2 Sekolah Rakyat di Kota Malang Kekurangan Wali Asuh, 1 Orang Dampingi 25 Siswa Surabaya 17 Juli 2025

2 Sekolah Rakyat di Kota Malang Kekurangan Wali Asuh, 1 Orang Dampingi 25 Siswa
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        17 Juli 2025

2 Sekolah Rakyat di Kota Malang Kekurangan Wali Asuh, 1 Orang Dampingi 25 Siswa
Tim Redaksi
MALANG, KOMPAS.com

Sekolah Rakyat
(SR) jenjang SMP dan SMA di Kota
Malang
, Jawa Timur, kekurangan tenaga wali asuh yang berperan sebagai pengganti orangtua di lingkungan sekolah berasrama.
Akibatnya, rasio pendampingan siswa menjadi tidak ideal dan membebani wali asuh yang ada.
Kepala SRMP 16 Kota Malang, Rida Afrilia Santi, mengungkapkan bahwa dengan total 100 siswa baru, pihaknya masih kekurangan wali asuh.
Idealnya, satu wali asuh mendampingi 10 siswa untuk memastikan perhatian yang maksimal. Namun, kondisi saat ini memaksa setiap wali asuh harus menangani 25 siswa.
“Idealnya satu wali asuh untuk 10 anak. Saat ini masing-masing masih memegang 25 anak. Kami masih menunggu personel tambahan. Kekurangannya ada 4 orang lagi,” kata Rida pada Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, peran wali asuh sangat vital, terutama pada masa adaptasi siswa baru yang tinggal di asrama untuk pertama kalinya.
Wali asuh bersama wali asrama bertugas mendampingi siswa dari sore hingga pagi hari, menenangkan siswa yang rindu orangtua, dan menjadi sandaran emosional mereka.
“Di sini orangtuanya ya wali asuh dan wali asrama itu. Mereka yang siaga mendampingi anak-anak,” jelasnya.
Kondisi serupa juga terjadi di SRMA 22 Kota Malang.
Kepala Sekolah SRMA 22 Kota Malang, Rahmah Dwi Norwita Imtihana, mengatakan bahwa dari total 75 siswa, mereka baru memiliki dua orang wali asuh.
“Kekurangannya berarti sekitar enam orang lagi,” ujar Rahmah.
Ia menjelaskan perbedaan antara wali asrama dan wali asuh. Wali asrama fokus pada pengawasan di dalam asrama, sedangkan wali asuh memiliki peran lebih mendalam, mirip Bimbingan Konseling (BK), namun dengan jangkauan hingga ke rumah siswa untuk bersinergi dengan orangtua.
Untuk mengatasi kekurangan ini, sementara waktu pihak sekolah bekerja sama dengan pendamping dari Program Keluarga Harapan (PKH).
“Karena wali asuh masih terbatas, kami dibantu oleh pendamping program (PKH) yang juga turun tangan menangani anak-anak,” katanya.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.