Magetan (beritajatim.com) – Aparat gabungan TNI dan Polri melakukan tindakan cepat untuk mencegah terjadinya potensi konflik lanjutan antar perguruan silat di wilayah Kabupaten Magetan dan Kota Madiun. Upaya ini dilakukan usai betrokan yang pecahdi Desa Madigondo, Takeran, Magetan setelah kegiatan halal bihalal yang digelar salah satu perguruan silat di Desa Kiringan, Takeran, Minggu (20/4/2025)
Kapolres Magetan, AKBP Erik Bangun Prakasa menjelaskan bahwa langkah penyekatan dilakukan secara terkoordinasi bersama jajaran TNI dan dipimpin langsung oleh Dandim Magetan.
“Ini bersama-sama dengan rekan-rekan dari TNI dipimpin langsung oleh Bapak Dandim Magetan. Kami dari Polres Magetan melakukan upaya penyekatan terjadinya potensi konflik antara dua perguruan silat yang ada di wilayah Kabupaten Magetan dan Kota Madiun. Kebetulan tadi ada acara kegiatan halal bihalal di Takeran,” jelas AKBP Erik.
Menurutnya, langkah cepat aparat berhasil mengurai massa yang sempat berkumpul usai acara, sebelum mereka kembali ke wilayah Kota Madiun.
“Dan setelah selesai kegiatan, ketika akan kembali ke wilayah Kota Madiun, terjadi penyekatan dan Alhamdulillah, berkat kerja cepat dari aparat yang ada di lapangan dibantu dengan Bapak Dandim. Kami berhasil untuk melakukan pendekatan dan masa kemudian berangsur-angsur sudah memubarkan diri. Tidak ada korban yang ada di lokasi ini dan mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi ke depannya,” lanjutnya.
Dalam rangka mencegah eskalasi lebih lanjut, aparat berencana melakukan pertemuan dengan para pimpinan perguruan silat dari wilayah Magetan dan Keresidenan Madiun. Tujuannya adalah membangun komunikasi yang baik serta menyelesaikan potensi permasalahan yang mungkin timbul.
“Besok (21/4/2025) kemungkinan juga kami dengan Bapak Dandim langsung bertemu dengan para pimpinan dari ee pondok ee silat yang ada di wilayah Magetan maupun di Keresidenan Madiun supaya kita bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dan tidak ada gejolak-gejolak lagi ke depannya,” tambah Kapolres.
Langkah antisipatif ini diapresiasi sebagai bentuk sinergi dan respons cepat aparat dalam menjaga kondusifitas wilayah serta mengedepankan dialog dalam penyelesaian potensi konflik sosial. [fiq/but]
