Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia melemah pada Jumat (30/5/2025) dan diperkirakan mencatatkan kerugian mingguan, dipicu oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta sikap hati-hati investor yang menanti data inflasi utama Amerika Serikat. Data tersebut diperkirakan akan memberikan petunjuk baru mengenai arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Harga emas spot tercatat turun 0,4 persen menjadi US$ 3.303,51 per troi ons pada pukul 13.10 WIB. Sepanjang pekan ini, logam mulia tersebut telah anjlok sekitar 1,6 persen. Sementara itu, emas berjangka AS juga terkoreksi 0,5% menjadi US$ 3.300,70 per troi ons.
Dilansir dari Reuters, indeks dolar AS menguat 0,2 persen, yang membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri dan turut menekan permintaan emas global.
“Harga emas saat ini cenderung bergerak dalam fase konsolidasi. Yang terjadi ini adalah fluktuasi normal pasar, hanya saja rentang pergerakannya sedikit lebih luas karena adanya kepercayaan terhadap dolar AS,” kata Managing Director di GoldSilver Central, Singapura, Brian Lan.
Pasar kini menanti laporan Personal Consumption Expenditures (PCE), indikator inflasi favorit The Fed yang dijadwalkan dirilis pada Jumat sore.
Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly, pada Kamis (29/5/2025) mengatakan bank sentral masih membuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga dua kali tahun ini. Namun, ia menegaskan suku bunga sebaiknya tetap dipertahankan sementara waktu demi memastikan inflasi kembali ke target 2 persen.
Dalam kondisi suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya mendapat keuntungan karena menjadi instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan nilai mata uang.
Sementara itu, pengadilan banding federal AS memutuskan untuk sementara mengembalikan tarif impor luas yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump, setelah sebelumnya sempat dibatalkan oleh pengadilan perdagangan.
