Bos Toyota Blak-Blakan Nasib Era Mobil Listrik di RI

1 December 2022, 20:17

Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya terbaru pemerintah dalam menggenjot produksi kendaraan berbasis listrik ialah dengan berencana memberikan insentif sebesar Rp 6,5 juta/unit. Bagi pelaku industri otomotif, insentif ini bagian mendukung era keniscayaan kendaraan listrik di Indonesia.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono menyebut era elektrifikasi sudah pasti terjadi sehingga industri harus mulai berpindah atau shifting. Kewajiban industri juga dalam memetakan kapan shifting itu terjadi dan apa yang harus dilakukan agar tidak ketinggalan dari negara lain.
“Kenapa penting bagi Indonesia? Karena Amerika, China, Eropa itu mature country, kompetisi stabil (market share) 10%-10%. Tapi di Asia sangat fleksibel, ada yang tiba-tiba dari 0% dapat 3% market share, ada hanya kurang dari satu tahun. Jadi costumer masih sangat fleksibel, sangat dinamis jadi Indonesia dan Asia adalah Area yang sangat penting,” sebut Warih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Fleksibelnya pasar otomotif di RI menjadi kesempatan mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik. Apalagi pemerintah memiliki tujuan besar dalam penurunan emisi karbon hingga 31,89% dengan upaya sendiri (unconditional), dan sebesar 43,20% melalui dukungan dari internasional (conditional) untuk mencapai Net-Zero Emission (NZE) pada 2060. Jika transisi elektrifikasi tidak berjalan baik, target tersebut berpotensi meleset.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata, akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif. Kehadiran beragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional,” kata Direktur Hubungan Eksternal PT TMMIN Bob Azam.
Apalagi saat ini RI tengah menikmati posisinya di bidang industri otomotif sebagai produsen dan eksportir produk otomotif unggulan di wilayah Asia Pasifik. Industri otomotif nasional juga memegang peran strategis sebagai bagian dari rantai pasok, dengan jangkauan wilayah ekspor yang telah merambah hingga 80 negara di berbagai kawasan dunia.
“Roadmap industri otomotif nasional harus disusun dengan memperhitungkan ketersediaan energi, khususnya SDA tidak terbarukan. Dukungan Pemerintah di sektor transportasi melalui manajemen UIO (Unit in Operations), juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan posisi dan kontribusi positif industri otomotif nasional selama lebih dari 5 dekade ini,” ujar Bob.
Staf Khusus MenKo Perekonomian Bidang Pengembangan Industri dan Kawasan I Gusti Putu Surya Wirawan mengungkapkan bahwa langkah pemerintah yang jor-joran dalam memanjakan kendaraan elektrifikasi salah satunya karena pasokan energi yang berlebih.
“Sekarang kita dihadapkan masalah kelebihan energi listrik akibat kemarin Covid-19. Dengan Covid 2 tahun, investasi kurang masuknya, investasi yang ada pertumbuhannya rendah sehingga kelebihan energi. Perhatian kita bersama gimana menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan tapi bisa manfaatkan energi kita yang berlebih,” katanya dalam Seminar Nasional tahap keempat Toyota di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang disiarkan secara virtual, Kamis (1/12/22).
Berdasarkan data USGS pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019, mengutip dari Booklet Nikel yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020, jumlah cadangan nikel RI tercatat mencapai 72 juta ton nikel (termasuk nikel limonite/kadar rendah). Jumlah ini mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia sebesar 139.419.000 ton nikel atau yang terbesar di dunia.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Sederet Cuan Menarik dari Motor Listrik

(hoi/hoi)