Agustinus Purna Irawan, Sosok Pembelajar Sepanjang Hayat

17 October 2022, 4:49

Mutiul Alim | Minggu, 16/10/2022 23:46 WIB

Rektor Universitas Tarumanagara, Agustinus Purna Irawan (Foto: Youtube)

Jakarta, Jurnas.com – Usianya sudah 51 tahun. Namun bagi Agustinus, tidak ada kata pensiun untuk belajar. Padahal, pria yang menjabat sebagai Rektor Universitas Tarumanagara (Untar) ini sudah memiliki delapan gelar akademik di belakang dan di depan namanya.
Prof., Dr., Ir., Ir., Agustinus Purna Irawan, ST., M.T., M.M., IPU., A.E., demikian nama lengkapnya. Gelar terbarunya magister manajemen, yang Agustinus peroleh dalam wisuda kelulusan Universitas Tarumanagara ke-80 pada Sabtu (16/10) kemarin, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00.
Agustinus mengakui ada beberapa alasan khusus dirinya masih tetap belajar meski sudah berstatus sebagai rektor, dan juga memiliki gelar profesor atas namanya. Kata dia, selama ini sering mengajar di Program Studi Manajemen berbekal pengalamannya di bidang tersebut.
“Jadi saya ingin tahu juga secara akademiknya bagaimana, walau secara praktisnya sudah punya banyak pengalaman, membaca sendiri, tapi kan secara formal perlu diformalkan,” kata Agustinus saat ditemui di sela-sela wisuda Untar ke-80.

Selain itu, lanjut Agustinus, kebutuhan dosen di bidang tertentu harus dipenuhi. Karena itu, dengan berbekal gelar magister tersebut, dia berharap bisa membantu program studi lainnya yang membutuhkan tenaga pengajar.
Alasan ketiga tak kalah penting. Kelulusannya dari S-2 manajemen ini menjadi pesan bagi para ilmuwan dan dosen, bahwa tidak ada kata berhenti untuk belajar. Sebab, keilmuan dewasa ini terus berkembang.
“Kita harus belajar sepanjang hayat. Karena keilmuan terus berkembang, kebutuhan pengembangan institusi dan kebutuhan industri juga terus berkembang. Maka, harus diseimbangkan antara ilmuwan yang kita punya dan perkembangan dunia sekarang,” ucap dia.

Uniknya, gelar M.M bukan yang terakhir. Saat ini, pria kelahiran Musi Rawas, 28 Agustus 1971 itu masih menempuh pendidikan S-2 di Program Studi Teknik Sipil Universitas Tarumanagara. Alasannya pun sama, sering diminta membimbing mahasiswa teknik sipil.
“Jadi saya ingin formal juga, punya ijazah punya ilmu akademiknya, meskipun ilmunya sama dengan teknik mesin sebenarnya. Karena pelajarannya mekanika, desain itu kan mirip. Sipil kan bangunan statis, mesin kan bangunan dinamis, tapi itu perlu supaya mengkombinasikan statis dan dinamis,” ungkap Agustinus.
Lalu, bagaimana menjalani peran sebagai rektor, dosen, dan mahasiswa sekaligus? Agustinus tidak merasa kerepotan. Menurut dia, perkuliahan magister tidak sepadat jenjang sarjana. Apalagi, dia tidak harus mengikuti beberapa mata kuliah tertentu dengan melakukan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
“Saya kan sudah biasa riset, jadi (mata kuliah) metodologi penelitian tidak perlu lagi. Karena kita risetnya sudah macam-macam, dan sudah paham, tidak perlu diajari lagi. Cukup dengan karya yang sudah ada, terus dinilai oleh tim. Tim mengatakan lulus ya itu RPL-nya sudah bisa diakui,” terang dia.
“Untuk mata kuliah tertentu yang sudah kita jalankan dengan riset dan pengalaman industri, mereka bisa convert kemudian di-matching dengan rencana pembelajaran, sehingga bisa melakukan RPL,” tutup Agustinus.
TAGS : Agustinus Purna Irawan Universitas Tarumanagara Pembelajar Sepanjang Hayat

Partai

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi