Liputan6.com, Jakarta – Kemajuan teknologi tak bisa diabaikan begitu saja. Terobosan dan inovasi diperlukan, terutama di bidang literasi, agar meningkatkan minat baca masyarakat.
Tak bisa dipungkiri, saat ini minat baca masyarakat nasional maupun daerah memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, Indah Rachma Cahyani membuat sebuah inovasi yang disebut sebagai Pustakawan BUMI (Bergerak untuk Masyarakat Inovatif).
Sesuai namanya, inovasi ini dilakukan dengan mendekatkan diri kepada masyarakat sebagai langkah pertama. Selanjutnya, mulai dilakukan revitalisasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dihidupkan melalui berbagai kegiatan.
“Kami memberikan agenda-agenda di TBM yang sasarannya adalah seluruh masyarakat desa, termasuk anak-anak, ibu-ibu, dan potensi UMKM yang bisa berdaya kami aktifkan,” kata Pustakawan Ahli Pertama di Perpustakaan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu.
Jika TBM hidup, maka masyarakat akan lebih dekat dengan pustakawan. Dengan demikian, masyarakat juga akan lebih dekat dengan kemajuan teknologi untuk kemajuan bangsa.
Hal ini pula yang membuat Indah bangga menjadi seorang pustakawan. Ia bisa turut langsung dan mendekat dengan masyarakat untuk menghasilkan masyarakat yang inovatif.
Hadirnya Pustakawan BUMI berawal dari keresahan Indah yang melihat TBM terbengkalai tanpa ada pembaca. Ia pun tergerak untuk menghidupkan kembali TBM melalui inovasi Pustakawan BUMI.
Revitalisasi, Pendampingan, dan Berkelanjutan
Secara teknis, Pustakawan BUMI memiliki tim yang bergerak untuk merevitalisasi dengan membuat sejumlah agenda dan program-program inovatif. Dengan adanya TBM yang terawat, masyarakat bisa memanfaatkannya sebagai tempat membaca.
Tak hanya merevitalisasi, Pustakawan BUMI adalah inovasi yang juga bersifat sebagai pendampingan dengan membuatkan sejumlah agenda. Setelah sekitar satu tahun, Pustakawan BUMI rutin merevitalisasi minimal 2-3 TBM setiap bulan dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat. Pustakawan BUMI juga merupakan program berkelanjutan yang juga melibatkan pustakawan-pustakawan Unair Surabaya.
“Jadi, pustakawan Unair memiliki agenda sendiri, saya juga bagian dari pustakawan Unair yang memiliki program ini sebagai inisiator,” ujar Indah.
Dalam pelaksanaannya, Pustakawan BUMI bergerak dengan terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan pendekatan. Mereka berhubungan langsung dengan perangkat desa atau stakeholder desa.
Hasilnya, dalam satu tahun ini ada sekitar 20-30 TBM yang terjangkau. Angka tersebut juga tak lepas dari kerja sama Pustakawan BUMI dengan berbagai kegiatan-kegiatan pustakawan Unair.
“Pustakawan BUMI bukan sekadar revitalisasi yang selanjutnya ditinggalkan begitu saja. Kami terus melakukan monitoring dan evaluasi setiap 1-2 bulan,” ujarnya.
Indah aktif memantau apakah terdapat kerusakan di TBM, bagaimana jam baca yang diberlakukan, mengecek jumlah koleksi buku, hingga terus menyosialisasikan penataan buku di dalam rak buku. Hasil monitoring itu nantinya dilaporkan ke kepala desa.
Bahkan, kepala desa dari Desa Jedongcangkring, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo yang menjadi salah satu sasaran Pustakawan BUMI sangat mendukung gerakan ini. Kepala desa tersebut sampai membuatkan perpustakaan yang lebih besar untuk memindahkan atau merelokasi TBM yang telah ada. Dengan demikian, masyarakat setempat akan mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik melalui TBM.
Wilayah lain yang menjadi sasaran Pustakawan BUMI adalah daerah Jojoran, Surabaya. Sementara untuk wilayah lainnya terus mengalami kenaikan pengunjung. Tak jarang, Indah melalui TBM-TBM sasarannya juga melakukan pengadaan buku atau lainnya bersama perangkat desa yang memiliki inisiatif.
Terkait UMKM atau ibu-ibu PKK, pihaknya membantu pemasaran digital. Salah satu yang mereka sosialisasikan adalah tentang teknik promosi pada jam-jam tertentu di media sosial.
Sejauh ini, produk UMKM yang telah diproduksi dan dipasarkan di beberapa desa binaan adalah tas rajut, buket bunga, hingga buket snack. Selain dipasarkan secara online, produk-produk tersebut juga dipasarkan saat event wisuda.