BMKG Soal Kilat Gempa Turki: Terjadi karena Tekanan Hebat

9 February 2023, 10:13

Jakarta, CNN Indonesia — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kilat yang muncul saat gempa Turki terjadi adalah fenomena bernama seismoelectric effect. Simak penjelasannya di sini.
Sebelumnya, gempa dengan magnitudo 7,8 terjadi di Turki pada Senin (6/2) dan mengakibatkan kerusakan parah serta korban jiwa. Meski telah ada penjelasan ilmiah soal gempa itu, beberapa orang lebih memilih percaya kepada teori konspirasi.
Salah satunya adalah karena kemunculan petir atau kilat sebelum gempa. Warganet dengan akun @SnezhinaBohen menyebut sambaran petir sebelum gempa bumi “selalu terjadi dalam operasi [HAARP]” dengan mengatakan gempa bumi “terlihat seperti operasi penghukuman oleh NATO atau AS.”

Terkait hal ini, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan ”
Saat batuan kulit bumi mengalami/mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya, maka sebelum failure maka akan melepaskan gelombang elektromagnetik, dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake, pencahayaan gempa. “seismoelectric effect,” ujar Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG pada Rabu (8/2).

Saat batuan kulit bumi mengalami/mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya, maka sebelum failure maka akan melepaskan gelombang elektromagnetik, dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake, pencahayaan gempa. “seismoelectric effect”
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) February 8, 2023

Daryono menyebut fenomena serupa juga pernah terjadi di Indonesia ketika gempa pada 16 Februari 2014 terjadi di lereng Gunung Semeru, Jawa Timur.
“Tak usah jauh-jauh ke Turki. Gempa Sumogawe di lereng utara Merbabu pada 16 Februari 2014 juga terdapat fenomena earthquake lightning,” tuturnya.
Dikutip dari situs resminya, HAARP sebetulnya adalah program penelitian ionosfer yang didanai oleh militer AS, pemerintah, dan Universitas Alaska. Program ini didedikasikan untuk menganalisis ionosfer untuk kemajuan teknologi dengan menggunakan pemancar frekuensi tinggi.

HAARP sendiri disebut sebagai “transmiter bertenaga tinggi dan frekuensi tinggi yang paling mampu untuk mempelajari ionosfer”
Ada dua instrumen riset kunci pada program HAARP. Pertama, The Ionospheric Research Instrument (IRI), yaitu sebuah transmiter bertenaga tinggi yang beroperasi di rentang Frekuensi Tinggi.
IRI bisa digunakan untuk secara temporer memicu area tertentu pada ionosfer untuk studi ilmiah. Kedua, seperangkat instrument ilmiah dan diagnostik yang canggih yang dapat digunakan untuk mengobservasi proses fisik yang terjadi di area tertentu itu.
Observasi menggunakan kedua alat tersebut dapat membuat para ilmuwan mendapat pengertian yang lebih baik tentang proses yang terus terjadi di bawah simulasi alami Matahari.

Lebih lanjut, Daryono juga mengutip penjelasan ahli geologi, Wendy Bohon yang mengunggah video simulasi pergerakan patahan yang menyebabkan gempa Turki. 
“Gempa magnitudo 7,8 di Turki terjadi di atas patahan tipe strike-slip. Saat peristiwa ini terjadi, satu patahan tergelincir melewati satu patahan lainnya secara horizontal. Benda-benda ynang melintasi patahan seperti pagar, jalan raya, atau rel kereta menjadi petanda bagus untuk menunjukkan arah pergerakan patahan tersebut,” tulisnya. 

Seperti inilah gambaran mekanisme sumber gempa Sesar Anatolia Timur pemicu gempa Turki dan Suriah M7,8 kemarin. https://t.co/wW61E7lsla
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) February 9, 2023

(lom/lth)

[Gambas:Video CNN]

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi