Bakal Melenggang, Relaksasi Ekspor Freeport Dapat Dukungan

28 March 2023, 18:28

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Freeport Indonesia (PTFI) kelihatannya bisa bernafas lega. Pihaknya mendapatkan dukungan dari DPR RI untuk mendapatkan relaksasi izin ekspor konsentrat pada Juni 2023 ini.
Sebagaimana diketahui, pemerintah pada Juni 2023 ini akan melarang kegiatan ekspor mineral mentah khususnya bauksit dan tembaga. Hal ini mengacu pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).
Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto menegaskan bahwa pihaknya akan membantu mencari solusi dari belum rampungnya smelter tembaga milik Freeport namun juga izin ekspor tembaga yang diberikan sampai dengan Juni 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ya mau tidak mau, mungkin akan ada relaksasi lah perihal larangan ekspor (konsentrat tembaga Freeport),” ujar Sugeng saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Selasa (28/3/2023).

Dia menjelaskan, pihaknya mendorong PT Freeport Indonesia untuk mendapatkan relaksasi ekspor bukan tanpa alasan. Sugeng menyebutkan, Smelter yang saat ini dibangun oleh PTFI memang terganjal force majeure atau keadaan yang memaksa, dalam hal ini pandemi Covid-19 membuat pembangunan smelter itu tertunda.
“Karena faktanya kan semua progres ya, Freeport bukan artinya tidak membangun (smelter), dia membangun kok. Tapi karena ada force majeure karena Covid dan sebagainya, jadinya tertunda lagi,” tegas Sugeng.
“Relaksasi itu maksudnya diperbolehkan ekspor. Mau mundur 1 tahun misalnya, sebagaimana cut off date mestinya, karena juga ada force majeure,” tambahnya.
Seperti diketahui, proyek smelter senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun yang sedang dibangun JIIPE Gresik itu akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 600 ribu ton katoda tembaga per tahunnya.

Proyek smelter yang merupakan smelter kedua yang akan dimiliki Freeport itu akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100-150 ton perak per tahun.
Hingga 2022, Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$).
Adapun, konstruksi fisik dari proyek smelter ini diperkirakan akan tuntas pada akhir 2023. Setelah itu, selanjutnya akan dilakukan pre-commissioning dan commissioning, sehingga pada Mei 2024 mendatang diperkirakan sudah bisa mulai beroperasi.
Di lain sisi, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya sudah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk ekspor konsentrat tembaga sebesar 2,3 juta ton sampai dengan Juni 2023.
“Kita sudah dapat rekomendasi ekspor dari ESDM, rekomendasi ekspornya sudah diberikan, jumlahnya 2,3 juta ton sesuai RKAB yang sudah disetujui,” ujar Tony saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Tony mengatakan bahwa rekomendasi ekspor yang diberikan ESDM untuk PTFI jelasnya sampai 10 Juni 2023. Setelah itu, Tony belum bisa memastikan bagaimana kelanjutan ekspor tembaga oleh Freeport. “Iya. Jangka waktunya sampai 10 juni 2023,” tambahnya.
Sebelumnya, PT Freeport Indonesia menyatakan bakal mengekspor konsentrat tembaga sebesar 2,3 juta ton pada tahun ini. Hal tersebut menyusul Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) yang telah disetujui oleh Kementerian ESDM.
Sedangkan, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang didapatkan pada 21 Desember 2018 lalu, PTFI seharusnya merampungkan pembangunan proyek smelter tembaga selama lima tahun sejak IUPK diberikan yaitu hingga 21 Desember 2023.
Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada pengerjaan proyek, perusahaan akhirnya mengajukan perubahan kurva-S kepada Kementerian ESDM. Adapun, hingga Januari secara kumulatif kemajuan fisik proyek smelter telah mencapai 54% atau melampaui rencana kurva-S yang telah disetujui pemerintah sebelumnya 52,9%.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

BPH Migas Pastikan Subsidi BBM 2022 Cukup, Defisit APBN Aman?

(pgr/pgr)