaporkan melalui akun Telegram-nya bahwa pesawat yang diduga membawa Assad mengalami kecelakaan.

    Dengan menyertakan tangkapan layar dari FlightRadar24, Middle East Spectator menduga bahwa Assad meninggalkan Damaskus dengan pesawat Ilyushin-76T.

    Tangkapan layar FlightRadar24 (FlightRadar24)

    Namun, pesawat tersebut menunjukkan pergerakan yang tidak biasa dan dilaporkan mengalami penurunan ketinggian dengan cepat.

    Tak lama kemudian, pesawat tersebut dikabarkan hilang dari radar.

    Pada pukul 09.48 WIB, pesawat tersebut dilaporkan mengalami kecelakaan di dekat Al-Suwayri.

    Hingga berita ini ditulis, media arus utama belum melaporkan mengenai kecelakaan tersebut.

    Kronologi serangan mendadak pemberontak Suriah, dari Aleppo hingga Damaskus

    Mengutip Al Jazeera, berikut timeline serangan pemberontak di Suriah serta perkembangan terkini.

    27 November: Pemberontak Suriah melancarkan serangan mendadak ke kota terbesar kedua di negara itu, Aleppo, yang membuat al-Assad, sekutunya, dan sebagian besar dunia, lengah.

    1 Desember: Dalam beberapa hari, pemberontak menguasai Aleppo, kecuali beberapa distrik yang mayoritas dihuni Kurdi yang dikuasai oleh pejuang Kurdi.

    5 Desember: Pemberontak melanjutkan serangan mereka, mengumumkan bahwa mereka telah merebut Hama, kota terbesar keempat di negara itu.

    7 Desember: Pemberontak mengatakan bahwa mereka telah memulai operasi untuk mengepung ibu kota Damaskus yang dikuasai pemerintah setelah merebut kota-kota di dekatnya.

    8 Desember:

    Pemberontak mengumumkan telah menguasai Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, dan mengatakan bahwa mereka sekarang memasuki Damaskus.

    – Administrasi Urusan Militer, yang mewakili oposisi bersenjata, mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat:

    “Pasukan kami telah mulai memasuki ibu kota Damaskus.”

    – Oposisi Suriah mengatakan para pejuangnya telah membebaskan semua tahanan di Penjara Sednaya dekat Damaskus.

    Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan penjara tersebut adalah tempat pasukan pemerintah melakukan penyiksaan yang mengerikan terhadap para tahanan.

    “Kami mengumumkan berakhirnya era tirani di Penjara Sednaya,” kata pihak oposisi dalam sebuah pernyataan.

    – Oposisi Suriah rebut gedung Radio dan TV Publik di Damaskus

    Kontributor Al Jazeera Arabic, mengutip sumber-sumber oposisi, melaporkan bahwa pemberontak telah mengambil alih gedung Radio dan TV Publik di ibu kota Suriah.

    Gedung Radio dan TV Publik merupakan situs penting dan simbolis di Suriah.

    Selain berlokasi di jantung kota Damaskus, gedung tersebut digunakan untuk mengumumkan pemerintahan baru selama era kudeta berturut-turut di Suriah pada tahun 1950-an dan 1960-an.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Bashar al-Assad Kabur dari Damaskus: Oposisi Rayakan Kebebasan – Halaman all

    Pemberontak Mulai Kepung Ibu Kota Suriah, Pejabat AS: Damaskus Akan Jatuh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Damaskus diperkirakan akan jatuh, menurut tiga pejabat AS yang berbicara kepada CBS News, setelah pemberontak Suriah mulai mengepung ibu kota dalam serangan cepat.

    Tiga pejabat AS tersebut mengatakan bahwa kekuasaan keluarga Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang dimulai pada tahun 1971, tampaknya akan segera berakhir.

    Bashar al-Assad juga dikabarkan telah meninggalkan Suriah, meski kantornya membantah kabar tersebut.

    Pemberontak Suriah mengklaim telah merebut kota Homs, salah satu kota utama di Suriah tengah, pada Minggu (8/12/2024) dini hari.

    Pemberontak mencapai pinggiran Kota Damaskus pada hari Sabtu setelah sebelumnya berhasil menguasai beberapa kota besar di Suriah.

    Rami Abdurrahman, pemimpin Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, sebuah lembaga pemantau perang oposisi, mengatakan bahwa pemberontak sekarang aktif di pinggiran kota Damaskus, seperti Maadamiyah, Jaramana, dan Daraya.

    Ia menambahkan bahwa pasukan oposisi juga bergerak dari timur Suriah menuju pinggiran Damaskus di Harasta pada hari Sabtu.

    Seorang komandan pemberontak, Hassan Abdul-Ghani, memposting di aplikasi perpesanan Telegram bahwa pasukannya telah memulai “tahap akhir” serangan mereka dengan mengepung Damaskus.

    Orang-orang bersenjata di jalanan Hama. Setelah mengambil kendali atas sejumlah kota dan distrik strategis, termasuk Hama dan Homs, koalisi faksi oposisi anti-rezim Pemerintah Suriah, Sabtu (7/12/2024) mulai mengepung ibu kota, Damaskus. (khaberni/HO)

    Ia juga menambahkan bahwa pemberontak bergerak dari selatan Suriah menuju Damaskus.

    Pada Minggu dini hari waktu setempat, Ghani menyatakan bahwa pasukan pemberontak telah “sepenuhnya membebaskan” Homs, kota terbesar ketiga di Suriah, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

    Pasukan pemerintah diduga telah meninggalkan kota tersebut.

    Jika pemberontak benar-benar menguasai Homs, mereka akan memutus jalur komunikasi antara Damaskus, pusat kekuasaan Bashar al-Assad, dengan wilayah pesisir utara yang merupakan basis pendukung presiden.

    Bagaimana Reaksi Rusia, Iran, dan Amerika Serikat?

    Assad sebenarnya memiliki sekutu kuat, yakni Iran dan Rusia.

    Namun, Rusia tengah disibukkan dengan konfliknya sendiri di Ukraina.

    Sementara itu, Hizbullah Lebanon, yang didukung Iran, telah melemah akibat konflik setahun terakhir dengan Israel.

    Proksi Iran lainnya di kawasan tersebut juga terpukul oleh serangan udara Israel.

    Pada hari Sabtu, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengomentari situasi tersebut melalui platform Truth Social.

    “AMERIKA SERIKAT TIDAK BOLEH TERLIBAT DALAM INI. INI BUKAN PERJUANGAN KITA. BIARKAN SAJA. JANGAN TERLIBAT!” tulisnya.

    Sementara itu, di Forum Pertahanan Nasional Reagan di California, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan menyatakan:

    “Amerika Serikat tidak akan… secara militer terjun ke tengah-tengah perang saudara di Suriah.”

    “Kami akan fokus pada prioritas dan kepentingan keamanan nasional Amerika.”

    Ia menambahkan bahwa AS akan terus bertindak jika diperlukan untuk mencegah ISIS memanfaatkan kekacauan yang terjadi akibat pertempuran tersebut.

    Kolase foto Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) (Syrian Presidency/AFP)

    Bagaimana Konflik Kembali Berkobar?

    Pemerintah Suriah dan kelompok anti-pemerintah telah terlibat dalam konflik selama bertahun-tahun.

    Ribuan orang telah melarikan diri dari wilayah tersebut.

    Sebelumnya, tidak ada kemajuan signifikan dari kedua belah pihak.

    Namun, situasi berubah ketika pemberontak melancarkan serangan mendadak sekitar dua minggu lalu, tepat setelah Hizbullah dan Israel menyepakati gencatan senjata.

    Pemberontak dengan cepat menguasai kota Hama, dan sekitar seminggu kemudian mereka melancarkan serangan besar-besaran di wilayah utara negara itu.

    Langkah besar pertama pemberontak adalah merebut Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, seminggu yang lalu.

    Pemimpin kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Golani, mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara eksklusif pada Kamis bahwa tujuan utama serangan mereka adalah menggulingkan pemerintahan Assad.

    Tentara Suriah mundur dari sebagian besar wilayah selatan Suriah pada Sabtu (7/12/2024).

    Akibatnya, lebih banyak wilayah di Suriah, termasuk dua ibu kota provinsi, jatuh ke tangan pasukan oposisi, menurut pernyataan militer dan lembaga pemantau perang oposisi.

    Penarikan pasukan dari provinsi selatan Daraa dan Sweida terjadi setelah pos-pos pemeriksaan militer diserang oleh kelompok yang mereka sebut sebagai “teroris.”

    Militer Suriah menyatakan pada Sabtu pagi bahwa mereka sedang melakukan penataan ulang prajurit di Sweida dan Daraa, sambil membangun sabuk pertahanan dan keamanan di daerah tersebut untuk melindungi Damaskus dari selatan.

    Sejak konflik Suriah pecah pada Maret 2011, pemerintah Suriah telah menyebut pasukan oposisi bersenjata sebagai “teroris.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Populer Internasional: Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat – Yordania Tutup Perbatasan – Halaman all

    Populer Internasional: Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat – Yordania Tutup Perbatasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok pemberontak Suriah mengumumkan bahwa mereka telah memulai fase pengepungan di Damaskus, apa yang akan terjadi dengan rezim Bashar Al-Assad sekarang?

    Yordania pun menutup perbatasannya dengan Suriah buntut meningkatnya ketegangan di negara tersebut.

    Soal konflik lainnya di Timur Tengah, Mesir meminta Hamas untuk tidak memasukkan frasa “penghentian perang” dalam perundingan gencatan senjatanya dengan Israel.

    Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

    1. Tentara Suriah Mundur dari Timur Sungai Eufrat, Pengepungan Damaskus Dimulai

    Orang-orang bersenjata di jalanan Hama. Setelah mengambil kendali atas sejumlah kota dan distrik strategis, termasuk Hama dan Homs, koalisi faksi oposisi anti-rezim Pemerintah Suriah, Sabtu (7/12/2024) mulai mengepung ibu kota, Damaskus. (khaberni/HO)

    Faksi oposisi bersenjata Suriah pada Sabtu (7/12/2024), mengumumkan bahwa mereka telah memulai fase pengepungan ibu kota Suriah, Damaskus, Khaberni melaporkan.

    Komandan operasi militer koalisi faksi oposisi, Ahmed Al-Sharaa, julukan dari Panglima Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani  Al-Julani, memberikan instruksi bagi para petempur anti-rezim pemerintah Suriah untuk berfokus pada ibu kota, Damaskus.

    “Serahkan kota-kota yang telah dibebaskan kepada polisi, Damaskus sedang menunggu Anda,” kata Al-Julani, Sabtu.

    Adapun kementerian Pertahanan Suriah membantah penarikan pasukan militer dari daerah sekitar ibu kota.

    Di sisi lain, dalam sebuah postingan di Telegram, Hassan Abdel Ghani, seorang pemimpin faksi oposisi bersenjata, mengatakan, “Pasukan kami telah mulai menerapkan tahap akhir untuk mengepung ibu kota, Damaskus.”

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Yordania Tutup Perbatasan Saat Tentara Suriah Mau Rebut Kembali Homs dan Hama dari Oposisi

    Tentara Suriah mengumumkan penempatan kembali sebagian besar pasukannya di provinsi selatan Daraa dan Suwayda.

    Pengumpulan kekuatan itu, dinyatakan untuk merebut kembali kendali atas Kota Hama dan Homs yang sebagian besar sudah dikuasai oposisi bersenjata, RNTV melaporkan Sabtu (7/12/2024).

    Upaya pengambilalihan kembali Hama dan Homs yang menjadi lokasi strategis terjadi  di tengah meningkatnya ketegangan keamanan dan serangan terhadap posisi militer Suriah.

    Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, Komando Umum Angkatan Darat dan Angkatan Bersenjata Suriah mengatakan sejumlah langkah taktis sudah diambil guna merebut kembali Hama dan Homs.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Pokrovsk dan Kurakhovo Terdesak, Eks Presiden Tuding Militer Ukraina Pakai Taktik Giling Daging

    Ukraina makin terdesak di dua benteng terakhir di barat Donetsk, Pokrovsk dan Kurakhovo.

    Akibatnya, Kiev melakukan taktik pertahanan ketat dan melayani serangan Rusia yang terus merangsek memasuki wilayah tersebut.

    Strategi ini ternyata mendapatkan kritikan dari mantan presiden Ukraina, Petro Poroshenko.

    Poroshenko yang dikenal sebagai mantan presiden yang pro Rusia tersebut, menuduh bahwa militer Ukraina kembali mengerahkan pasukan penggiling daging, seperti halnya yang dilakukan oleh Rusia.

    Ia meminta agar Kiev menghentikan serangan tersebut untuk menyelamatkan prajurit yang semakin menipis.

    “Kita harus berhenti menggunakan rakyat Ukraina sebagai alat untuk operasi dengan “serangan daging,”” kata Poroshenko dikutip dari Strana, Sabtu (7/12/2024).

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Mesir Tekan Hamas Tak Masukkan Frasa ‘Penghentian Perang’, Israel Kontak Elon Musk

    Media Israel, Channel 13 melaporkan pada Jumat (6/12/2024) malam kalau Mesir mengintensifkan upayanya untuk mencapai pemahaman yang mengarah pada pembebasan tahanan Israel dalam kerangka perjanjian yang bertujuan untuk gencatan senjata antara milisi perlawanan Palestina dan Israel.

    Menurut sumber-sumber di Mesir, Kairo menekan kelompok perlawanan Hamas untuk membuat “konsesi” terhadap beberapa tuntutannya, sehingga memungkinkan terciptanya garis besar perjanjian yang memuaskan kedua belah pihak.

    Sumber tersebut mengindikasikan kalau Mesir mendesak kelompok perlawanan Palestina untuk menyetujui formula yang tidak memasukkan frasa “menghentikan perang” di antara syarat-syarat perjanjian.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)