Jakarta –
Kandidat reformis Masoud Pezeshkian dan Saeed Jalili yang ultrakonservatif, untuk sementara unggul dalam pemilihan presiden Iran yang digelar pada Jumat (28/6). Demikian menurut hasil awal pada hari Sabtu (29/6) dari Kementerian Dalam Negeri Iran.
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (29/6/2024), menurut penghitungan sementara, capres Pezeshkian telah memperoleh lebih dari 8.300.000 suara dan Jalili, mantan perunding nuklir, memperoleh lebih dari 7.100.000 suara.
Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, kedua kandidat akan maju ke putaran kedua yang ditetapkan pada tanggal 5 Juli mendatang. Putaran kedua diperlukan jika tidak ada kandidat yang memperoleh 50 persen suara ditambah satu suara.
Kementerian Dalam Negeri Iran melaporkan bahwa sejauh ini lebih dari 19.000.000 surat suara telah dihitung.
Urutan ketiga dalam hasil awal adalah ketua parlemen konservatif, Mohammad Bagher Ghalibaf, dengan 2.600.000 suara.
Kandidat keempat, Mostafa Pourmohammadi, seorang ulama konservatif, memperoleh 158.314 suara.
Sekitar 61 juta warga Iran berhak memberikan suara dalam pemilu ini yang digelar setelah kematian presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.
Pemilihan umum ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan regional akibat perang Gaza, perselisihan dengan negara-negara Barat mengenai program nuklir Iran, dan ketidakpuasan dalam negeri atas keadaan perekonomian Iran yang terkena sanksi internasional.
Keempat kandidat tersebut disetujui untuk dicalonkan oleh Dewan Wali, yang memeriksa semua kandidat.
Sebelumnya, menjelang pemilu terakhir yang membawa Raisi berkuasa pada tahun 2021, Dewan Wali mendiskualifikasi banyak kelompok reformis dan moderat.
(ita/ita)